Steve membukakanku pintu mobilnya lalu aku masuk dan kami mengitari padatnya kota di malam hari. Semua benar-benar telah kembali seperti semula. Semua bangunan, gedung-gedung pencakar langit, sekolah, pabrik-pabrik, hotel dan seluruhnya telah dibangun kembali. Tentunya dengan arsitektur yang jauh lebih baik.

"Wizzy?" Tanya Steve sembari mengemudi.
"Hm? "

"Aku merasa ada yang aneh pada diriku"

Aku menoleh padanya, "Apa yang aneh?"

"Aku merasa ada yang kurang saja"

Aku masih tidak mengerti dengan apa yang diomongkan oleh Steve.

"Maksudku, mungkin karena kita tidak mempunyai tugas yang berat. Entah mengapa aku jadi rindu pada saat-saat kita berperang. Rasanya, seperti ada tantangan yang harus aku lalui saat itu" lanjutnya.

"Ya aku mengerti. Aku juga merasakan hal yang sama denganmu"

Jujur, Steve benar. Hidup seperti ini terasa kosong. Apalagi kami menjadi pasukan White-Golden, yang hanya dipakai di saat kota mengalami keadaan darurat. Selebihnya, kami hanya datang dan membantu di markas, melatih prajurit baru, bersenang-senang, dan... Berbagai hal membosankan lainnya. Tapi untunglah, ada Steve, Ibu dan Lizzy yang menjadi keluarga kecilku saat ini. Jadi, aku tidak terlalu merasa kosong.

"Tapi untunglah, masih ada kau yang selalu ada disampingku. Jadi aku tidak terlalu merasakannya"

Lagi-lagi Steve mengatakan apa yang aku pikirkan. "Dasar tukang gombal!" Seruku, lalu Steve hanya tertawa kecil.

°•°•°•°

Aku bergegas masuk ke dalam rumah, setelah bertanya kepada Steve apakah ia mau masuk dulu atau tidak. Dia jawab tidak, karena ada urusan mendadak. Aku memutar gagang pintu, seketika Lizzy datang memelukku. Ini terjadi setiap hari sejak segala kekacauan itu berakhir. Lizzy bilang, ia tidak mau kehilangan ataupun jauh dariku lagi. Adik kecilku yang manis.

"Hey Wizzy! Kau sudah pulang!" Serunya.

"Ya, dan dimana ibu?"

"Dia ada di ruang kerjanya. Ibu bilang, ia tidak mau diganggu dulu untuk beberapa saat. Dan kelihatannya sangat penting" jelas Lizzy.

"Apa kau sudah makan? Sudah mengerjakan PR?"

"Sudah, Kapten!" Lizzy hormat kepadaku.

Aku terkekeh, "Kembali ke kamarmu, aku akan menyusul. Aku mau menemui ibu dulu"

Lizzy menuruti perkataanku, ia naik ke lantai atas. Aku berjalan ke dapur untuk meneguk segelas orange juice yang sudah tersedia. Pasti ibu yang telah menyediakannya. Lalu aku beranjak ke ruang kerja ibu.

Tapi tunggu, aku mendengar ibu sedang berbicara dengan seseorang. Sepertinya sangat serius sampai nada bicara ibu meninggi.

"Sudah kubilang aku tidak bisa, James. Aku tidak bisa meninggalkan keluargaku begitu saja. Bahkan aku baru saja berkumpul kembali dengan mereka. Aku tidak ingin meninggalkan mereka untuk yang kedua kalinya!"

James? Siapa James? Setahuku tidak ada teman se-agen ibu yang bernama James. Lalu mengapa orang itu menyuruh ibu meninggalkan aku dan Lizzy? Berani sekali dia menyuruh ibuku untuk meninggalkan kami!

"Jangan paksa aku James! Aku tidak ingin berdebat denganmu mengenai hal ini"

"Bukannya aku tidak profesional dan ingin melarikan diri dari tugasku, tapi ini bukanlah sebuah misi biasa. Ini sebuah misi pemulihan! Nyawaku taruhannya! Dan aku tidak ingin kehilangan segalanya kembali, James"

Tugas? Misi? Sebuah misi pemulihan? Nyawa ibu menjadi taruhannya?! Tugas semacam apa ini? Apakah seperti memata-matai kelakuan kejam Walikota David? Oh maksudku mantan walikota David Vandencrip? Kalau memang benar, aku akan sangat tidak setuju dan menjadi orang terdepan yang akan menentangnya. Aku tidak mau kehilangan ibu lagi! Sangat tidak mau!

Tiba-tiba saja badanku terdorong masuk ke dalam ruangan ibu, karena ibu membuka pintu ruang kerjanya.

"Hei Nak?" heran Ibu.

"Ibu sedang menelfon siapa? " tanyaku to the point.

"Itu atasan ibu, meminta ibu untuk memata-matai beberapa menteri yang terkait kasus korupsi"

"Benarkah? Bukankah ibu tidak mempunyai atasan? Bukankah ibu ketua dari agen mata-mata kota?" Tanyaku tidak percaya, karena aku tau ibu seratus persen berbohong.

"Yaa, maksud ibu. Ketua seperti pemerintah atau penjabat-penjabat lain. Kami semua bekerja untuk mereka selagi itu benar, bukan?"

"Sampai harus meninggalkan aku dan Lizzy? Memangnya menteri mana yang akan ibu selidiki? Hingga harus mempertaruhkan nyawa ibu?" Tanyaku bertubi-tubi. Aku memang salah satu tipe orang yang ingin mengetahui langsung sesuatu kepada orang yang bersangkutan.

"Kau mungkin salah dengar nak" ujar ibu mengelus rambutku.

"Aku mendengarnya dengan jelas bu, misi apa yang akan kau jalani?" Tanyaku bersikukuh.

"Aku sudah katakan padamu tadi, Wizzy. Yasudah, ibu mau ke kamar adikmu dulu. Kau berganti pakaian setelah itu langsung makan ya. Ibu sudah siapkan semuanya di atas meja".

Ibu berlalu dari hadapanku dan menaiki tangga menuju kamar Lizzy.

Aneh. Tidak biasanya ibu berbohong kepadaku. Sebenarnya misi apa yang akan dijalani ibu? Dan kenapa ibu tidak mau menceritakannya padaku? Misi pemulihan terhadap apa? Apa yang ingin dipulihkan dari apa? Semakin banyak aku berfikir maka semakin banyak pertanyaan di benakku.

Baiklah. Jika ibu tidak mau memberitahuku, maka aku yang akan mencari tahunya sendiri.

🔥

Hai guys!!!!

Selamat datang kembali di cerita
"War of the city, series"
Lebih tepatnya di part yang kedua!

Dan akhirnya aku memilih judul
"WAR OF THE CITY : MISSION REJUVENATE"

Kira-kira jalan ceritanya bakalan kayak gimana ya?

1-10
Kasih nilai untuk bab pertamanya dong. Tulis di kolom komen yaa!!

And, don't forget to vomment ;)

Next or no?

Mission RejuvenateWhere stories live. Discover now