Chapter 1 - Pertemuan (1/3)

18.6K 419 14
                                    

⚜⚜⚜

"Lo tahu nggak sih, Sha? Kita bakal kedatangan general manager baru dan bakal dipilih salah satu di antara kita buat jadi sekretaris beliau." Dengan semangat menggebu, wanita itu bercerita.

"Kamu tahu dari mana?" tanya perempuan yang dipanggil Sha itu.

"Alah, Sha. Masa nggak tahu, dari Pak Bondan bagian HRD dong." Masih dengan suaranya yang riang wanita itu menjawab.

"Oh."

"Hanya oh, Sha?" ucap wanita itu menatap Sha dengan heran.

"Terus harus apa?" Masih dengan nada tenang yang sama, Sha menjawab.

"Arsyila Romeesha Farzana yang cantik. Please, deh."

"Apa?" ucap perempuan yang bernama Arsyila Romeesha Farzana itu.

"Ah, ya, sudahlah. Aku balik saja ke mejaku." Wanita itu melangkah menjauh dari meja Meesha, saat dia sudah dekat dengan mejanya. Tiba-tiba dia berhenti. Lalu menolehkan kepala ke belakang melihat kembali temannya. "Gue yakin, lo bakal kepilih buat jadi sekretaris tuh GM baru." Dia kemudian melanjutkan langkah.

"Nita. Jangan suka bikin gosip." Dengan tegas dia menyanggah ucapan temannya yang bernama Nita.

"Siapa yang bikin gosip sih, Meesha. Orang beneran, kok. Gebetan gue, si Ardi, 'kan di HRD. Ya, bocoran dikitlah."

Meesha, panggilan perempuan itu. Mengangguk paham. Kendati demikian, dia tak mau melanjutkan pembicaraan. Dia menundukkan kepala menekuri pekerjaannya kembali. Sedangkan Nita yang melihatnya mendengkus kecewa lalu mengempaskan pantat di kursi, sedikit kasar dia menarik kursi mendekati meja komputer dan mulai mengetik.

***

Pukul sepuluh, seluruh karyawan jajaran managerial diminta berkumpul di ruang rapat. Meesha duduk dengan tenang, tak mengindahkan kasak-kusuk di belakangnya. Sudah biasa terjadi. Batin Meesha.

Begitu Pak Roni, sang general manager memasuki ruangan, ruangan itu mendadak senyap. Berbeda dengan saat pertama kali yang riuh didominasi suara para karyawan yang menanyakan untuk apa mereka dikumpulkan.

Pria paruh baya itu---Pak Roni berdiri di hadapan semua karyawan dengan penuh wibawa. Kemudian dia berbicara, "Selamat pagi semuanya."

"Pagi, Pak," jawab para karyawan serentak.

"Baiklah, to the point saja. Kenapa kalian saya kumpulkan di sini. Seperti yang sudah saya informasikan di awal, akhir bulan ini saya akan pensiun dan posisi general manager akan digantikan oleh kawula muda yang lebih fresh ide-idenya." Pak Roni menghela napas sekejab. "Dia adalah keponakan Pak Anton. Pemilik perusahaan ini. Dia adalah Arzan Ryouta Zakwan, lulusan bisnis manajemen dari Jepang. Silakan masuk, Nak."

Seorang pria berbadan tegap dengan perut sedikit buncit memasuki ruangan. Seluruh karyawan berhenti bernapas beberapa detik menunggu kedatangan sang general manager baru. Begitu melihat siapa GM baru mereka, ada yang mendesah kecewa, mendengkus geli, bahkan menahan tawa mereka. Walaupun pria itu tampan, postur tubuhnya tinggi besar dan tegap. Namun, perutnya yang sedikit buncit itu membuat mereka terkekeh geli.

Sudah biasa aku ditertawakan. Batin pria itu, Arzan. Dia mengedarkan pandangan, netranya terpaku pada sosok perempuan berjilbab lebar berwarna biru muda. Bukankah itu perempuan yang tadi? Yang menabrakku. Batin Arzan bertanya.

Meesha melihat sekilas siapa general manager baru mereka. Napasnya tercekat kala mengingat kejadian tadi pagi. Dia malu seandainya pria itu masih mengingat dirinya. Dia lupa bahwa sepedanya sempat menggores bagasi belakang mobil pria itu hingga menimbulkan baret. Aku akan berbicara dengannya nanti. Aku tidak mau disangka tidak bertanggung jawab. Batin Meesha.

Di sisi lain, Arzan masih ingat, tadi saat dirinya sedang berada di seberang jalan ingin memasuki mobil sepulang mengantar putri adiknya bersekolah. Tak sengaja, mobilnya ditabrak sepeda dari belakang. Ban sepeda itu penyok. Pengendaranya jatuh. Saat dia menengok ke belakang, dia segera mendekati perempuan itu, si pengendara sepeda.

Berniat membantu, Arzan mengulurkan tangan. "Maaf, bukan mahram. Saya bisa bangun sendiri." Dengan halus perempuan itu menolak uluran tangan Arzan.

Arzan tertegun mendengar suaranya yang merdu, suara itu seolah merasuk ke kalbu Arzan. Begitu damai dia rasa. Wanita itu mengucapkan permintaan maaf, tetapi Arzan yang masih berada di alam bawah sadarnya tak merespons. Melihat Arzan yang tak merespons, wanita itu segera mengambil sepeda dan beranjak pergi.

Arzan tersadar dari keterpakuannya saat si wanita sudah memapah sepeda menjauh.

"Mbak ... tunggu. Biar saya antar."

"Tidak, terima kasih. Sekali lagi saya minta maaf. Permisi. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Ditatapnya punggung yang menjauhinya. Arzan akan selalu mengingat baju yang dikenakan wanita itu. Saat dia ingin beranjak, tatapan matanya menangkap sebuah kartu. Dipungutnya kartu itu lalu tersenyum membacanya.

Seseorang menepuk pundak Arzan membuatnya tersadar dari lamunannya menatap Meesha. Perempuan berhijab biru. Tergeragap Arzan menatap tangan yang menepuk pundaknya.

Melihat raut bertanya dari Arzan, Pak Roni mengulang ucapannya.

"Silakan beri sambutan."

Mengangguk paham, Arzan mulai membuka mulut. "Perkenalkan, nama saya Arzan Ryouta Zakwan. Saya general manager kalian yang baru yang akan menggantikan Pak Roni tiga sampai enam bulan ke depan, saya harap kita bisa bekerja sama dengan baik."

Semua karyawan memberi banyak tanggapan. Ada yang tersenyum berharap GM yang baru dapat berbaur dan bekerja dengan baik. Ada pula yang was-was takut galak, dan sebagainya.

Mewakili seluruh karyawan, Pak Roni mengucapkan selamat datang. Setelah itu dilanjutkan acara perkenalan singkat dari jajaran manager lainnya. Begitu acara itu selesai, Arzan dibimbing menuju ruangan di ujung lorong. Melewati kubikel-kubikel karyawan lainnya bersama Pak Roni. Arzan melihat wanita itu kembali. Dalam hati, dia berharap semoga bisa berkenalan dengan perempuan itu secara langsung.

Arzan duduk di kursi kebesarannya, menggantikan posisi Pak Roni. Pak Roni mengikuti duduk di hadapannya.

"Terima kasih, Pak Roni sudah mau mempercayakan jabatannya pada saya."

"Sudahlah, jangan terlalu formal." Pak Roni terkekeh kecil, kemudian tangannya menunjuk sebuah map berwarna biru di samping kanan meja. "Itu berkas dari HRD. Rekomendasi dariku untuk sekretarismu. Sedikit rumit sih, tapi aku harap kamu bisa mengatasinya."

"Aku percaya sajalah sama pilihannya, Om. Pasti bagus."

"Dilihat dulu, ini berbeda dengan sekretarismu di Jepang sana. Di sana laki-laki, di sini yang kompeten tidak ada untuk posisi itu."

"Oke, Om. Aku lihat dulu." Dijulurkannya tangan mengambil map, lalu dibukanya. Netra itu terpaku di potret manis sang perempuan. "Arsyila Romeesha Farzana," gumamnya.

"Gimana?" tanya Pak Roni.

Arzan tersentak kemudian mendongak menatap Pak Roni dan tersenyum. "Saya setuju, Om."

"Dia ini ...," ucap Pak Roni menggantung.

Tok tok tok

⚜⚜⚜

927 words.
Wednesday, 24 Januari 2018
02.44 pm

Memeluk Janji [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang