Chapter 2

2K 217 28
                                    



Harry membukakan pintu mobil untukku, entah kenapa sejak kejadian kemarin malam itu membuatku muak padanya. Dan, sekarang untuk apa dia bersikap seperti ini padaku seakan dia lupa tentang kejadian kemarin. Brengsek, huh?

Saat aku menuruni mobil kulihat Sean bersama sekelompok temannya berkumpul di dekat mobil mustang miliknya, ingin aku menghampirinya namun aku takut jika dia marah padaku karena kejadian kemarin.

Ayolah, Ken! Untuk apa kau takut?

"Nona, sebentar lagi mata kuliahmu sore ini akan dimulai. Dan, -" Harry melihat jam tangannya, dahinya agak sedikit berkerut. "-kita harus segera menuju kelas."

Harry menarik tanganku untuk pergi dari parkiran ini dan segera memasuki gedung fakultas, namun saat kami hendak pergi tiba-tiba saja Sean memanggilku sehingga membuatku menoleh padanya.

Kurasakan detak jantungku yang berdetak begitu cepat, entah kenapa aku merasa bahwa aku sangat bersalah padanya. Aku mencoba menghilangkan rasa bersalahku , tapi bagaimana jikalau kejadian itu membuatnya mengakhiri hubungan denganku. Segera aku menyingkirkan pikiran buruk itu dari benakku. Tatapannya mendadak berubah menjadi sinis.

"Kendall."

"Sean-"

"Mengapa kemarin malam ayahmu menyuruh si pengawal sialan ini untuk mengusirku?"

"A-aku-" Shit! Mengapa juga tiba-Tina lidahku menjadi kelu. "Maafkan aku Sean."

"Tapi, aku tidak terima jika diusir seperti itu, Ken!"

"Menyingkir dari sini kalau tidak kami akan terlambat!" Harry melepaskan genggaman tanganku, dia melipat tangannya di dadanya. Seakan menahan emosi.

"Aku bahkan tidak peduli."

"Menyingkirlah, keparat!"

Aku membelalakkan mata ketika kata-kata itu terlontar dari mulut Harry, tidakkah dia sungguh keterlaluan. Sean mengepalkan tangannya, urat-urat di lehernya nampak begitu jelas. Satu pukulan hendak mendarat di perut Harry, buru-buru aku melerai mereka berdua sebelum salah satu diantara mereka terluka.

"Jangan bertengkar lagi, please?" aku memohon.

"Dia yang memulai duluan!" Sean menunjukkan jari telunjuknya tepat di depan wajah Harry, hanya berjarak beberapa centi saja.

"Kau yang tidak tahu peraturan!" balas Harry.

Buru-buru aku menutup kedua telingaku dengan kedua tanganku, aku maju beberapa langkah untuk mendekat pada Sean. "Aku minta maaf." Bisikku pelan, nyaris tidak terdengar.

"Kau ingin aku memaafkanmu, Ken? Kalau begitu kali ini ikut aku ke sebuah acara sepulang dari kampus nanti, kuharap kau tidak mengecewakanku, Ken. Teman-temanku juga ada disana." Dia balas berbisik tepat di telingaku.

"Aku tidak bisa, dia mengawasiku."

"Kita akan pergi secara diam-diam, dia tidak akan tahu, Ken. Sepulang nanti, temui aku di belakang kampus."

"Tapi-"

"Datanglah dan temui aku, Ken, atau aku tidak akan memaafkanmu, sayang."

***

Di klub ini suasananya cukup ramai. Sean menggiringku masuk dengan melingkarkan tangannya di pinggangku. Perkataannya memang benar, Harry tidak akan tahu kalau aku pergi ke klub bersama Sean. Gadis batinku tersenyum puas atas apa yang kulakukan secara diam-diam ini.

"Hey, bung!" seorang pria memanggil Sean-ia pun menjabat tangannya.

Dua pria berdiri di sebelah pria itu, keduanya menatapku seperti berkata dalam hati, "Oh, dialah orang yang bernama Kendall?". Sejujurnya aku tidak mengerti. Siapa ketiga pria itu, apakah dia teman-temannya Sean, huh?

The BodyguardWhere stories live. Discover now