BAB 5 : A Bit of Jealous

Start from the beginning
                                    

Kontan saja Jeha langsung menepuk dahinya. Bisa gawat jika pacar laki-laki itu tiba-tiba muncul seperti setan di film horror. Kedua sahabat Salsha itupun hanya mampu mengekor diikuti oleh ketiga teman laki-laki Alwan. Dalam hati Jeha merapalkan kata agar tak ada peperangan akibat hal ini. Berbeda dengan Steffi yang malah menangkupkan pipi seraya berkata 'sweet' berkali-kali.

Salsha tersenyum tipis tanpa diketahui laki-laki itu. Namun senyumnya tak bertahan lama ketika matanya memandang dua orang yang tengah berjalan beriringan dari arah lawan.

Salsha berusaha menahan rasa gemas bercampur kesalnya. Dia menatap sinis ke arah depan. Bagus. Seminggu tak mengabari dia dan menjauh namun sekarang terpergok tengah berjalan di koridor sepi. Kemudian gadis berjilbab di samping Iqbaal itu menunjuk ke arahnya membuat ia menurunkan tatapan sinis.

"Pacar kamu," ucap Alwan yang tak ditanggapi Salsha. Mata gadis itu memandang ke arah Iqbaal yang saat ini menatapnya.

Sesuai harapan. Laki-laki pamit ke gadis berjilbab yang Salsha ketahui bernama Adiba itu. Ketua dari perkumpulan remaja muslim atau yang biasa disebut PRM sekolah. Iqbaal berjalan mendekat membuat senyuman tak bisa ditahan dari bibir Salsha. Rupanya laki-laki itu masih mencintainya.

"Kamu kenapa?" tanyanya pada Salsha yang juga sesekali melirik tangan Alwan yang melingkari bahu Salsha.

"Dia jatuh dan kakinya kesleo," jawab Alwan.

"Kakak udah punya pacar kan? Bisa lepas rangkulannya? Entar ada yang salah paham." Iqbaal mengatakan sembari mengedarkan pandang menyindir.

Alwan melepasnya meski tatapan tajam masih mematri di bola mata ke arah Iqbaal.

"Statusnya diinget, Kak," kata Iqbaal sembari mengambil alih posisi Alwan yang membuat laki-laki itu bergeser. Dan Iqbaal pun memapah Salsha menjauh dari sana.

***

Iqbaal masuk ke dalam ruang UKS lagi setelah petugas kesehatan mengobati memar di siku dan kesleo yang sebenarnya hanya tipu daya Salsha. Laki-laki itu duduk di samping gadis yang meneguk air mineralnya, tampak seperti orang yang baru meminum obat.

"Udah baikan?" Salsha hanya mengangguk dan menaruh botol minuman yang saat ini diambil alih Iqbaal.

"Harusnya kamu minta tolong aku kalo luka kayak gini," kata Iqbaal yang tak dihiraukan Salsha. Gadis yang berpura-pura sakit itu berlagak lemah dan ingin berbaring yang membuat Iqbaal membantunya untuk sekedar berbaring.

"Sha...," panggilnya ketika gadis itu mengacuhkan dirinya, "jangan deket-deket Kak Alwan lagi, yaa..."

Tak ada yang tahu jika dibalik ekspresi datar Salsha, gadis itu menahan senyuman kemenangannya.

Iqbaal membelai rambutnya manatap dalam matanya membuat Salsha terpanah karna bola mata cokelat itu. Hanya dengan cara sesederhana ini Iqbaal mampu mengembalikan kecewanya. Hanya dengan cara sesederhana ini Iqbaal memupuk cinta di hatinya.

"Kenapa?" tanya Salsha menyuara, "bukannya kita udah pu...tus?" Mata cokelatnya memandang hazel Iqbaal dengan tanya besar.

Mengapa dia tak boleh dekat dengan laki-laki lain sedangkan Iqbaal bebas dengan yang mana saja.

"Karena Alwan udah punya pacar dan kamu tau kalau pacar dia masih sepupu aku."

Cuma itu ternyata.

***

Salsha berjalan bak penguasa diikuti oleh Steffi dan Jeha. Langkah tegasnya membawa dia ke ruangan di mana tempat bagi para siswi yang mengikuti PRM SMA Garuda berkumpul. Pintu cokelat dengan hiasan yang tak menarik minat Salsha itupun dibuka dengan kencang membuat anggota yang sepertinya tengah rapat itu terlonjak.

Salsha tak perduli. Persetan dengan rapat, dia lebih perduli mau diapakan gadis yang tengah berdiri di papan penuh coretan vision itu. Langkah lebarnya mendekat kemudian tanpa aba-aba ia menarik jilbab gadis itu hingga semua yang ada di ruangan memekik.

"Astagfirullah, Kak Adiba!"

"Kak!"

"Kak Salsha kasian Kak Dibanya kesakitan itu..."

Salsha tak perduli dengan semua pekikan yang dia dengar. Dia terus menarik jilbab putih itu hingga menit ketiga ia melepasnya.

Penampilan Adiba yang tadi rapi itu berubah hanya dalam sekejap. Jilbabnya lusuh tak berbentuk, pun letaknya yang melorot hingga memperlihatkan ikat kepala bewarna putihnya.

"Ini akibat karna lo udah ke-gep berduaan sama pacar gue!"

Adiba menatap gadis di depannya dengan helaan napas panjang. Dia memperbaiki letak jilbabnya sebelum mengatakan balasan dari tuduhan Salsha.

"Harusnya lo nyadar siapa sih lo tuh sampe berani deketin pacar gue." Salsha melipat tangannya dengan sombong seolah menunjukkan kekuasaan yang dia miliki tak terbantah. Semua orang yang ada di ruangan itu mendengus dan menatap Salsha tak suka, kecuali Adiba, Jeha, dan Steffi tentunya.

"PRM akan buat acara minggu depan untuk penyambutan hari santri dan aku selaku ketua panitia minta kesediaan Iqbaal selaku ketua OSIS untuk kasih masukan tempat dan gimana acara akan diselenggarain," jelas Adiba. "Liat! Di papan ini semua kegiatan udah dipaparin."

Salsha mendengus, "Lo pikir gue perduli sama kegiatan lo?"

"Aku cuma jelasin kalo tadi kita murni bahas planning acara."

"Harus banget berduaan?"

"Tadi di belakang kita ada Dina kok, dia yang catet semua ide yang Iqbaal kasih tadi."

Gadia bertubuh gempal yang bername tag Dina Renata itu menunjukkan sebuah buku yang dia bawa. "Nih kalo gak percaya! Steffi sama Jeha liat kok kalo gue ada di sana."

Salsha melirik ke arah buku itu sekilas kemudian berkata, "Gue gak perduli! Yang gue liat dia ini udah jalan berdua sama pacar gue.

"Kalo gitu, kenapa lo gak cemburu sama Vanes?"

Salsha menatap gadis bernama Dina itu. "Vanes?" ucapnya asing mengingat ia tak pernah mendengar kata itu.

"Iyaa... Vanes. Kemarin kan Iqbaal abis jalan berdua sama dia. Kenapa lo gak cemburu sama dia juga? Padahal mereka jalannya berdua loh," kata Dina mengangguk, "ber-du-a!" ejanya menegaskan.

***

What do you think about this part?

Cium beceq
-Bieber.

My Sweetest ExWhere stories live. Discover now