Chapter 8

282 26 4
                                    

Cuap-cuap sedikit ya. Dari kemarin ganti cover terus. Entah kenapa ingin di ganti tapi di rasa enggak pas karena karyanya kurang ngena gitu di hati. Alhasil aku ganti lagi. 😂

°
°
°
°
°
Mobil mewah yang di kemudi oleh paman Kim pun melaju memasuki pekarangan rumah Tn. Song nan megah. Seseorang yang duduk di kursi belakang terlihat sekali menahan amarahnya sejak tadi. Di saat semua siswa kelas 12 seharusnya bersuka ria karena hari kelulusan mereka telah tiba, lain halnya dengan Joongki. Bahkan ia tidak menunjukkan ekspresi senang sama sekali padahal ia menjadi lulusan terbaik tahun ini dan benar-benar meraih nilai sempurna untuk ujiannya.

Joongki menutup pintu mobil dengan kasar sehingga membuat ibunya sedikit terlonjak. Masih dengan amarah yang menggebu-gebu Joongki masuk ke dalam rumah dan menghiraukan panggilan ayahnya yang ingin memberinya ucapan selamat atas prestasinya. Namun, Joongki sama sekali tak di beri hati untuk berbicara dengan ayahnya saat ini. Amarah telah merasuki pikirannya dengan sangat baik.

Ia membantingkan tubuhnya pada ranjang yang ukurannya lumayan besar untuk di tempati satu orang saja. Joongki memejamkan matanya. Ia teringat dengan janjinya kepada Chaewon.

(***)

Senja telah berlalu dengan sangat cepat. Chaewon yang kelelahan akhirnya menghentikan aksi kejar-kejaran dengan Maroo. Meski pun jantungnya masih belum bekerja kembali dengan normal, Chaewon mencoba untuk tak menunjukkannya pada pria di sampingnya itu.

Chaewon memandang Maroo dengan takjub. Ia benar-benar tak habis pikir dengan Maroo yang pandai dalam hitung menghitung. Jujur saja, Chaewon merasa payah dengan hal berbau angka. Ia masih ingat di saat ia harus mati-matian untuk mengerjakan soal pecahan yang tak terlalu rumit sewaktu sekolah dasar dulu. Chaewon selalu kesal pada dirinya sendiri karena selalu mendapat nilai pas rata-rata di pelajaran matematika.

"Aku tahu aku ini tampan dan pandai. Tapi, bisakah kau berhenti menatapku dan cobalah pahami soal yang ini!" Maroo menggetok kepala Chaewon dengan pensil. Hal itu jelas membuat Chaewon menggerutu sambil cemberut.

"Kenapa aku baru tahu ada pria seangkuh dirinya di dunia ini? Ish!" Chaewon mendumel pelan namun masih bisa tertangkap indera pendengar Maroo. Maroo mencoba menahan tawanya.

"Barusan kau bilang apa?" tanya Maroo pura-pura kesal.

"Ah, ttt… tidak. Aku tidak bilang apa-apa kok." Chaewon mencoba mengelak.

Sesuatu kembali bergejolak dalam tubuhnya di saat Maroo dengan cepat menatap ke arahnya dengan jarak yang hampir tak terlihat. Wajah gadis itu kembali menunjukkan semburat merah.

"Hei-ah…" lirih Chaewon yang merasa gugup sendiri.

Maroo hanya tersenyum dan kembali mengikis jarak di antara keduanya. Perlahan Chaewon menutup kedua matanya saat wajah Maroo semakin mendekat. Melihat gadisnya menutup mata membuatnya semakin bergairah untuk melakukan itu lagi.

Chaewon sadar bahwa sesuatu yang bertekstur kenyal sedang bermain di atas bibirnya. Kali ini pria itu tidak hanya mengecup bibir merah Chaewon. Ia melumatnya dengan lembut, menyapu bersih setiap sudut bibir gadisnya tanpa ada yang terlewatkan. Tak ada pergerakan dari Chaewon sampai di saat ia membuka matanya karena Maroo mengigit bibir bawahnya. Jujur, Chaewon merasakan kenikmatan tersendiri yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Chaewon kembali memejamkan mata. Kali ini ia tidak hanya diam. Chaewon membalas ciuman Maroo dengan lihai meski pun kita tahu ini adalah pertama kalinya bagi mereka. Maroo kembali menggigit bibir bawah Chaewon, mengisyaratkan untuk Chaewon membuka mulutnya. Memperbesar akses Maroo untuk bermain lebih dengannya. Salah satu lengan Maroo meraih tengkuk Chaewon semakin mendekat dan lengan satunya meraih pinggang ramping Chaewon.

Kiss The RainWhere stories live. Discover now