'Definitely Not' Thingies

21.8K 710 6
                                    

Zhivanica mencangklong tasnya sambil sesekali menjilat ice cream yang dibawanya. Sandra, temannya juga membawa ice cream namun dengan rasa berbeda. Keduanya asyik bergosip mengenai beberapa kejadian di kampus dan setibanya di taman depan kampus, kedua gadis itu duduk di sebuah bangku semen yang memang disediakan sambil tetap asyik bercengkerama.

" Hei, lo udah dapat anak bimbing, Zhi?" tanya Sandra setelah merasa topik yang mereka bahas tadi tak menarik lagi. Kini topiknya beralih ke pekerjaan paruh waktu mereka, sebagai pengajar privat dari rumah ke rumah di bawah sebuah naungan lembaga bimbingan belajar yang cukup terkenal di kota ini.

" Belum. Lo?" Zhiva balas bertanya.

" Sama," jawab Sandra singkat.

" Gue santai aja, deh...semester 5 gini, tugas numpuk gara - gara dosen banyak kosong. Ada untungnya juga belum dapat murid, gue nggak keteteran banget," lanjut Zhiva.

" Kalo mikir itunya sih, iya...cuma gue lagi butuh duit banget. Dan planning gue, kalo cepet dapat murid kan bulan depan udah nerima gaji," gerutu Sandra.

" Rejeki nggak bakal kemana, Sand!"

***

" Bisa kasih tahu nggak, toiletnya dimana?" Zhiva sedang membungkuk, memunguti isi tasnya yang berhamburan, lalu menegak dan menoleh ke arah suara. Dilihatnya seorang pemuda dengan seragam SMA, putih dan abu - abu yang tingginya di atas rata - rata, sehingga Zhiva terlihat sangat petite karena karena tingginya menjadi sedikit di bawah bahu pemuda itu, padahal untuk ukuran gadis Indonesia, dia bisa dikatakan cukup.

" Oh, lurus aja, nanti belok kanan, terus ada petunjuk arahnya, kok," sahut Zhiva, sambil diam - diam mengagumi ketampanan pemuda itu.

" Oh...Oke! Thanks ya, adek cantik..." ucap pemuda lalu mengacak rambut Zhiva seolah gadis itu masih SMP. Zhiva tersipu sebentar karena mendengar kata 'cantik' lalu setelah beberapa detik dan anak SMA itu berlalu, dia menyadari bahwa pemuda itu sudah berlaku tak sopan. Bukan hanya memanggilnya dengan sebutan 'Adek' tetapi juga memperlakukannya seakan dia masih anak SD.

Dengan hati dongkol, Zhiva menuju ke bagian Front Office and Administration untuk menemui Sandra dan atasannya. Di sana, Mbak Sasya dan Sandra menyambutnya dengan heran, melihat wajahnya yang cemberut.

" Kenapa kamu, Zhi?" Mbak Sasya bertanya lebih dulu.

" Sebel, Mbak! Saya ketemu anak SMA di lorong, eh saya dipanggil 'adek' pake diacak juga rambut Saya," keluh Zhiva yang disambut ledakan tawa baik Sasya maupun Sandra.

" Abis tampang lo emang masih kayak bocah! Udah kuliah tampang masih kayak anak SMP!" timpal Sandra, geli.

" Ah! Ngeselin, nih! Entar kalo gue nggak dapat murid gara - gara tampang gue yang nggak meyakinkan gimana, donk? Ah, sialan banget tuh anak! Kalo ketemu lagi, gue damprat juga," keluhnya lagi sambil berbalik. Mulutnya seketika menganga karena cowok SMA tadi sudah ada di hadapannya. Didengarnya suara cekikikan Sandra dan Mbak Sasya. Zhiva seketika salah tingkah.

" Lho, adek cantik yang tadi masih di sini?" ujar pemuda itu tanpa dosa. Zhiva kembali dongkol apalagi kali ini cekikikan dua orang di dekatnya sudah berubah menjadi cekakakan. Namun dalam hatinya, dia senang karena cowok itu masih memanggilnya 'cantik'.

" Heh! Lo jangan sembarangan, donk! Gue di sini salah satu pengajar privat! Gue tuh lebih tua dari lo, tau!"

" Mbak Sasya, yakin nih anak SMP disuruh ngajar privat?" pemuda itu mengacuhkan omelan Zhiva, dan terus menuju ke ruangan yang di atas pintunya bertuliskan 'Administration'. Ketika cowok itu memunggunginya, Zhiva menjulurkan lidahnya.

"Definitely Not" KarmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang