I Need You

3.1K 410 15
                                    

Jangan lupa mampir juga ke FF-ku yang judulnya 'BTS Fanfiction' ya. Isinya akan ada kumpulan FF bertema angst, hurt, sad dan sejenisnya. Bisa ber-genre romance, brothership, marriage life. Per-chapter main cast-nya beda juga. Boleh request juga, boleh juga nyumbang FF ke aku :v

Katakan pada Tuhan, Kakak.
Adik bodohmu ini apakah layak menggenggam kebahagiaan?
Mengapa sepanjang hidupku, aku hanya mampu menggenggam penderitaan?

***

"Kau terlihat pucat, Oppa."

Seorang Victory berdiri di depan Taehyung. Gadis berwajah bule itu menatap lekat wajah Taehyung tak memang selalu pucat semenjak bencana itu datang. Taehyung mencoba untuk tetap profesional dengan selalu tersenyum.
Tangannya terulur untuk mengacak rambut kepirangan sang penggemar.

"So sweet sekali kesayanganku ini," puji Taehyung, "aku hanya flu biasa. Jangan khawatir, Bianca."

Gadis berkebangsaan Kanada itu menunduk saat sang idola melemparkan kata-kata manis untuknya. Ia merasa sayangnya pada Taehyung semakin menggebu-gebu.

"Kalau begitu kau harus lebih menjaga kesehatanmu, Oppa," saran Bianca. "Ini aku memberimu hadiah spesial untukmu. Semoga kau suka, Oppa."

Taehyung menerima hadiah itu dengan hati yang meletup bahagia. Senyum kotak andalannya tercipta hingga membuat sang penggemar memekik histeris dalam hati.

Taehyung kembali melanjutkan sesi fanmeeting-nya setelah sebelumnya memberi tanda tangan pada Bianca.

Siang itu, setidaknya beban di hatinya sedikit terangkat setelah bertatap wajah dengan victorys. Dukungan dan semangat dari mereka mampu membuat Taehyung kembali mempunyai tujuan hidup, selain Yoongi tentunya.

***

Taehyung kecil mengendap-endap keluar rumah. Beruntunglah kedua orang tuanya sedang pergi bersama Jimin. Sebuah bola orange berada dalam pelukan anak laki-laki itu. Batinnya berteriak bahagia saat ia bisa kembali menekuni hobinya.

Kini anak itu sudah berada di lapangan, lebih tepatnya di bawah ring basket. Taehyung men-dribble bola itu dengan lincah bak pemain profesional. Ia mulai mengitari lapangan itu. Bola itu masih berada dalam kekuasaannya, hingga saat ia melempar bola itu ke ring basket, lemparannya meleset.
Taehyung mendesah kecewa. Jika dibandingkan dengan Yoongi, ia masih jauh di bawahnya.

"Mau aku ajarkan, Tae?"

Taehyung tersentak. Yoongi tiba-tiba saja sudah berdiri di sampingnya lengkap dengan gummy smile-nya. Anak itu melangkah untuk mengambil bola orange itu.

"Kalau kau mau berusaha, pasti kau bisa," pesan Yoongi.

Ia memasukkan bola ke dalam ring dengan satu lemparan. Adiknya tentu terperangah. Merasa kagum akan kemahiran Yoongi dalam menguasai permainan. Pantas saja Yoongi selalu menjadi juara. Pantas saja kedua orang tuanya merasa bangga.

"Kau harus konsentrasi. Posisi bola harus sejajar dengan dada. Jangan gugup." Yoongi melempar bola itu ke arah Taehyung.

"Sekarang ayo kita praktekkan."

Keduanya pun mulai menekuni permainan mereka. Yoongi dengan sabar membimbing adiknya agar cepat mahir. Mereka masih asyik bermain hingga beberapa menit kemudian sebuah insiden terjadi.

Entah apa yang terjadi, tiba-tiba saja Yoongi jatuh tersungkur. Kepalanya berdarah. Taehyung berlari menghampiri Yoongi, namun sang kakak mendorong tubuhnya dengan kasar.

Without Word (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang