Chapter 3

646 66 8
                                    

Semilir angin senja menerbangkan beberapa helai anak rambut gadis remaja yang di biarkan terurai bebas. Dengan earphone yang terpasang sempurna di tempatnya senantiasa menemani gadis itu sejak beberapa jam yang lalu. Matanya terpejam, punggungnya ia sandarkan pada batang pohon besar yang daunnya teramat rindang di taman kota yang terletak tak jauh dari tempat tinggalnya.

Gadis dengan stelan seragam sekolah yang melekat sempurna di tubuh rampingnya itu masih enggan untuk cepat beranjak meski pun angin sesekali membuat bulu kuduknya berdiri. Dinginnya menusuk kalbu.

Denting alunan piano klasik yang ia dengarkan melalui mp3nya membuat suasana hatinya begitu tentram. Sosok pria yang telah berumur terus saja terngiang dalam benaknya. Masih seperti mimpi baginya bahwa ayahnya telah meninggal 2 tahun yang lalu. Sesak, ia sesak setiap kali mengingatnya.

Sakit, ia sakit setiap kali menyangkal kenyataan pahit ini. Ayahnya, kenapa pergi secepat itu? Pergi sebelum menepati janji yang sekarang hanya sebatas satu kata lima hurup tak berarti. Bukan sebuah janji yang harus di buktikan dengan suatu tindakan yang sesuai harapan.

Kristal bening yang keluar dari matanya kembali menetes hari ini. Entah sudah yang keberapa kalinya ia turun melewati pipi tirusnya.

"Nona, bisa tolong bantu aku? Ini mendesak, kumohon." Pinta seorang pria yang muncul di hadapan Chaewon. Chaewon menatap bingung pria di hadapannya itu.

Nafasnya tersenggal. Peluh membanjiri keningnya.

"Kumohon, Nona. Ini darurat. Kau boleh memakiku atau bahkan melemparkan ku ke dasar jurang. Tapitidak sekarang. Aku akan mati jika mereka menangkapku."  Pria itu kembali berucap.

Kiss The RainWhere stories live. Discover now