[40] Himself

4.3K 602 12
                                    

Hari sudah hampir maghrib saat gue nunggu Vinta latihan Paskibra. Hampir sejam gue nunggu, tapi latihannya belum kelar. Gue pun cuma duduk di masjid yang menghadap lapangan—tempat Vinta latihan—sambil main ponsel.

Ngomong-ngomong, gue juga liat Ghania disana. Ghania kayaknya blue addict banget, dari kuncir, gelang, sepatu, baju, dan training warna biru semua. Tapi tetep manis kok, kontras sama kulitnya yang kuning langsat. Ghania latihan nggak pake kacamata dan matanya keliatan sipit.

Udah jam enam, latihan Paskibra kayaknya udah selesai. Semuanya pada berdoa soalnya. Dari tadi, gue liat Ghania, dan gue pikir Ghania beneran jauhin gue. Surat gue aja nggak dibales lagi sama dia. Dan bodohnya, gue tetep ngasih dia surat.

"Gama!" seruan Vinta membuat gue menoleh ke dia yang lagi berlari ke arah gue.

"Kamu nungguin aku nggak lama, kan?" tanya Vinta begitu dia di depan gue.

Gue pura-pura merajuk. "Lama banget ditungguin. Nggak tau aku capek, apa?" Melihat Vinta yang mukanya kayak orang bersalah banget, gue pun terkekeh sambil mengacak rambutnya. "Bercanda, Sayang."

Vinta langsung mukul lengan gue pake tas Tupperware yang isinya tempat makan dia. Keras banget. Sakit sih, tapi dikit. Gue cuma bisa ketawa aja liat Vinta yang gantian merajuk.

Setelah itu, gue nggak sengaja liat Ghania yang lewat di depan kita. Kepalanya menunduk. Rambutnya nggak dikuncir lagi, tapi digerai. Kacamata udah bertengger manis di hidungnya.

Gue mikir, apa Ghania cemburu liat gue?

Apa yang dirasain Ghania saat dia liat gue?

Gue lupa kalo Ghania masih ada di sekitar sini. Gue udah nyakitin dia secara nggak langsung.

Love Cheesy Paper Ink(s)Where stories live. Discover now