Chapter 13 - 2002

67 16 12
                                    

Aku terbangun di salah satu kursi ruang tunggu sebuah Rumah Sakit. Walaupun sebenarnya aku sendiri tidak ingat kenapa aku bisa sampai tertidur di sini. Menurut papan informasi yang tertera di salah satu dinding, ini adalah Rumah Sakit yang sama seperti tempat Hyunki dirawat, Gangnam Severance Hospital. Tapi anehnya, aku merasa seperti datang dari waktu yang berbeda. Kecurigaanku bertambah setelah televisi yang ada di ruang tunggu itu menampilkan berita dengan judul "Persiapan Korea Selatan Menghadapi Piala Dunia FIFA 2002".

Penasaran, aku pun memberanikan diri untuk bertanya kepada salah satu pengunjung yang kebetulan baru saja duduk di sampingku. "Tuan, bolehkah aku bertanya tanggal berapa sekarang? Aku lupa membawa hp dan tiba-tiba lupa tanggal berapa hari ini. Hehe, maaf tuan" tanyaku sembari menyeringai karena merasa bodoh dengan pertanyaan yang baru saja aku lontarkan.

Pria yang aku panggil Tuan itu hanya menoleh sebentar ke arahku, lalu matanya kembali ia fokuskan pada majalah yang ada di tangannya. "Masih anak-anak ko sudah pelupa" celetuknya sambil menggelengkan kepala. "Sekarang itu tanggal 12 Januari 2002. Kalau kau juga lupa ini hari apa, aku beritahu. Ini hari Selasa"

Aku mengangguk sambil tersenyum kikuk. Tentu saja, aku bahkan panik sekali. Siapa yang membawaku ke tahun di mana aku dilahirkan? Tidak, bahkan aku belum lahir di hari ini. Aku baru lahir delapan bulan kemudian, di tanggal 13 September. Tidak ada Hyunki maupun Minho di sini. Kemana mereka? Mungkinkah kami terpisah di lorong cahaya saat Hyunki berusaha membawa kami ke suatu tempat?

"Hei nak, bisakah kau menjaga anakku sebentar?" kata pria itu kemudian. Aku baru menyadari ternyata ada seorang anak yang sedari tadi duduk di sampingnya. Sama seperti Ayahnya, anak itu juga duduk sambil memegang buku. Tentu saja dia tidak bisa membacanya. Karena jika dilihat, umurnya mungkin masih dua tahun. Anak itu hanya membuka-buka setiap lembaran buku karena menirukan gaya Ayahnya.

"Diam berarti iya" kata pria itu lagi, lalu pergi meninggalkan kami berdua.

Aku terus memperhatikan kemana pria tadi pergi. Dia hanya berjalan lurus dari ruang tunggu kemudian berbelok ke arah kanan di ujung lorong. Entah menuju kemana. Setelah itu aku melirik balita yang sedari tadi masih asyik dengan dunianya. Jika diperhatikan, aku seperti mengenali anak itu. Apalagi bentuk telinganya yang lebar mengingatkanku pada...

"Siapa namamu adik kecil?" tanyaku sambil mengusap kepalanya.

"Aku Minho, hyung. Choi Minho" jawabnya sambil tersenyum ke arahku.

Benar. Anak itu mungkin Minho sewaktu umurnya masih dua tahun. Berarti pria tadi? Karena merasa ada yang tidak beres, aku pun memutuskan untuk mencari tahu apa yang akan dilakukan Ayah Minho.

"Ehm Minho, hyung punya permen. Kau mau?" aku mencoba membujuknya dengan permen yang memang selalu ada di saku celanaku. Minho kecil mengangguk, sebagai tanda bahwa dia menginginkan permen yang aku tawarkan.

"Tapi kau harus berjanji untuk tidak kemana-mana. Minho harus menunggu di sini sampai hyung kembali. Oke?"

"Oke" jawabnya sambil mengacungkan kedua jempol tangannya yang mungil.

"Anak pintar"

Setelah itu aku mengikuti ke mana Ayah Minho tadi pergi. Di ujung lorong, aku berbelok ke kanan untuk selanjutnya bertemu dengan sebuah pintu besar bermodel double. Pintu itu terhubung dengan beberapa ruang lain. Salah satunya adalah ruangan bertuliskan "Kamar Bayi". Karena pintu ruangan itu sedikit terbuka, aku pun memilih untuk mengintip dari sela-sela pintu yang terbuka.

Aku melihat Ayah Minho di dalam ruangan itu. Hanya dia satu-satunya orang dewasa yang ada di dalam. Yang lainnya, tentu saja bayi-bayi baru lahir yang ditempatkan di masing-masing box-nya.

Ayah Minho terlihat sedang menggendong seorang bayi di tangan sebelah kanannya. Kemudian tangan kirinya ia gunakan untuk menutup muka salah satu bayi dengan box bertuliskan "Mr. Choi & Mrs. Kim Ellen" menggunakan bantal.

"Hentikan!"

to be continued....

Hayoloh, kenapa bayinya dibunuh?
Chapter ini pendek ya? Sengaja! Wkwk

Sambil nunggu update, baca "Four Missing Men" nya ya. Buka aja profileku. Ingat selalu untuk Read - Vote - Comment.

See ya,
Z~

SUPERVISEDWhere stories live. Discover now