Chapter 5

487 55 7
                                    

Joongki Pov

Sial. Wanita itu muncul lagi. Berkeliaran lagi seenak jidatnya sendiri. Apa dia tidak punya rasa malu? Atau… telinganya sudah tak berfungsi dengan baik? Aku menolakmu mentah-mentah, Nona. Mengatakan bahwa aku tidak mencintaimu. Tapi, kenapa kau selalu menyenangkan hati mereka dan mengiyakan semua titahnya?

Haruskah aku memohon sambil menangis darah bahwa aku benar-benar tidak bisa melanjutkan hubungan ini? Oh, ayolah. Kita bukan anak kecil lagi. Aku yakin bahwa kau juga menolak hubungan ini. Dengan jelas dapat ku lihat kau tengah berbohong setiap kali kau mengatakan "Aku menyukai perjodohan ini. Tidak ada alasan untuk aku mengelak."  pancaran di matamu mengatakan sebaliknya.

"Lama tidak berjumpa, Joongki-ssi." wanita itu mengawali percakapan. Aku mengangguk.

"Bagaimana kabarmu? Ini jamuan pertama kita setelah lima tahun tidak bertemu. Kekeke~" lagi-lagi dia buka suara lebih awal. Menyelipkan sedikit gurauan di sana. Mungkin.

"Bisa kita makan sekarang? Jadwalku padat. Pekerjaanku banyak. Jangan sampai pekerjaanku terabaikan dan menumpuk hanya gara-gara aku membuang waktu di meja makan ini." jawabku masam. Wanita itu hanya tersenyum.

Tak ada niatan sedikit pun untuk mengatakan sesuatu. Sekedar untuk menghilangkan hening yang menyerbu. Hanya suara dentingan sendok yang beradu dengan piring mengambil alih makan siang yang tak di inginkan. Di sana, dapat ku lihat jari manis kirinya senantiasa di lingkari oleh benda mengkilap yang bertabur beberapa berlian.

"Joongki-ssi." Hyekyo terdengar memanggil namaku. Aku menjawabnya dengan deheman tanpa menoleh ke arahnya.

"Ayah memintaku untuk mempercepat pernikahan kita." aku relfeks menghentikan makan siangku saat mendengar pernyataan yang baru saja dia lontarkan.

"Aku sudah selesai." jawabku datar sambil meletakkan sendok yang ku genggam sedari tadi.

Suatu topik yang sangat ku hindari akhirnya kembali di ungkit. Aku beranjak dari duduk berniat meninggalkan meja ini lebih dulu.

"Tunggu, Joongki-ssi." lengan wanita itu menahanku untuk melangkah.

"Kau mau kemana? Aku belum selesai." wanita itu mencoba melanjutkan seruannya.

"Apa yang harus kita bicarakan? Percuma, aku bersuara pun kalian tidak akan mendengarkannya." jawabku ketus.

"Ayahku ingin bertemu denganmu. Kau bisa temui ayah lusa nanti. Ada perihal yang ingin beliau bicarakan denganmu dan Tn. Song." jelasnya yang aku masa bodo tak menanggapinya. Berlalu tanpa menggubrisnya yang beberapa kali meneriakkan namaku.

***

Chaewon Pov

Melihat peluh mengalir melewati pelipisnya membuatku tak tega sebagai seorang kakak. Tidak seharusnya ia di sini bersamaku. Sekedar mengisi ke kosongan waktu dan berharap meringankan bebanku. Katanya.

Senyum cerah tak luput dari wajah tampan yang serupa ayah. Manis. Persis seperti milik ibu.

Bibir ini ikut mengembang di saat netra milik Joowon melihat ke arahku. Lengannya yang tak biasa bekerja dengan lincah menyapu bersih debu di atas meja dengan kain lap. Satu per satu meja di ruangan ini mengkilap di buatnya.

Sudah hari ke empat ia melakukan hal semacam itu. Membersihkan meja, menyapu lantai bahkan ia pel bersih. Melayani pelanggan lebih lihai ketimbang karyawan tetap di sini. Termasuk aku. Mungkin.

"Chaewon, bisa tolong ke ruanganku sebentar." suara seseorang membuyarkan fokusku. Aku mengangguk tanda mengerti.

"Aku dengar dari Boyoung beasiswa Joowon di cabut. Apa yang Boyoung katakan benar adanya?" tanyanya padaku yang sudah duduk berhadapan dengannya. Lagi-lagi aku mengangguk.

Kiss The RainWhere stories live. Discover now