|chapter:1 |(Berantem)

101 29 26
                                    

[R]

"Non ivi, bangun non udah siang!"teriak bi Surti pada Divia.

"Astagfirulloh, pelan-pelan napa bi."ucap Divia ketus karena mendengar teriakan bi surti bak toa masjid.

"Iya non maaf, kebiasaan di kampung turun temurun."ucap bi Surti cengengesan.

"Yaelah bi masa teriak-teriak gitu di jadiin Turun temurun."ucap Divia kesal pada bi Surti."oh iyah bi ayah mana?"tanya divia pada bi Surti.

"Ouhh tuan non, tuan udah pergi dari tadi pagi, ni uang jajan non udah tuan siapin."ucap bi surti sambil memberikan uang berwarna merah 3 lembar pada Divia.

"Yaelah, ayah ma gitu pergi pagi pulang malem, jadi kapan ketemu akunya?"ucap divia kesal sambil melempar bantalnya ke lantai.

"Udah non, tuan kerja itu juga buat non."ucap bi Surti sambil membereskan kasur divia yang lumayan berantakan.

"Iyah bi Ivi tau tapi kan gak harus sesibuk itu juga! dan satu lagi jangan panggil aku non tapi IVI." tegas Divia sambil masuk ke kamar mandi.

"Tapi non kayaknya gak enak bibi panggil gitu."ucap bi Surti tak mau menurut.

"Enakin aja bi, kalau masih panggil non aku pecat bibi loh."ucap Divia sedikit kejam sambil menahan tawa.

"Elah dalah, dipecat non? ehh non ehhh ivi."ucap bi Surti gelagapan spontan membuat tawa Divia pecah.

"Nah gitu bi!"ucap Divia dilanjut oleh suara percikan air dari shower.

20 menit kemudian Divia sudah rapih, ia bergegas pergi ke dapur untuk sarapan, tapi sial jam sudah menunjukan pukul 06:45, itu tandanya lima belas menit lagi bel masuk akan berbunyi,  jadi dia memutuskan untuk segera pergi, setelah mencium tangan bi Surti ia segera lari ke arah gerbang komplek untuk mencari angkot, saat umur Divia 5 tahun, ibu Divia mengalami kecelakaan saat akan menjemput Divia pulang sekolah waktu TK dan hal itu membuat ibu Divia meninggal dunia, dan hal itu juga yang membuat papah divia sangat membenci Divia.

"Aduhhh...gimana nih? gak ada angkot masa harus lari. mana dari sini ke sekolah agak jauh lagi, ahh..daripada telat mening lari aja deh."ucap Divia lalu berlari sangat kencang.

Akhirnya Divia sampai di gerbang sekolah, nasib baik kali ini berpihak padanya, Divia segera masuk ke kelasnya.

"Ehhh lek, ga biasanya lo dateng sepagi ini?"ucap bagas menyindir Divia.

"Emang aku belek! yah kan aku mau bikin rekor baru napa gak boleh?"ucap Divia ketus sambil menyimpan tas nya.

"Bolehhh sihhh! yah tapi anehh aja."ucap bagas sambil pergi berjalan meninggalkan Divia yang terdiam cengo.

Akhirnya bel masuk berbunyi,  seluruh siswa dan siswi SMA BINTANG segera masuk ke kelas masing masing, karena mereka takut ada pak jujun yaitu guru kiler sejati yang akan menyeret  mereka ke ruang BK kalau sudah bel tidak masuk kelas.

"Assalamualaikum."ucap pak Dadang yaitu guru sejarah sambil masuk ke dalam kelas.

"Waalaikum salam."jawab murid kompak

"Pak hari ini pelajaran apa?"ucap Nji salah satu cowo famous di SMA BINTANG.

"Pelajaran bahasa inggris!"ucap pak Dadang sedikit kesal.

"Yaelah, pak napa gak bilang? aku gak bawa buku inggris pak."ucap Nji prustasi sambil mengacak-ngacak rambutnya.

"Nji kamu ganteng, kamu famous tapi kamu itu o pangkat 2n."ucap pak Dadang sambil menghela napas lelah.

"Yah kok gitu pak?"ucap Nji tambah bingung.

"Coba tanya ke temen kamu!  sekarang pelajaran apa?"suruh pak Dadang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 25, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

"Boyfriend behind the dream"Where stories live. Discover now