Never in the Same Place || Woojin x Sohye

In the Same Place #4

.

We act like we don't know

.

"Bagaimana menurutmu?"

Sohye menyeruput cokelat hangatnya setelah mendengar cerita Woojin. Hari ini adalah hari Sabtu dan kini mereka berdua tengah duduk di salah satu kafe dekat kampus mereka. Tadi, Woojin bercerita bahwa salah satu teman sekelasnya mengajak Woojin untuk ikut sebuah organisasi kemahasiswaan di kampus mereka.

"Tentu saja itu bagus. Kamu bisa mendapat banyak teman dan pengalaman baru." Kata Sohye.

"Jadi, boleh?" Tanya Woojin memastikan.

Sohye tertawa, saat ini Woojin terlihat seperti bocah kecil yang sedang meminta ijin pada ibunya. Lalu dengan mantap gadis itu menganggukkan kepalanya.

Ikut organisasi kemahasiswaan bukan hal buruk kan?

-0-

Beberapa pekan berlalu.

Kegiatan baru Woojin tentunya menimbulkan beberapa perubahan pada hubungannya dengan Sohye. Intensitas bertemu mereka berkurang dan digantikan dengan saling bertukar pesan melalui chat atau telepon singkat. Sohye tidak marah maupun cemburu. Ia tahu, hal ini akan membawa banyak dampak positif bagi Woojin. Bahkan sebaliknya, Sohye pun belajar lebih keras saat Woojin sedang sibuk dengan organisasinya. Ia memanfaatkan waktu sebaik mungkin, jika Woojin menghabiskan waktunya untuk hal positif, maka Sohye juga harus begitu!

Semua baik-baik saja.

Hubungan mereka tetap berjalan dengan lancar dan manis. Terkadang, sebelum tidur Woojin akan menelepon Sohye. Dan mereka akan menghabiskan satu bahkan dua jam untuk saling mengupdate kesibukan masing-masing. Kadang jika Woojin sedang sangat sibuk dengan kegiatannya, Sohye akan memesankan makanan melalui jasa antar. Karena ia tahu, Woojin tidak akan ingat akan atau bahkan tidur jika sudah fokus bekerja.

Woojin juga sudah jarang mengantar gadisnya itu berangkat ke kampus. Namun terkadang, saat Sohye keluar dari apartemennya, sudah menunggu taksi online yang sengaja dipesan oleh Woojin.

Mereka memang tidak sering bertemu, tapi mereka tetap menjaga satu sama lain. Saling berusaha membuat masing-masing tidak merasa diacuhkan.

Semua baik-baik saja bukan?

-0-

"Bagaimana menurutmu?"

Setelah beberapa pekan mereka tidak menghabiskan akhir pekan bersama. Malam ini, Woojin dan Sohye duduk di slah satu kafe favorit mereka.

"Sohye, bagaimana menurutmu?" Woojin mengulang pertanyaanya.

Sohye serasa kembali ke beberapa bulan lalu saat Woojin memutuskan untuk mulai mengikuti organisasi kemahasiswaan. Namun kali ini, kekasihnya itu membawa berita yang jauh lebih besar. Woojin diminta untuk menanggung jawabi sebuah event cukup besar yang akan diadakan di kampus mereka.

Sohye bangga. Tentu saja ia bangga melihat Woojin yang dulu pemalu kini menjadi Woojin yang punya banyak teman dan bahkan di percaya menjadi penanggung jawab sebuah acara. Dengan senyum lebar, gadis itu mengacak pelan rambut Woojin.

"Pokoknya acara itu harus sukses Park Woojin!"

Woojin tersenyum dan membalas mengacak-acak rambut panjang Sohye.

Makanan yang mereka pesan datang beberapa menit kemudian. Keduanya makan dalam diam. Sebenarnya, Sohye beberapa kali mencoba mengajak Woojin mengobrol. Namun pemuda itu nampak sibuk dengan ponselnya. Sohye melirik sekilas layar ponsel Woojin, dan nampaklah room chat dari organisasi yang diikuti Woojin.

Sohye masih terus mencoba mengajak Woojin mengobrol, tapi balasan Woojin hanya "Hmm?" "Ya, kau benar." "Eh, apa? Bisa kau ulangi" atau hanya tertawa "Hahaha."

Sohye menghela napas. Sudah lama ia menantikan saat bertemu kekasihnya secara langsung, namun nyatanya seperti ini. Woojin hanya akan semangat jika mereka membicarakan kegiatan Woojin. Bahkan pemuda itu sedari tadi tidak bertanya bagaimana kabar Sohye ataupun apa saja kesibukan gadisnya itu sekarang.

Akhir-akhir ini memang Sohye sudah merasa bahwa Woojin mulai jarang membalas pesannya bahkan Woojin sudah lama tidak menelponnya malam-malam. Oleh karenanya, tadi ia senang sekali saat Woojin mengajaknya keluar.

Sambil menatap Woojin yang masih sibuk dengan ponselnya, Sohye membatin.

Sudahalah, yang penting Woojin bahagia kan?