Tak lama Sasuke menyudahinya. Dilihatnya Naruto kembali tersenyum dengan senyum cerahnya dan mengacak-acak surai hitamnya.

"Walaupun begitu kau harus tetap makan! Saa, ayo makan.", ajak Naruto lembut sambil bangkit dari sofa. Sasuke cukup terpana, namun kembali mengembangkan senyumnya dan menjawabnya dengan gumam khasnya. Ia beranjak dari situ dan mengikuti langkah alphanya ke dapur. Semoga saja masih ada bahan yang dapat di olah di dalam kulkasnya. Rasanya malas sekali keluar. Bukan. Rasanya ia tidak mau bertemu dengan...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sebuah rumah bergaya sangat tradisional jepang. Cukup besar. Ditengah-tengah rumah itu ada beberapa taman dengan berbagai tema. Sebuah taman dengan kolam kecil tidak ada rumput hanya bebatuan kecil yang menjadi karpet. Beberapa ikan koi berukuran cukup besar menjadi penghuni kolam tersebut. Pagar bambu kecil membatasi taman itu dengan taman lainnya.

Tuk..... ...... Klok...... ...... Tuk....

Sebuah bambu berukuran sedang. Dilubangi disalah satu sisinya dan air masuk dari situ. Setelah agak penuh bambu itu akan turun dan menumpahkan air yang ditampungnya kemudian akan naik lagi dan kembali menampung air. Begitu seterusnya. Air tersebut jatuh ke atas kolam sehingga bebatuan itu tetap kering.

Ruangan yang berada tepat di depan taman itu pintu shojinya terbuka lebar. Membuat sinar matahari masuk memenuhi ruangan itu. Angin berhembus pelan. Di ruangan itu hanya ada sebuah meja kayu persegi dengan kaki yang pendek dengan vas kosong di tengah-tengahnya. Sebuah teh tersaji. Seseorang tengah diam menempati ruangan itu.

Tanganya terdapat beberapa lembar foto. Dari yang berumur lama hingga yang terbaru. Senyuman terukir di wajah putihnya. Ia mengenakan yukata berwarna biru muda senada dengan langit pada hari itu tapi bertolak belakang dengan warna rambutnya. Merah.

"Sasori-sama.", panggil seorang pelayan dari luar ruangan itu. Sementara yang dipanggil merasa terusik. Ia tidak menjawab panggilan pelayannya sambil meletakan foto yang dari tadi ia lihat.

"Sa-sasori-sama.. Itu mereka sudah tiba.. Mo-mohon segera datang ke-"

Graaakk...

Pintu shoji dibuka dengan lebar dan kasar. Tanpa melirik atau menjawab pelayan tersebut. Si rambut merah itu pergi melenggang dari sana. Membiarkan pelayannya yang sudah ketakutan larut dalam pikirannya. Apa yang nanti ia terima karena sudah mengusik kesenangan tuannya. Semoga badan dan kepalanya masih utuh. Beruntung jika ia dipecat dari sini.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Mereka kembali bertemu tapi kali ini bukan di luar tapi di dalam kandangnya.", ucap Sai memberikan laporannya dengan serius.

"Karena itu kita tidak bisa mengawasinya.", Tambah Neiji dengan tenang.

"Akasuna no Sasori. Ia cukup pandai menyembunyikan dirinya dan segala urusannya dibawah.", kata Itachi pelan.

Ketiga berada di kantor Itachi lebih tepatnya diruangan pribadinya. Itachi dudul di kursinya dan dua orang yang memberikan laporan ke Itachi berdiri di depannya. Suasana tegang meliputi keduanya.

"Ngomong-ngomong Itachi-sama boleh kah aku duduk? Dari tadi pegal berdiri terus." tanya Sai dengan senyum tanpa memperhatikan kata-katanya sendiri. Sedangkan Neiji hanya melototi Sai yang berada di sebelahnya. Itachi menghela nafas.

"Iya, silahkan. kalian berdua duduklah.", jawabnya singkat. Sai dan Neiji duduk di sofa yang berada di belakang mereka.

"Sasori-san lebih dikenal sebagai orang pemegang perusahaan kain untuk bahan pembuatan kimono dan yukata. Mereka juga membuat kimono dan yukata cukup laris dipasaran.", jelas Sai.

आप प्रकाशित भागों के अंत तक पहुँच चुके हैं।

⏰ पिछला अद्यतन: Aug 07, 2018 ⏰

नए भागों की सूचना पाने के लिए इस कहानी को अपनी लाइब्रेरी में जोड़ें!

Undetected Loveजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें