4. Mengapa Harus Ketawa?

52 5 2
                                    

Sejak dulu sudah berlaku pemeo "tertawa itu sehat". Lalu para pakar medis pun mencoba membuktikan itu secara ilmiah. Dan memang ditemukan fakta bahwa tertawa memang berpengaruh positif terhadap metabolisme tubuh. Sebuah riset yang dilakukan American College of Cardiology menunjukkan bahwa tertawa memperlancar aliran darah dan mengurangi risiko kita terkena serangan jantung.

Di luar urusan perjantungan, tertawa membantu tubuh memerangi infeksi, mengurangi kepekaan tubuh terhadap rasa sakit, dan membantu mengontrol kadar gula dalam darah guna mencegah kedatangan penyakit diabetes. Riset dilakukan dengan mengajak 20 orang subjek penelitian (10 pria, 10 wanita) menyaksikan klip film berdurasi 15 menit berupa film komedi dan film melodrama yang menyedihkan.

Dari penelitian tampak bahwa 95% sukarelawan memiliki aliran darah yang lebih lancar setelah menyaksikan potongan film komedi. Sedang setelah menonton film drama yang membuat stres, 70% dari keseluruhan subjek penelitian mendapati aliran darah mereka lebih seret.

Lancar tidaknya aliran darah berkaitan dengan endothelium (lapisan dalam) dari dinding arteri. Ketika kita tertawa, endothelium kita mengembang sehingga aliran darah ke seluruh tubuh menjadi lebih lancar. Sebaliknya saat kita stres gara-gara semua dianggap serba serius, endothelium mengkerut. Seretnya aliran darah di arteri yang menghambat suplai darah ke otot jantung akan memunculkan serangan jantung, sedang yang menyeretkan suplai darah ke otak akan berujung pada stroke.

Karena itu, ungkapan "tawa itu sehat" sudah bukan mitos lagi. Para ilmuwan menganjurkan agar kita tertawa dengan total durasi sekitar 15 menit perhari untuk menjaga kesehatan badan. Bahkan tawa (dan keriangan hidup) telah masuk dalam pilar pokok cara hidup sehat selain diet pangan dan olah raga.

Di India pun banyak bermunculan klub-klub tertawa. Mereka menggunakan terapi tawa sebagai alat untuk memelihara kesehatan dan kebugaran tubuh. Para anggota klub ini berkumpul di taman, lalu tertawa bersama-sama—baik ada sebabnya maupun tidak. Jadi meski orang luar mikir mereka mungkin agak tidak beres, tapi mereka meyakini bahwa tawa mereka membantu mereka memelihara kesehatan tubuh.

Tentu, selain tubuh, jiwa juga sehat bila kita lebih sering tersenyum dan tertawa daripada murung, serius, dan selalu bermuram durja. Intinya, banyak sekali manfaat yang dapat kita petik dengan menjadi orang yang, seandainyapun tak terlalu lucu benar, setidaknya punya sense of humor yang tinggi.

Mengentengkan Hidup

Hidup memang sudah susah dan berat duluan, jadi mengapa pula kita harus menyikapinya dengan menjadi orang yang susah dan berat juga? Kalau memaksa alam semesta untuk menyenangkan hidup kita, maka kita hampir pasti tak akan pernah menemukan apapun, karena manusia adalah subjek, bukan objek.

Dengan menjadi subjek, maka kita lah yang harus proaktif untuk bisa mulai mencari sendiri segala kesenangan, kegembiraan, dan kenyamanan hidup. Dan itu dimulai dari diri sendiri, bukan orang lain, dengan menjadikan diri kita sebagai orang yang riang dan ringan (edyan, bersanjak...!).

Menjadi orang yang riang berarti menjadi orang yang rileks. Dan ketika kita rileks, bisa menerima dan menjalani apapun dengan tak terlalu, itu tadi, serius, maka kita sudah mengeliminir 75% beban yang ada dalam hidup, karena kadang sebagian besar beban yang kita rasakan dalam hidup adalah berasal dari emosi kita sendiri, bukan karena sebenarnya masalah yang terjadi memang seberat itu.

Ada yang memaksa diri (atau dipaksa) untuk selalu menang. Ketika gagal menjadi juara pertama sebuah perlombaan, dia stres dan murung sampai berhari-hari. Kalau saya sih, yang terenak adalah menikmati atmosfer kompetisinya itu. Tugas paling penting adalah berusaha semaksimal mungkin. Menang atau kalah itu soal nanti.

Makanya saya bisa saja menang hebat dengan jadi juara I lomba penulisan cerita film & video tingkat nasional yang digelar Departemen Penerangan RI tahun 1998 lalu, tapi bisa pula kalah kelenger dengan disikat tetangga saya Pak Bambang, 0-15, 0-15, dalam pertandingan badminton antar-RT di kompetisi Agustusan RW IV Perumahan Genuk Indah, Semarang, setahun kemudian.

Bagi orang yang easygoing seperti saya, baik saat menang maupun saat kalah, isi otak tak jauh beda. Semua hanyalah roda yang berputar. Kadang di atas banget, kadang di bawah paling nadir. Dan itu membuktikan bahwa ringan-beratnya hidup tak bergantung pada apa yang terjadi di lapangan, melainkan hanyalah bagaimana mental kita menyikapinya.

Biarpun bergelimang uang dan kemewahan serta dunia selalu dimudahkan, tapi orang yang susah dan berat akan tetap merasa hidupnya serba kurang, karena dia tak pernah bersyukur. Namun orang-orang miskin yang hidup serba sengsara kadang justru lebih bahagia karena bisa mensyukuri hal-hal kecil dan selalu menemukan alasan untuk tersenyum dan tertawa, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

Nah, sense of humor membantu meringankan hidup kita sendiri. Selalu ada kelucuan dalam setiap hal. Dan ketika kita menghargai setiap detail kelucuan hidup, maka dalam bencana terburuk pun akan tetap tersimpan kelucuan untuk dihargai. Akhirnya, tak jadi sedih, deh...

Enak to?

Rating di Mata Lawan Jenis

Coba Anda baca di majalah, tabloid, atau koran. Saat ada artikel profil seorang tokoh muda or remaja, di bagian "cowok/cewek ideal", pasti rata-rata menuliskan kata "humoris" atau "sense of humor" sebagai salah satu persyaratan utama. Kata itu muncul lebih sering lagi di rubrik kontak jodoh.

Sebab tak ada satupun orang yang mau menghabiskan hidup dan berpasangan dengan orang yang kaku, terlalu formal, serius, dan selalu pasang raut muka mBethathut (cemberut) setiap saat. Memiliki pasangan hidup yang periang, jenaka, dan humoris sudah setengah jalan menuju kebahagiaan, karena hari-hari kita akan lebih banyak diwarnai dengan suasana tawa yang menyenangkan.

Jadi kalau Anda adalah seorang cowok atau pria yang belum juga punya kekasih, coba asah keterampilan Anda dalam hal melucu. Sudah menjadi takdir hidup manusia di dunia ini bahwa pria yang lucu dan punya sense of humor tinggi akan terlihat lebih menarik dan sexy di mata perempuan.

Tentu saja ini tak hanya berlaku searah. Artinya hanya untuk pria di mata perempuan. Arah yang sebaliknya pun berlaku juga. Di mata saya sebagai pria sehat normal, perempuan yang humoris dan pandai melucu juga tampak jauh lebih sexy daripada yang pendiam, serius, dan alim, terlebih kalau dia (atau mereka) memiliki skill melucu yang lebih tinggi dari saya.

Meningkatkan selera dan juga keterampilan dalam berhumor akan dengan secara signifikan memperbesar peluang kita mendapatkan pasangan hidup. Kuncinya terletak pada kesan atau pertemuan pertama, dalam kemampuan yang disebut sebagai breaking the ice alias memecahkan es (kebekuan).

Saat dua insan beda jenis kali pertama berkenalan, tentu yang ada adalah kebekuan dan kekakuan karena keduanya belum pernah saling tahu sebelumnya. Lalu percakapan-percakapan awal pasti terjadi dengan saling menanyakan lebih detail latar belakang masing-masing, misal sekolah di mana, kuliah di mana, kerja di mana, tinggal di mana, dan berasal dari mana.

Bagi orang-orang yang kaku, formal, serius, dan berwawasan seadanya, obrolan singkat ini akan berlalu tanpa cita rasa. Hambar. Informasi demi informasi hanya lewat tanpa ada kesan sedikitpun. Bukan karena semua info itu tidak penting atau tidak menarik bagi lawan bicara, melainkan karena cara menanyakan dan menjawabnya tidak berkesan duluan.

Sedikit polesan humor akan membuat acara tanya-jawab rutin saat awal perkenalan menjadi cukup kaya warna sehingga menarik untuk dilanjutkan hingga ke tingkatan yang lebih mendalam. Misal, saat ditanya tempat tinggal, sebelum menyebut nama tempat, Anda bisa menjawab, "Itu tuh, di tempat yang para tetangga hobi saling menggosip...!". Mendengar itu, kenalan baru Anda pasti tertawa dan menjawab, "Ya iya lah! Di tempatku juga begitu!", atau kalau dia punya skill berhumor yang sama tinggi, dia mungkin akan mengatakan, "Wah, kalau di tempatku, para tetangga tinggal saling berdekatan satu sama lain!"

Dengan bekal selera humor yang demikian, Anda akan dengan mudah menemui kenalan-kenalan baru. Dan tak hanya itu, para kenalan baru dari gender berlainan itu lantas akan lengket menjadi teman dekat dan selanjutnya... terserah Anda!

Kemampuan berhumor pada pendapat saya juga berbanding lurus dengan keterampilan bergaul secara umum. Dalam arti, makin tinggi kemampuan humor Anda, maka skill Anda dalam bersosialisasi juga akan semakin baik. Jika keahlian bersosialisasi telah sangat bagus, maka tak akan sulit bagi Anda untuk masuk ke jenis lingkungan apapun dan menemukan orang-orang baru terutama para lawan jenis yang menarik.

Mengenai skill memanfaatkan humor untuk memperbesar peluang mendapat jodoh, saya akan ungkap dalam bab lain.

The Science of nDhagel: Panduan Edan Menjadi Orang LucuHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin