3. Lulus SD

243 11 0
                                    

"Sebentar lagi ujian ya? Setelah ini melanjutkan sekolah dimana, Nam? SMP Negeri 1 atau SMP Negeri 2?"

"Aku belum tahu, Dit."

"Ibuku menyarankan untuk melanjutkan di SMP Negeri 1, Nam, yang dekat."

Anam hanya terdiam, dia menundukan kepalanya. Beberapa saat kemudian pak guru datang dan segera memulai pelajaran.

Sekarang, kegiatanku sehari-hari setelah pulang sekolah adalah bermain di tempat pak Harun. Ibu juga lebih suka jika aku bermain disini. Kini ibu tidak perlu khawatir anaknya digigit ular ataupun tenggelam di sungai. Jika sudah sore dan aku belum pulang, ibu tinggal menjemputku di tempat pak Harun dengan mambawa sebuah gagang sapu andalannya.

Sepulang sekolah, aku bergegas mengganti baju, makan, dan kemudian pamit untuk pergi ke tempat pak Harun. Mengerti aku tidak pernah jajan disekolah, ibu memberiku uang saku lebih banyak dari biasanya, supaya aku bisa jajan dan tetap bermain game. Tetapi, tetap saja aku memilih untuk tidak jajan.

"Mas Dodi, aku main satu jam setengah ya? Tapi yang setengah jam aku hutang dulu, boleh?"

"Eh masih kecil sudah belajar hutang kamu, Dit. Bermain satu jam dulu, nanti jika tidak ada yang antri aku kasih bonus setengah jam."

Mendengar hal tersebut aku pun sangat senang, mas Dodi adalah operator yang menjaga dan merawat semua komputer di tempat ini. Dia juga orang yang dulu menolongku saat aku merusak salah satu komputer disini. Begini kisahnya:

"Ada apa, dek? Kok bau kabel kebakar?" tanya mas Dodi.

"Nganu, mas..."

Merasa ada yang aneh, mas Dodi segera menghampiri bilik yang aku pakai.

"Wah! Kipasnya kebakar lagi! Padahal sudah tiga kali diganti!"

Mendengar hal tersebut aku semakin panik dan takut. Aku hanya terdiam dan menunduk.

"Sudah, dek, tidak apa-apa. Kamu main di bilik sebelah saja. Komputer ini memang sering bermasalah, mungkin karena power supply-nya yang sudah rusak sehingga merusak komponen yang lain." kata mas Dodi sambil melepas kabel yang tertancap pada komputer.

Sejak saat itu aku sering bermain di tempat pak Harun, dengan Anam atau sendirian. Aku juga semakin akrab dengan mas Dodi. Aku juga sering menanyakan sesuatu tentang komputer kepadanya, dan dia menjawab dengan sabar. Mas Dodi memang orang yang baik.

Setelah sejam bermain game Red Alert 2 aku dikagetkan dengan tangan yang tiba-tiba menarik telingaku dengan keras.

"Sebentar lagi ujian! Belajar! Jangan bermain terus!"

Segera aku sadari bahwa itu adalah tangan ibuku. Emak tercinta. Sebelum menoleh kebelakang aku melihat mas Dodi tersenyum lebar. Kemudian, dengan jurus kaki seribu aku berlari pulang dengan cepat.

"Mas Dodi, sisa waktu bermainku dicatat ya! Aku pulang! Kabuuur!" aku berteriak sambil berlari.

***

Ujian nasional telah usai dilaksanakan, sekarang hanya tinggal menunggu pengumuman. Pihak sekolah tetap mewajibkan siswanya untuk berangkat sekolah, tetapi siswa dipulangkan lebih awal. Aku kini punya banyak waktu untuk bermain. Sudah lama aku tidak bermain dengan teman sekampung, bermain permainan yang menguras keringat dan terkadang berbahaya. Kini permainanku ada didepan layar komputer. Dan aku hanya tinggal duduk dan menikmati permainan tersebut.

Karena tidak ada lagi proses belajar mengajar, dan selalu pulang lebih awal. Maka uang sakuku dipangkas setengahnya. Jika uangku sudah habis untuk bermain game. Aku hanya duduk di samping mas Dodi. Terkadang aku yang memulai pembicaraan dengan bertanya terlebih dahulu.

Titik Masalahnya Adalah TitikWhere stories live. Discover now