1 - Pangeran Barbie

13.8K 335 4
                                    

Desember 2013

Bolehkah orang-orang bermimpi? Hanya ingin mimpi yang manis, sekali saja. Mungkin mimpi itu bisa menjadi inspirasi untuk ke depan tetapi terkadang menyesatkan. Tidak lain seperti Andria yang bermimpi memiliki pacar lalu suami yang ideal: ganteng, tajir, pintar, keren, bertanggung jawab. Mungkin itu kriteria yang normal tapi ada satu kriteria lagi yang benar-benar membuat mimpinya terdengar mustahil: memiliki karisma seperti pangeran di film Barbie. Who knows? Selama 16 tahun Andria hidup, ia diselubungi oleh mimpinya yang suatu saat akan bertemu pangeran tampan dan hidup bahagia selamanya seperti Barbie.

Andria menghembuskan nafasnya dan melirik ke jam dinding. Jam 3 lewat seperempat. Kayaknya bener-bener harus pulang deh, pikirnya. Dia membereskan barang-barangnya dan beranjak keluar dari ruang OSIS. Tadi sempat ada rapat OSIS dan Andria merupakan salah satu sekertaris di OSIS. Tidak heran, biasanya ia pulang sore padahal anak-anak lain pulang sekitar jam 2 siang.

Andria membuka pintu ruang OSIS tanpa tenaga. Rasanya nyawa Andria tinggal setengah dan butuh di-charge. Ketika dia melihat ke depannya, tampak Dena dan Tia yang sedang molor di kursi depan kelas. Andria tersenyum jail melihat kedua sahabatnya itu.

“Awas! Ada kecoa! Ada kecoa!” seru Andria sambil menunjuk-nunjuk asal. Otomatis, Dena dan Tia bangun mendengar suara Andria yang volume-nya tidak manusiawi tersebut.

“Hah? Di mana?! Di mana?! Gede nggak?! Warna apa?!” Dena berteriak panik sambil memerhatikan sekelilingnya dengan was-was, karena dia memiliki trauma dengan kecoa. Sedangkan Tia membantu mencari koordinat yang pasti dimana letak si kecoa tersebut.

“Di hatimu.. heheh..” Andria terkekeh sendirian. Tia mendengus kesal dan berjalan meninggalkan Andria sementara Dena masih sibuk mencari kecoa itu.

“Hah? Di mana tadi? Di hati gue? Enggak mau! Iiihh!” kata Dena jijik dan berjalan mengejar Tia. Tawa Andria semakin keras melihat tingkah Dena itu.

***

Di dalam mobil, Andria duduk di kursi belakang sedangkan Dena di depan. Honda jazz hitam milik Tia ini melaju dengan kecepatan sedang di penatnya jalan ibukota. Sambil menyetel lagu Simple Plan feat. Natasha Bedingfield – Jet Lag, mereka asyik dengan kegiatan mereka masing-masing: Andria membaca majalah fashion, Dena online di HP-nya, terakhir Tia sibuk menyetir sambil bersiul mengikuti irama lagu Jetlag dari DVD Playernya.

Lagu Jetlag usai. Sempat hening beberapa saat sampai akhirnya bass I Love It berdentum keras dalam mobil. Sambil menganggukkan kepalanya, Dena membalikkan badannya ke belakang. Tanpa menatap Andria.

“Oh, iya, Dri,” Dena tetap fokus mengetik di HP-nya. “lo tau kan ada anak baru di kelas XI IPA 5? Yang gosipnya dia ganteng banget itu lhoo..”

Yap. Mulai lagi obrolan gosip bersama Dena, Andria membatin. Dia menoleh ke arah Dena dengan alis terangkat. Wajahnya terlihat datar dan tanpa minat.

“Hah? Ganteng? Kayak gimana? Kalau kata lo dia ganteng, gue nurut deh..”

“Eh, bukan gitu! Gue juga belom lihat orangnya kali. Nah, kan katanya lo lagi nyari pendamping hidup kayak pangeran di Barbie. Siapa tau cowok ini bisa membukakan mata lo dari pangeran Barbie itu!” seru Dena bersemangat lalu menaik-turunkan kedua alisnya. Andria mendengus kesal. Sepintas mukanya mirip banget kayak kutu, pengen dipites!

“Iya! Lo jangan kebanyakan mimpi! Kasian itu pangerannya Barbie lo mimpiin mulu entar lo dilabrak Barbie nya gimana?” sahut Tia sambil melirik ke spion tengah mobil. Andria dapat melihat sekarang kedua alis Tia juga bergerak naik turun seperti Dena.

Kenapa tiba-tiba mereka jadi senang menaikturunkan alis sih? Andria bertanya dalam hati. Sedang tren-kah?

“Udeh, lo nyetir aja! Gue masih pengen hidup tau,” balas Andria dan kembali membaca majalah. Mengabaikan caci maki yang akan keluar lagi dari mulut-mulut sahabatnya.

Pangeran BarbieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang