Oza tersenyum miris kala mengingat kalimat terakhir Fernandi kemarin. Menaklukkan keraguan Alvian? Yang ada malah Oza duluan yang ragu untuk mulai mendekati sang ‘serigala penyendiri’ itu! Huh, penyayang dari mana, serem gitu! Mana orangnya tegaan lagi. Oza masih dendam dengan kejadiah saat dirinya ditinggal begitu saja kemarin lusa.
Sore ini Alvian datang lagi. Masih setia dengan pilihannya untuk selalu berada di sudut dekat jendela. Manik hitam Oza berkilauan tak lepas memerhatikan sosok tinggi berjaket kulit hitam itu melangkah dengan kepala menunduk menuju meja di sudut. Kening Oza berkerut heran, bukannya meja di sudut itu udah penuh? Atau Alvian mau nyamperin mereka?
Sayangnya, tak satupun dugaan Oza yang benar. Alvian justru terlihat terkejut saat mendapati meja di sudut itu sudah terisi, cowok dingin itu lantas mengedarkan tatapannya ke seputar ruangan kafe yang lumayan ramai di sore menjelang malam itu. Celingukan, hingga akhirnya Dion—salah satu waiter Blue Cafe— menyongsongnya dan mengarahkan Alvian ke... meja Oza?!
Mata Oza membulat kala Alvian benar-benar menghenyakkan pantatnya di kursi yang letaknya tepat di depan Oza. Dion yang cepat tanggap segera meminta izin Oza agar Alvian dapat berbagi tempat dengannya.
“Kak Oza nggak lagi nunggu orang kan? Nggak papa kan kalo Kak Alvian duduk di sini juga?” tanya Dion dengan ekspresi antara memohon dan nggak enakan. Oza masih terpaku selama beberapa detik pada ekspresi Alvian yang menunduk dan sedikit merengut kesal. Dan jangan lupakan ‘tatapan anak hilang’ yang membuat Oza merasakan detak jantungnya meningkat beberapa puluh kali lipat ini. Ini masih Alvian si manusia es jutek kemarin, kan?
“Kak...?”
Oza kembali mengarahkan tatapannya pada Dion yang kini memasang senyum setengah memaksa. 'Tak perlu pasang muka seperti itu, aku pasti ijinin Alvian semeja sama aku kok!' batin Oza sambil balas tersenyum pada Dion.
“Boleh kok, Dion!”
“Makasih Kak Oza. Nah, silakan Kak Alvian duduk dulu, saya ambilin minumnya dulu ya. Yang biasa, kan?” tanya Dion dengan nada setengah membujuk. Alvian mengangguk, duduk masih dengan wajah merengutnya yang cute itu. Oza tak pernah tahu si Serigala Penyendiri ini bisa di bisa memasang ekspresi menggemaskan seperti itu. Apa dia kesal karena spot favoritnya diambil orang?
Alvian masih setia dengan keterdiamannya, sesekali menatap ke sekeliling kafe lalu beralih ke Oza. Atau mungkin tempat duduk Oza saat ini? Mengingat betapa sukanya Alvian terhadap spot di sudut. Oza menghitung, sudah lebih dari lima kali Alvian mencuri-curi pandang ke arahnya. Oza tak ingin ge-er, karena itulah cowok tembem itu memberanikan diri untuk bertanya.
“Kamu... mau change?”
Alis Alvian bertaut, tatapannya seketika fokus pada Oza. Oza memberi isyarat dengan menepuk-nepuk tempat duduknya sendiri sambil melemparkan tatapan bertanya. Alvian mengerutkan dahinya, keheranan tercetak dengan amat jelas di wajahnya. Tapi cowok ganteng nan pendiam itu sama sekali tak melontarkan protes atau pertanyaan apapun. Hanya mengangkat kedua bahunya acuh tak acuh dan beranjak untuk bertukar tempat duduk dengan Oza.
Mereka kembali tenggelam dalam keheningan lokal, yang hanya menyelimuti meja tempat mereka berada. Sementara meja-meja lainnya di sekeliling mereka ditingkahi berbagai suara canda, tawa serta berbagai macam topik obrolan. Oza yang biasanya tidak bisa diam itu, sekarang tengah sibuk mengamati setiap ekspresi yang ditampilkan oleh serigala penyendiri di hadapannya. Mencoba meraba hingga skala mikro, seperti yang dilakukan para ahli mikro ekspresi di tivi-tivi itu.
Jujur, Oza sama sekali nggak berbakat dalam hal ini dan nggak pernah melakukannya sebelumnya. Mengamati sampai sekepo ini hanya dilakukannya pada Alvian, seseorang yang mampu menggelitik ketertarikannya sampai ke taraf ini. Walaupun jauh di lubuk hatinya, Oza tidak yakin akan dapat mengetahui apa yang sedang dirasakan oleh Alvian mengingat begitu minimnya ekspresi yang dikeluarkan si muka datar ini.
YOU ARE READING
Unconditional
General FictionBased on true story. Special thanks to Bangata for his inspirative story. Also big thanks to @KucingMonster97 for the cover. Cerita ini mengandung unsur BxB alias homo. Silakan balik kanan bila kamu adalah homophobic. "Jauhi penyakitnya, bukan oran...
Part 1. Milkshake Trouble
Start from the beginning
