"aku cerita," kata Jungkook, lantas mendesah. "Tapi aku tidak tau harus mulai dari mana."

Taehyung menatapnya. "Pelan-pelan saja."

Jungkook mengangguk, lalu mencoba untuk membuka mulut. Semuanya lantas mengalir begitu saja. Tentang Jimin dan janji yang ia buat dengan orangtuanya. Tentang Jimin yang selama ini hidup dari uang yang diberi orangtuanya. Tentang Jimin yang menyanggupi permintaan orangtuanya untuk menjuhinya. Dan itu membuat Jungkook kembali hancur.

"aku jadi tidak tau lagi siapa yang harus aku percaya," desah Jungkook, mengakhiri ceritanya. Air mata sudah kembali merebak. "Semua orang mengkhianatiku. Semuanya."

Taehyung menatap Jungkook miris. Jungkook adalah superman baginya. Superman membantu. Superman tidak butuh bantuan. Setidaknya itu dulu yang dipikirkannya, sampai saat itu. Saat seluruh dunia mengkhianatinya setelah ia bantu sekuat tenaga. Sekarang superman di depannya seperti kehilangan sayap, jatuh terpuruk dan hancur berkeping-keping. Dan Taehyung tidak sanggup melihatnya.

"Nak Jungkook." Jungkook dan Taehyung mengangkat kepala berbarengan, lalu melongo melihat ibu Taehyung muncul di hadapan mereka dengan segelas teh manis hangat. Ibu Taehyung tersenyum, lalu meletakkan gelas teh itu di depan Jungkook yang segera menyeka air mata.

"ahjumma, sudah baikan?" tanya Jungkook salah tingkah. Ibu Jungkook mengangguk.

"ahjumma boleh duduk di sini?" Jungkook bertukar pandang sekilas dengan Taehyung, lantas buru-buru mengangguk. "Silahkan." Ibu Taehyung tersenyum, lalu duduk di depan mereka.

"Diminum dulu tehnya supaya kamu tenang." Jungkook menurut, ia mengangkat gelas teh, lalu menyeruput isinya. Dan ajaib ia memang merasa sedikit lebih tenang. Jungkook lantas meneguknya hingga habis.

"Maaf, tapi ahjumma mendengar cerita kamu tadi," kata Ibu Taehyung, membuat Jungkook segera menatapnya. "Sebagai orangtua, rasa-rasanya ibu bisa sedikit mengerti perasaan orangtuamu." Jungkook hampir saja mendengus. Orang dewasa tentu saja saling membela.

"Orangtua saya menyuruh saya menjauhi sahabat saya karena ayahnya napi. Dan menyuruh sahabat saya dengan memberinya uang."

"Tentu saja hal itu tidak baik," potong Ibu Taehyung, membuat Jungkook terdiam. "Tapi mereka hanya ingin melindungi anaknya."

Jungkook menghela napas berat. "Melindungi."

"Saya seorang ibu, jadi saya mengerti kalau mereka hanya khawatir, walaupun cara mereka tidak benar," kata ibu Taehyung lagi. "Jungkook, bagaimanapun mereka orangtuamu. Orang yang melahirkan, membesarkan, dan menjaga kamu. Mereka berhak khawatir, kan?"

Jungkook menatap ibu Taehyung nanar. "Tapi..."

"Sekarang setelah kamu bisa membedakan mana yang salah mana yang benar, saatnya kamu memberi pengertian kepada mereka secara baik-baik," potong ibu Taehyung lagi, membuat mata Jungkook melebar. "Karena kasih sayang mereka yang terlampau besar mungkin sudah membutakan mereka." Jungkook terdiam memikirkan kata-kata ibu Taehyung. Setelah dipikir-pikir, ia memang jarang bicara dengan kedua orangtuanya. Saat ayah Jimin ditangkap, Jungkook percaya pada mereka untuk menjauhi Jimin. Saat Jungkook menyesal, ia segera menyalahkan mereka dan menolak untuk mempercayai mereka lagi. Ia mulai membenci orang dewasa dan mulai memutuskan semuanya sendiri. Mungkin Jungkook memang harus bicara dengan kedua orangtuanya dan membuat mereka percaya pada keputusannya alih-alih membiarkan mereka memutuskan sesuatu untuknya. Mungkin separah inilah rasanya menjadi dewasa. Jungkook menatap ibu Taehyung.

"Terima kasih, Bu."

Ibu Taehyung balas tersenyum. "Ibu hanya ingin kamu jadi orang dewasa yang bisa berpikir jernih. Dari cerita Taehyung, kamu ini benar-benar anak yang sangat baik. Jarang lho anak yang seumuran kalian yang seperti kamu." Jungkook melirik Taehyung yang mengalihkan pandangan.

OUR STORY [MinYoon-KookV] ✅Where stories live. Discover now