Mata Gisel terlihat kaget. Gue tau, dia pasti panik, tapi dia nggak mau nunjukin kalau dia panik. Gue terus duduk dan nyuruh Gisel untuk duduk juga di bangku sebelah gue. Gue narik bangku Gisel untuk mendekat.
"Ternyata lo yang ngirim surat ini?" tanya gue langsung.
"Nggak!" sergah Gisel. "Bukan gue, sumpah."
Gue naikin alis nggak percaya. "Masa? Di surat udah jelas-jelas tertulis inisial "G", siapa lagi kalo bukan lo?"
"Orang yang inisialnya "G" tuh banyak kali. Bukan gue doang."
Dasar, udah ketauan masih aja ngelak.
"Kenapa sih, Sel, kalo lo suka gue ya tinggal ngomong aja. Nggak perlu surat-suratan gini." Suara gue melembut.
"Lo apaan, sih, Gam?! Gue tabok nih, mau?" Gisel berubah nyolot.
"Sel, lo nggak perlu ngelak lagi kalo udah ketauan. Gue nggak bakal marah, kok."
Plakkk!!!
Ternyata Gisel nabok gue beneran, teman-teman. Sakit rasanya, gue megangin pipi gue yang habis ditabok. Kok bisa, sih, gue disukai cewek beringas kayak gini?
"Gue nggak suka lo, ngerti? Gue cuma jadi kurir buat nganterin surat lo, ngerti? Kalo lo sampe nggak percaya, gue bakal patahin laptop lo biar lo nggak bisa bikin animasi lagi. NGERTI?!"
Gue berdecak. "Iya iya."
Mau nggak mau, gue harus percaya.
Kalau bukan Gisel, terus siapa?
Gardi? Yakali gue homoan sama dia.
------
a.n
Gue nggak jadi unpublish ini kok, teman-teman. Cuma, kalo cerita ini selese, boleh nggak gue mengubah sosok Gama?
I have any reasons to do it😥
YOU ARE READING
Love Cheesy Paper Ink(s)
Short StoryIni pertama kalinya bagi Gama. Diberi seorang cewek surat yang membuatnya penasaran. Surat dari cewek berinisial "G" selalu memakai bolpoin biru. Karena bolpoin biru milik Gama hilang, Gama memakai bolpoin merah. Biar bagus. ------ Copyright©2017, b...
