BAB 1 - Penjara

Magsimula sa umpisa
                                    

"Ma-maafkan aku. Aku terlambat menyadarinya walaupun aku terus mengawasimu. Karena aku, keluargamu ..."

Sera menggenggam tangan Carina cepat, membuatnya berhenti bicara dan menatap lekat-lekat mata Sera yang juga menatapnya. "Jangan begitu Carina, ini bukan salahmu. Kau bahkan mengalami hal yang sama sepertiku, jadi kau tak berhak meminta maaf seperti itu. Kau tak salah sama sekali. Jangan menyalahkan dirimu sendiri."

"Yang berhak disalahkan itu Cuma mereka, kita hanya korban." Saut seorang laki-laki yang duduk di sebelah Sera.

Carina menatapnya agak lama sebelum menyadari kalau ia pernah melihat laki-laki itu melalui foto, "Kau Charlie?"

"Kau pasti gadis yang selalu di khawatirkan Alvis itu ya. Yah, tak heran kalau ia sangat mengkhawatirkanmu setelah aku melihatmu dengan mata kepalaku sendiri begini," katanya tersenyum kecil. "Benar seperti dugaanmu, aku Charlie." lanjutnya kemudian.

"Tak seperti kalian, aku tinggal jauh dari keluargaku. Beruntungnya aku karena saat berumur dua belas tahun dulu kabur dari rumah dan memilih untuk hidup sendiri. Karena itu tak ada satu pun keluargaku yang terluka atau terbunuh oleh mereka. Tapi yah, sekarang keadaan kita tak jauh berbeda karena menjadi tahanan dan kelinci percobaan mereka." celoteh ringan Charlie sambil melahap makanannya.

Sera terseyum ringan lalu menatapku penuh harap, "Carina, apakah keluargaku tak ada satu pun yang selamat?"

"Aku tak tahu. Saat aku sampai di sana, Alvis tak mengizinkanku untuk melihatnya barang sedikit pun. Ia bilang Interpol yang akan mengurusnya dan langsung membawaku pergi dari tempat itu. Maaf ..."

"Tak apa, aku mengerti apa yang dilakukan Alvis, ia pasti tak ingin kau kembali melihat yang seperti itu untuk yang kedua kalinya."

Carina menatap sekeliling, tepatnya ia berusaha menatap satu persatu penjaga di ruangan itu berharap menemukan sosok Rio yang sebelumnya menjadi salah satu penjaga di sana.

"Ia tak ada disini." ucap Ashley seakan tahu apa yang ia cari. "Mereka pasti tak akan membiarkanmu melakukannya lagi dan membuat tahanan lainnya ikut terpengaruh dan mulai mulai memberontak."

"Ngomong-ngomong, aku tak menyangka kalau Alvis memiliki seorang kembaran yang bergabung dengan Oracle." Charlie melirik sosok Arvis yang saat ini berdiri di pojok ruangan, mengawasi meja tempat mereka berada. Lebih tepatnya ia hanya mengawasi gerak-gerik Carina karena takut gadis gila itu akan mengulangi perbuatannya lagi.

"Eh?! Maksudmu kembaran mentormu itu?" Sera menatap Charlie tak percaya.

Charlie mengangguk, "Iya, mereka kembar identik. Wajah dan suara mereka benar-benar sama."

"Yang mana? Apakah dia ada di ruangan ini." Ashley bertanya penasaran.

"Dia laki-laki yang menahan Carina saat berusaha menyerang salah satu penjaga kemarin. Ia ada di pojok ruangan, satu-satunya orang yang tak memakai seragam di pojok ruangan."

"Namanya Arvis." sahut Carina kemudian.

"Kau tahu dia?" Charlie menatapku kaget.

"Tentu saja, ia pernah hampir membunuhku saat ia menyusup ke dalam pulau."

"Pulau?" Sera menatapnya tak mengerti.

"Pulau tempat kami tinggal, kalian juga mungkin sudah berada di sana jika Oracle tak menculik kalian."

"Jadi, Arvis adalah musuh ya. Kukira awalnya Alvis dan mentor Sera –yaitu kau—, terlibat dalam semua kejadian yang kami alami. Tetapi, saat Sera bilang bahwa gadis baru yang masuk dan mengamuk kemarin adalah mentornya, aku jadi yakin kalau kalian berada di sisi sebaliknya." kata Charlie pelan.

"Jadi apa yang akan kalian lakukan?" Carina menatap Sera, Ashley dan Charlie bergantian.

Sera mendengus pelan, "Apa maksudmu? Tentu saja kami tak akan memberontak sepertimu dan patuh pada mereka. Kau kira kami punya cukup nyali sepertimu? Jika kami punya nya li sebesar itu, sudah dari dulu kami melakukannya."

"Kami harus bertahan hidup apa pun yang terjadi." Charlie tersenyum getir, "Sekali pun harus menjadi anjing yang patuh pada tuannya."

"Bisa kalian berjanji padaku satu hal?" tanya Carina tiba-tiba.

"Kalian harus lari dari sini saat sesuatu terjadi di tempat ini."

"Apa maksudmu?" Ashley menatapnya tak mengerti.

Teeet!

Suara bel yang menandakan bahwa waktu makan mereka telah habis membuat satu persatu tahanan kembali ke kamarnya.

"Akan kujelaskan besok di waktu yang sama." Carina bangkit dari duduknya dan berlalu meninggalkan mereka bertiga yang dibuat penasaran olehnya.

***

Alvis kembali duduk dan melamun di kamar Carina. Hampir setiap hari semenjak Carina menghilang, ia selalu melakukan rutinitas tak berguna itu. Duduk melamun di kamar Carina sambil mengingat kembali memori tentang gadis itu yang selalu ia simpan di kepalanya.

"Apa yang kau lakukan? Ini sudah hampir waktunya, kita harus rapat di Central." Tegur Simon yang tengah berdiri di ambang pintu kamar Carina seraya menatap iba ke arah rekannya.

Alvis terkejut dan menoleh ke arahnya, "Maaf ..."

"Cepatlah, Zeno dan Jane menunggu kita di pintu masuk asrama. Sedangkan Jiho dan Elena telah pergi terlebih dahulu."

Alvis menghela napas berat seraya bangkit dari duduknya, "Ayo."

"Taman-teman Carina banyak yang bergabung dalam misi besar kali ini. Kurasa mereka sangat menyayangi sosoknya."

Alvis tersenyum lemah, "Tentu saja. Ia gadis baik, tak ada yang bisa benar-benar membencinya."

"Kau benar-benar menyayanginya ya." Simon tersenyum melirik Alvis.

"Aku terlambat ... Aku sangat menyesal karena tak memperlakukannya dengan baik saat ia masih di sini. Kalau dipikir-pikir lagi, diriku ternyata sangat bodoh karena terlambat menyadari perasaanku sendiri." Alvis menundukkan kepalanya, berusaha untuk menekan perasannya yang hampir meluap, "Saat bertemu dengannya lagi, aku pasti akan meminta maaf dengan semestinya."

"Baguslah kalau kau telah menyadari kesalahanmu, itu baru namanya laki-laki sejati."

***

Akhirnya saya nerusin cerita ini pakai Author Pov alias POV orang ketiga 😂

Btw saya kaget pas bacain komen2 kalian di epilog book 1 😂 kenapa jadi pada suka Arvis?

Saya kira banyakan fansnya Alvis, tapi dugaan saya salah 😅

Coba dong jawab,

Kenapa kalian lebih suka Arvis? Alasan kalian lebih pilih dia dari Alvis apa?

HOLDER : Elsewhere (END)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon