61) Incident

Mulai dari awal
                                    

Gadis itu sudah memulai ritual membersihkan diri sejak beberapa saat lalu ketika pikirannya menjelajah dan mendapati suara seseorang dari luar sana. Itu pasti suara Jungkook, lelaki itu sudah mengetuk pintu kamar mandi sembari berteriak khawatir mengenai keadaan Eunbi didalam sana. Karena pikirannya masih kacau, Eunbi jadi tak menyadari kalau Jungkook sudah menyerukan namanya beberapa kali.

"Aku akan mendobrak pintu ini kalau kau masih tidak bersuara."

Gila!

Memangnya Jungkook tahu apa akibatnya kalau dia mendobrak pintu begitu saja? Eunbi bahkan harus mengumpat kesal di pagi hari hanya karena kalimat konyol yang ia dengar dari Jungkook. 

Sembari memejamkan mata, menghalangi aliran air agar tidak mengenai matanya Eunbi mulai angkat bicara. "Diam dan jangan melakukan hal aneh, Jeon Jungkook! Sampai kau melakukannya, jangan panggil aku Jung Eunbi kalau kau masih hidup."

Bagus, dengan begitu Eunbi yakin Jungkook benar-benar percaya keadaannya sekarang sudah dari lebih baik dari sebelumnya. Terdengar cicitan kecil dari lelaki itu sebelum akhirnya meninggalkan Eunbi agar lebih leluasa membersihkan diri.



***


Di kediaman Choi Yuna, suasananya masih biasa. Tidak terlalu hening tidak juga terlalu ramai. Yuna masih pada pribadinya sebagaimana yang Eunbi kenal sejak dulu. Tidak ada yang berubah, seperti sekarang.

Entah apa yang mendasari Jimin harus mengucapkan kata maaf berulang kali agar gadisnya itu tidak merasa kesal atau marah. Tapi tahukah Jimin, karena tingkah lelaki itu yang terlihat menyebalkan rasanya Yuna ingin berteriak sekuat tenaga, berkata bahwa dirinya baik-baik saja.

Rencananya Jimin akan menemani Yuna untuk fitting gaun pernikahan, tapi karena urusan mendadak lelaki itu harus membatalkan rencananya dengan Yuna. Masalahnya, tidak ada waktu untuk menunda lagi.

Pakaian Jimin sudah selesai beberapa hari yang lalu, sementara gaun milik Yuna mengalami sedikit kendala hingga mengharuskannya fitting hari ini. Jimin kira Yuna akan marah karena harus pergi sendiri.

Dia lupa jika Yuna bukanlah gadis manja yang harus ditemani kemanapun, karena takut Yuna benar-benar marah padanya Jimin sudah mengucapkan maaf berkali-kali guna meluluhkan hati gadis itu.

"Mck, cukup Jim. Kau mau aku marah sungguhan, huh?" bagus, Jimin tentu tidak menginginkan hal itu terjadi bukan?

Lelaki itu segera menegakkan tubuhnya yang tadi sempat berlutut di hadapan Yuna lalu mengambil tempat di atas sofa. "Aku hanya takut kau marah."

Baiklah, Jimin juga tidak pernah berubah. Selalu bertingkah seenaknya tanpa memikirkan bagaimana perasaan Yuna yang bisa saja kesal karenanya.

"Dengar, aku baik-baik saja pergi sendiri ke butik. Kenapa kau jadi begini, hm? Ayolah, kita bahkan belum menikah tapi kau seperti sudah mengalami sindrom orang menikah."

Pipi Jimin bersemu, ia malu mendengar omongan telak dari gadis yang sebentar lagi akan menjadi istrinya itu. Entah kenapa akhir-akhir ini dia menjadi sedikit lebih membawa perasaan dalam hal apapun. Lucu jika apa yang Yuna katakan memang benar. Jimin harus memeriksakan dirinya ke dokter kalau begitu.

Mencoba menenangkan, Yuna ikut mengambil posisi tepat di samping kekasihnya itu. "Aku tahu kau sudah punya pekerjaan sekarang. Jadi, tidak masalah kalau kau harus membatalkan janji secara tiba-tiba."

Jimin merasa sangat bahagia mengingat fakta bahwa gadis seperti Yuna akan menjadi Ibu dari anak-anaknya kelak. Di balik wajah dingin itu tersimpan sejuta cara agar orang-orang di sekelilingnya merasa nyaman. Benar, Jimin tidak perlu mengkhawatirkan apapun tentang Yuna.

Bunny Couple [Eunkook] | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang