Crop 2 : Penyihir Bermata Merah (bagian 2)

23 1 2
                                    


Kupukul wajahku sekeras-kerasnya karena sudah tidak tahan dengan 'pikiran gila' yang semakin tidak bisa untuk aku kendalikan.

Aku bingung. Aku terus-menerus berpikir bagaimana caranya agar aku bisa membawa keluar gadis yang telah tidak sadarkan diri di sana tanpa ketahuan oleh makhluk itu. Namun, aku tidak menemukan cara yang tepat agar bisa segera menolongnya.

Ditengah keputusasaan yang melanda pikiranku, aku menangkap setitik cahaya putih yang bersinar terang melalui ekor mataku.

Hmmm? Apa itu?

Tanpa rasa sedikit curiga, aku segera mendekati cahaya itu. Aku sungguh sulit untuk bisa berpikir jernih. Aku sudah tidak perduli lagi jika itu adalah perangkap yang memang disiapkan khusus untuk diriku.

Langkah demi langkah lunglai kudekati cahaya itu sehingga akhirnya aku sampai di hadapan cahaya tersebut. Tanpa pikir panjang, aku segera meraihnya.

Semakin lama, cahaya ini semakin meredup di dalam genggamanku. Perlahan-lahan, aku bisa melihat bentuk yang tertutupi cahaya ini. Sesaat kemudian, cahaya tersebut sirna.

Cahaya itu hanya menyisakan pisau kecil yang memiliki sebuah kristal biru yang berada di ujung gagang, serta sebuah potongan tangan yang hampir membusuk yang menggenggam erat pisau ini.

Eh! Ta-ta-tangan!

"U-U-Uwaaahhhh!!!"

Aku begitu kaget dengan apa yang berada di tanganku saat ini. Aku menjerit sejadinya sambil melepaskan 'benda' tersebut dari genggamanku.

Akibat jeritan tersebut, makhluk tersebut pun menyadari keberadaanku. Dengan cepat ia berlari menuju diriku berada. Aku segera memungut pisau ini sambil mencampakan potongan tangan tersebut ke muka makhluk itu.

Namun, semua itu hanya usaha sia-sia, potongan itu berhasil ditepisnya tanpa membuatnya mengurangi kecepatan berlarinya ke arahku. Setelah cukup dekat, makhluk tersebut melompat tinggi sambil mengayunkan tongkat tersebut dengan kedua tanganya ke bawah. Tepatnya, makhluk ini mengincar kepalaku!

Aku segera melompat ke samping guna menghindari pukulan maut makhluk tersebut. Aku jatuh berguling karena sudah tidak bisa menyeimbangkan badan.

Suara nyaring menggema di lubang pohon ini sesaat setelah tongkat itu menghantam tanah dengan keras. Aku segera bangkit dan memposisikan pisau ini agak ke depan dengan tangan kanan. Aku bisa melihat kedua tangan makhluk itu bergetar hebat setelah melakukan gerakan tersebut.

Suara eramnya semakin kuat seraya mendekatiku secara perlahan. Aku benar-benar takut melihat makhluk ini semakin mendekatiku! Kakiku bergetar hebat. Tanganku juga ikut bergetar. Bisa kulihat ujung pisau yang kupegang bergetar tidak karuan.

Makhluk itu berteriak keras seraya menerjang diriku. Aku bisa melihat kedua tangannya mulai mengayunkan tongkat tersebut secara lurus ke samping. Aku secara refleks menundukan badan.

Aku bisa mendengar dengan jelas suara angin yang bergesekan dengan tongkatnya. Aku segera melompat mundur agar bisa mengambil jarak dengannya.

Eh!

Aku tersentak kaget karena merasakan badanku tertahan oleh sesuatu. Aku segera memutar wajahku ke belakang. Aku begitu terkejut ternyata punggungku telah menyentuh dinding! Aku segera memutar wajahku kembali ke depan. Makhluk tersebut sudah mempersiapkan dirinya untuk mengayukan kembali tongkatnya secara horizontal.

Aku kembali menundukan badanku. Setelah berhasil menghindari pukulannya, aku segera melompat dan berguling ke depan. Aku segera bangkit dan berbalik badan. Makhluk tersebut telah kehilangan keseimbangan karena momentum ayunan tongkatnya. Tanpa melewati kesempatan emas ini, aku segera menusukkan pisau yang ada ditanganku menuju bagian perutnya yang terbuka lebar.

'IS' FarmWhere stories live. Discover now