Chapter 6

55 4 2
                                    

"Apa sih yang kau lakukan?!" kulempar tas hitam bermerek Chanel yang barusan kukenakan, melemparnya ke sembarang arah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Apa sih yang kau lakukan?!" kulempar tas hitam bermerek Chanel yang barusan kukenakan, melemparnya ke sembarang arah.

Sungguh aku kesal. Karena apa? Saat tadi Harry berbincang dengan Tia, mereka bahkan mengacuhkanku, bagaimana aku tidak kesal? Itu sungguh keterlaluan. Berani-beraninya Harry mengacuhkan majikannya sendiri, memangnya level dia sudah berada diatasku sehingga bersikap seperti itu.

Dan apa yang dilakukannya sekarang hanyalah diam dan tidak berbicara apapun, seperti orang tolol.

"Hanya diam kau?"

Ia mengerutkan kening, "Memangnya apa yang telah kulakukan?"

Astaga, demi wajah tampannya Barry Allen, aku lelah. "Jangan bersikap apatis terhadapku, Harry!"

Aku menghempaskan bokong ke sofa berwarna maroon ini, mengibaskan rambut brunette ku. Si Harry sialan itu masih diam dan berdiri tegak, dengan wajah yang seolah-olah berkata 'hah? apa?', entah dia memang tidak sadar dengan sikap apatisnya atau dia pura-pura bodoh.

"Apatis? Maksudmu apa? Aku tidak mengerti. Lagipula, kapan tepatnya aku bersikap seperti itu kepadamu?"

"Saat kau berbincang bersama Tia di acara amal tadi, aku diacuhkan."

Ia tertawa hingga membuatku terheran-heran dengannya. Memangnya aku terlihat lucu seperti badut sirkus, begitu? Kalau iya, akan kutendang dia hingga ke laut Antartika. Boleh saja sih dia berpikir kalau aku itu lucu, hanya saja tidak untuk disamakan dengan lucunya badut sirkus. Pikiranku ini kenapa sih, lagipula tidak mungkin Harry menganggapku lucu walau ia tertawa.

"Kenapa tertawa?" tanyaku datar. Menatapnya lurus-lurus sampai ia berhenti tertawa menyebalkan seperti itu.

Ia menggeleng, "Tidak, Nona Ken. Mengacuhkanmu bukan inginku, sama sekali tidak ada niatan untuk berbuat begitu padamu. Jadi, kalau kau merasa seperti itu aku minta maaf." sedetik kemudian ia menyunggingkan sebuah senyuman, yang semanis gulali besar berwarna pink yang suka kubeli di festival sewaktu aku masih kanak-kanak.

Enough, Ken! Senyuman semanis itu juga dipunyai Sean, kekasihku sendiri. Tidak usahlah aku mengindah-indahkan senyum milik Harry.

"Baiklah, Kendall. Aku permisi untuk keluar dari kamarmu, dan lekas membantu pengawal lain." ujarnya. Harry berbalik, hendak melangkahkan kaki untuk pergi dari kamarku. Namun, sebelum itu terjadi aku berhasil menahannya. Bukan ini mauku, tapi barang sebentar saja izinkan ia untuk tetap disini, menemaniku.

Harry POV

Aku menoleh ketika mendapati gadis itu mencengkeram tanganku kuat, seperti tak inginkan aku pergi. Dan kudapati pula gadis itu menatapku, menatap intens kedua mataku secara bergantian. Aku heran dibuatnya, ingin aku bertanya namun lidahku kelu dan tenggorokanku seakan tercekat. Tatapan itu membiusku, tatapan yang menunjukkan rasa kesepian didalam sana. Damn it! Apa sih yang sekarang ia lakukan?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 25, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The BodyguardWhere stories live. Discover now