Comedy//Gege

40 5 0
                                    

Ditulis oleh: Ge
Judul: Sate Padang
.
.
.
.


Seorang perempuan berbaju putih kumal dan berambut panjang dengan wajah kusam, muram, dan suramnya yang sangat mengganggu pengelihatan siapa saja yang melihatnya itu terlihat tak menginjak tanah, kakinya menggantung di udara.

Bukan. Dia bukan sejenis kuntilanak atau genderuwo yang sedang mangkal. Dia hanya seorang perempuan lajang sembilan belas tahun yang sedang duduk di bangku Mamang Sate Padang di dekat kost-kostannya. Dia pendek, makanya untuk menyentuh bumi saat duduk di kursi sangat sulit.

Dengan postur tubuh kecil nan mungil yang disentil dikit langsung lengit, perempuan itu sebenarnya bisa bela diri.

Membela diri dari hinaan orang-orang sebenarnya. Contohnya seperti saat ini, dia sedang berdebat sama Mamang Sate Padang kesayangannya ini.

"Neng Jun, makan yang banyak atuh, ini si Eneng beli sate saya setengah porsi. Gimana mau gede atuh, Neng Junti," ujar Mang Kasepian, penjual Sate Padang yang berasal dari Sunda, dia selalu merasa kesepian padahal selalu ramai pelanggan.

Perempuan yang dipanggil Junti itu memutar bola matanya. "Mang, tahu, nggak?" tanyanya saat setelah menelan lontong beserta kuah sate padang yang tak terlalu pedas.

"Nggak, Neng. 'Kan belom dikasih tahu atuh," jawab Mang Kasep.

Junti memutar bola matanya lagi. "Jangan dipotong dulu, Mang," sergahnya. "sekarang 'kan bulan desember tanggal duapuluh satu, saya belum gajian, Mang. Ini lagi krisis ekonomi," lanjutnya.

"Oh, begitu, ya, Neng. Turut berduka."

Sudah jam delapan malam, dan makin banyak pelanggan Mang Kasep yang berdatangan, membuat Mang Kasep mengipas-ngipas sate dengan kuat agar cepat matang, dan membuat asapnya beterbangan di jalanan.

Asapnya tepat bergerumbul mengenai Junti yang posisinya sangat pas berada di sebelah tempat pemanggang sate.

"Pelan-pelan aja buset, dah, Mang. Kena gue, nih asapnya," teriak Junti sambil menggigit sate di tusukan. Mang Kasep hanya nyengir dan memelankan goyangan tangannya dari kanan ke kiri itu.

"Yooo, Mang Kesepian, rame ajah nich, pesen kaya biasa, ya, Mang. Duo porsi lancak bana lah caknyo iko yo," ujar Pongki, Si Gendut dari negeri Padang, tetangga sebelah kost-kostannya Junti yang suka mutar lagu hip-hop pakai speaker yang terlalu memekakkan telinga.

"Eh, ado Uni Jun," ucapnya lalu duduk di hadapan Junti. "serem sekali, macem sundel bolong, eh, indak deng, elok nian Sundel Bolong, macem Kuntilanak ajo bagusnyo," lanjutnya.

Wajah Junti yang memerah seakan ingin meledak dalam hitungan.

"PONGKIII MONYET!" Ah, belum sempat dihitung, dia sudah meledak saja.

"Eit, santai ajo wa'ang tuh, indak usah marah-marah lah." Pongki yang sangat senang menggoda Junti sekarang semakin senang.

Junti melanjutkan untuk menyantap Sate Padang lezat membahana yang tersisa sedikit ini sambil meredakan emosinya.

Pongki ini, selalu saja, merusak kenikmatan-kenikmatan yang ada. Pokoknya, Junti benci Pongki!

"Eh, Ni, makan lah yang banyak macam Denai, nih, duo porsi sekali makan." Pongki memamerkan makanannya yang sangat banyak.

Junti tak memerdulikan Pongki, dan Pongki yang tak diperlukan kemudian memakan Sate Padang Mang Kasep dengan cepat.

Tak lebih dari tujuh menit, Pongki sudah selesai dengan makanannya. Itu perut karet yang dipeliharanya ternyata bisa muat banyak , ya.

"Eh, Kunti, lama sekali wa'ang makan, tuh," ucap Pongki.

Junti yang dihina, kemudian melempar tatapan seperti singa mendapat mangsa.

Junti berdiri dari tempat duduknya, lalu berjalan pelan secara dramatis menuju ke areh Pongki. Setelah dapat, hap! Junti segera mencekik Pongki, kemudian si Pongki berusaha melepaskan diri dengan mudah karena badannya yang besar seperti jelly raksasa.

Pongki kemudian berlari, dikejar oleh Junti.

Mang Kasep kemudian teringat sesuatu. "Astapirulo, mereka belom bayar euy! Enak aja mereka berdua, ngajak gelut ka aing!" teriak Mang Kasep smabil memegang kipas sate.

Di ujung jalan sana, ada dua orang yang sedang ngos-ngosan karena letih berlari menjauh dari Mamang Penjual Sate itu.

"Yee, terimokasih, yo, Uni Junti, akhirnyo Denai makan banyak terus gratis," ucap Pongki.

"Ah sialan, lo, Pong," ucap Junti. "Eh, tapi gak papa, deh, gue jadi makan gratis juga," lanjutnya.

"Ya udah, besok kita coba lagi, pake strategi ya, kali ini. Biar gak bayar lagi," ujar Pongki.

Mereka berdua kemudian berhigh-five.

***

Jujur aja, gue buatnya gak ada feel sama sekali, haha. Ini juga sambil ngapalin sin cos tan. Gutbai, dan 10gs to lokatraya.

आप प्रकाशित भागों के अंत तक पहुँच चुके हैं।

⏰ पिछला अद्यतन: Jan 20, 2018 ⏰

नए भागों की सूचना पाने के लिए इस कहानी को अपनी लाइब्रेरी में जोड़ें!

Writing One Weekजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें