Action//Trijaya Sastia

26 4 8
                                    

Ditulis oleh: Trijaya Sastia
Judul: Teman adalah Kebaikan
.
.
.
.

Mata Zeoy baru saja menangkap sosok Neva yang kini duduk di bangku sebelahnya. Teman satu bangkunya itu baru saja memasuki kelas setelah katanya mau menemui Raka. Hanya sekedar pemberitahuan kalau Raka adalah pacar Neva, yang kini sedang berada di ruang UKS gara-gara berantem dengan adik kelas. Raka bukan tipe-tipe badboy seperti yang sering Zoey baca di novel, cowok itu hanya cowok biasa pemegang sabuk hitam Taekwondo, itu saja.

“Rakanya gimana?” tanya Zoey setelah menghentikan aktifitas mencatatnya.

Neva menghela napas. “Dia masuk BK sekarang. Aku jadi serba salah jujur sama Raka kan jadinya seperti ini.”

Kemarin Neva cerita kalau ada adik kelas yang menggangunya, entah siapa. Hah, Zoey rasa adik kelas itu cowok yang barusan Raka ajak berantem. Bagaimana Raka menendang, memukul rahang, ataupun mengelak dari serangan adik kelasnya itu Zoey masih ingat jelas. Dari awal kejadian tanyakan saja pada Zoey, dia melotot sepanjang kejadian yang tepat terjadi di depannya itu. Tepatnya lagi di lorong koridor kelas dua belas.

“Pacar kalau marah sampai kayak gitu sih biasa aja Neva,” jawab Zoey.

Neva masih sedikit khawatir sebenarnya, tapi entah kenapa dia malah jengkel. Baginya ini berlebihan hanya karena adik kelas itu menggodai Neva sewaktu pulang sekolah Raka bisa semarah itu. “Tapi nggak seperti itu juga. Berlebihan tau.”

“Terus kamu maunya gimana? Cowok itu juga pantes dapat hadiah dari Raka siapa suruh berani godain anak cewek orang. Belum kenal aja udah berani pengang tanganmu kan. Untung kemarin aku lihat kalau nggak habis kamu.”

Memang keterlaluan jika Neva ingat kejadian itu. Raka juga pasti kebawa emosi, tapi harusnya cowok itu bisa menahannya tidak sampai berantem di sekolahan. Neva serba salah, cewek itu lantas menumpangkan dagunya ke lengan, membenamkan wajahnya di sana. Dia masih khawatir juga kesal. Jangan ganggu dulu.

*****

Setiap hari Kamis kegiatan Raka setelah pulang sekolah adalah latihan. Di gedung sekolah dengan ukuran yang cukup untuk latihan beladiri ini. Lengkap dengan doboknya dia melakukan pemanasan duluan. Tugasnya membantu melatih di sini dan latihan baru akan dimulai dua puluh menit lagi.

“Kamu udah selesai?”

Baru saja dia akan mencium lutut, tapi suara dari luar menghentikan aktifitasnya. Dia menoleh mendapati Neva berdiri di pintu masuk.

Raka membaringkan badannya di atas matras sekarang. “Masuklah, duduk di sini,” katanya sembari menepuk-nepuk matras. Menyuruh Neva agar duduk di sebelahnya.

Cewek itu menurut. “Tadi gimana?”
Dari dulu Raka memang hapal siapa Neva, cewek itu memeng sedikit cuek dan tidak suka basa-basi. “Harusnya tanya gimana kondisimu ganteng, bukan malah tanya gitu.”

“Pertanyaanku juga nggak salah. Kamu masuk ruang BK di saat kamu udah kelas dua belas. Gimana kalau gara-gara ini kamu malah dapat masalah dan malah dikeluarin dari sekolah?” cerocos Neva.

Raka segera duduk, lalu memandang Neva yang kini mukanya sangat gusar gara-gara terlalu khawatir. Tidak lama cowok itu tertawa. “Aku cuman sekali berantem kalau dikeluarin harusnya adik kelas itu karena udah sering hilir mudik ruang BK.”

Writing One WeekWhere stories live. Discover now