[2] Styles & Styles

346 69 42
                                    

HARRY’S POV

“Harry.”

Aku mengendus pelan, “Iya, Gem?” tanyaku dengan malas. Aku beranjak dari ranjangku, dan tak lupa mematikan TV yang berada tepat di depan ranjangku. Aku merapikan piyama bermotif kotak-kotak kesayanganku yang sangat berantakan. Jelas pasti berantakan, toh, aku sehabis di ceramahin Mom aku bergulung-gulung di atas ranjangku karena kurang kerjaan.

Aku mendapat hukuman dari Mom. Itu biasa aku dapatkan, bahkan terlalu sering aku dapatkan. Dan curangnya, Gemma tidak mendapat hukuman itu. Lagi-lagi, alasanya; ‘Mom, Harry yang membangunkanku ‘tidak berperi kemanusiaan’ sama sekali, masa’ aku di tampar, Mom,’

Sama sekali tidak adil! Mentang-mentang aku ini anak bungsu dan aku harus menurut dengan kakakku. Aku tidak akan pernah melakukan itu.

 

Lalu, aku menghampiri Gemma yang berada di ambang pintu kamarku. Oh ya, Gemma tidur dengan Mom, sedangkan aku tidur dengan hantu. Eh, maksudku sendiri. Biasa, Gemma mau bermanja-manja ria dengan Mom.

Aku sampai hafal dia mau meminta apa; ‘Mom, aku mau beli iphone baru boleh? Iphoneku rusak.’

Kedua; ‘Mommy, Gemma jahat! Bukuku di robek!’ Dan ini salah satu dusta yang sering di andalkannya agar di belikan buku baru. Lagi-lagi aku menjadi korban.  

Ya tuhan, apa sebegitu rendahnya aku di mata Mom? Seperti aku ini anak yang selalu membawa masalah bukan berkah?

“Di panggil Mom, tuh, katanya mau diajak lihat rumah baru.” Jawab Gemma. Aku mengerutkan dahiku bingung. ‘Apa dia serius? Biasanya kan dia selalu menipuku,’ pikirku. Kenapa aku selalu negative thinking kepadanya? Karena dia sudah kuanggap menjadi pembawa masalah dalam kehidupanku.

Well, aku tidak langsung tinggal di rumah baru-ku, alasannya masih belum siap di tempati karena masih mengurus beberapa hal. Aku tidak tahu hal apa itu, intinya semua itu urusan orang dewasa. Yang jelas aku ini masih kecil dan tidak mengerti hal-hal seperti itu, yang kutahu hanya; main, tidur, makan, main, tidur, menjadi korban Gemma, makan, dan begitu seterusnya.

Lihat, bahkan aku sangat menderita bukan? Dan coba di baca baik-baik, ada satu kegiatan yang terlewatkan. Ada yang tahu apakah itu? [Author pun menjawab : Mandi.]

Ish, Author kok tahu, sih? Yasudalah, memang kegiatan itu belum menjadi aktivitas rutinku setiap hari, bahkan aku bisa tidak mandi seharian. Oh god, aku keceplosan!

Kembali ke topic,

Aku melewati Gemma, Gemma sedikit memberiku ruang untuk keluar. Jarak antara kamarku dengan kamar Mom dan Gemma tidak terlalu jauh, mungkin hanya berbeda 3 kamar saja. Waktu itu, aku yang bersikeras ke Mom kalau aku ingin hidup ‘mandiri’. Jelas, sebagai satu-satunya anak laki-laki dan ‘calon’ pemimpin keluarga baruku nanti, aku harus bisa dewasa dan memberikan contoh yang baik buat istri dan anak-anakku nanti, kan.

Ekhem, ternyata Harry Styles bisa dewasa juga, ya. Ternyata ada untungnya juga aku menjadi korban Gemma dan aku mengambil hikmah dari setiap kejadian tragis yang menimpaku; aku harus sabar, dewasa, dan menerima keadaan.

Tak terasa aku sudah berada di depan pintu kamar Mom. Aku mengetuk pintunya terlebih dahulu beberapa kali. Hey, aku ini harus jaga image-ku, yah, jangan mentang-mentang aku tergolong anak malas jadi aku tidak sopan, malah sebaliknya.

Tapi, kalau masalah pintu pagar rumah… well, itu tidak termasuk, sih.

Setelah beberapa kali aku mengetuk pintu, aku memutar gagang pintu dan mendorongnya sedikit.

Enchanted ⇨ stylesOnde as histórias ganham vida. Descobre agora