9th Years Of Love.

434 65 31
                                    

30 menit lagi jam kerja usai dan pekerjaan gue sudah rapih sejak 3 menit yang lalu. Hari ini rasanya aneh, gerak-gerik gue seperti di awasi, tatapan orang lain seakan menusuk, Tyo dan Handy tidak menyapa gue dan tidak ada pesan masuk dari Maya. Rasanya seperti lagi didiemin sama seisi kantor. Gue menghela nafas panjang ketika akhirnya jam kerja berakhir.

Sudah sejak dua hari yang lalu semenjak gue meninggalkan dompet gue di kantor. I know something is wrong, I can feel it and I'm so worried about you. Gue memilih untuk lewat tangga dan menghindari naik lift karena tidak nyaman.

Iya memang ada yang salah, bukannya tidak menyadari tapi gue menghindarinya. Dompet yang gue tinggalkan dua hari lalu, setelah gue buka isinya ternyata Foto bergambar gue sedang memeluk Maya hilang.

Ini fatal.

Entah sudah berapa pesan yang gue kirim ke Maya atau berapa kali panggilan telfon tetap aja gak ada jawaban.

Keesokan harinya gue tetap pergi ke kantor seperti biasa, mencoba untuk tetap terlihat baik-baik saja.

Duduk seperti biasanya, memencet tombol power PC seperti biasanya dan memandang ke arah pintu ruangan Maya seperti biasanya.

"Oy Sam, merasa kehilangan ya?" Tyo menabrakan kursinya ke kursi gue seperti sedang main bom bom car.

Gue menoleh ke Tyo dengan lesu, mungkin kalau kurang-kurang iman rasanya mau gue ceritain aja tentang gue dan Maya saat ini juga.

"Gak usah pura-pura. Dia udah ngalah tuh demi lu, dia udah resign" Gue mengerti dia yang Tyo maksud. Bohong kalau gue gak kaget. Ternyata absen nya Maya dari penglihatan gue karna dia udah keluar dari sini.

"Sam, gue minta maaf ya waktu gue bilang Maya galak sama waktu itu gue dan Handy ngomongin body nya Maya. Gue cuma bercanda kok Sam..."

Tyo masih menyelesaikan kalimatnya sedangkan pikiran gue sudah terbang entah kemana. Maya sudah mengambil keputusan besar dalam hidupnya dan gue merasa bersalah untuk itu. Gue butuh ngomong sama Maya.

Seminggu kemudian.

Sudah seminggu lebih gue kehilangan kabar dari Maya. Harusnya hari ini menjadi hari yang bahagia untuk kita.

Tepat 9 tahun lalu ketika gue menyanyikan lagu Jadikan Aku Pacarmu milik Sheila On 7 untuk meminta hatinya.

Tepat 9 tahun lalu dimana Maya menangis sambil tersenyum dan menjawab iya.

Tepat 9 tahun lalu dimana alam ikut merayakan hari jadi kita dengan menurunkan hujan.

9 tahun tidak terasa. 9 tahun yang kita lewati bareng-bareng, saling mengisi dan berbagi. Maya telah tinggal di dalam hati ini sejak lama.

Gue bertekad untuk segera menemui Maya ketika Ibunya mengabari gue dia ada dimana. Setelah lebih dari seminggu kehilangan kabar akhirnya sekarang gue akan bertemu dan bicara dengan dia. Gue menekan bell di pintu sebuah apartemen yang Ibunya bilang, dan gak lama setelah itu pintu terbuka. Maya terlihat kaget tapi dia berhasil menyembunyikan nya dan menyuruh gue untuk masuk ke dalam.

"May, apa kabar?"

"Ya, keliatannya aja gimana.." Maya tersenyum getir dan lidah gue rasanya kelu.

"Sam, aku minta maaf. Aku pergi dan gak bilang apa-apa sama kamu..."

"Kamu kenapa keluar sih May? Harusnya kamu bilang sama aku, kita bisa putusin bareng-bareng kan? Toh semuanya juga salah aku" Emosi yang selama ini terpendam akhirnya keluar, gue menginginkan jawaban sesegera mungkin.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 08, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Marry Me If You Dare.Where stories live. Discover now