Part 2 Shoes from A Cocky Guy

12.1K 1.2K 10
                                    


Sebulan kemudian.

"Mbak Nat ada paket," kata Mbak Rika. Resepsionis di kantorku itu mengulurkan bungkusan berwarna cokelat yang dilapisi plastik putih.

Kuterima paket itu dan kuamati nama yang tertera di bungkusnya, Nattaya. "Dari mana, Mbak? Kok enggak ada nama pengirimnya?"

"Enggak tahu, Mbak. Buka aja siapa tahu ada kartunya," usulnya.

"Ada resinya?"

Telepon yang ada di depan Mbak Rika berdering. "Sebentar, ya," balasnya sambil mengangkat telepon. "Halo."

Aku menunggu selama beberapa menit, berharap Mbak Rika selesai menelepon. Sayangnya, dia masih mengobrol dengan lawan bicaranya. Jadi, aku memutuskan untuk membawa paket dan meletakkannya di mejaku. Meskipun penasaran aku tidak langsung membukanya.

Rasa penasaran membuatku memberanikan diri untuk membukanya satu jam kemudian. Aku menggunting plastik, lalu merobek kertas pembungkus kotak berwarna cokelat bertuliskan Keds dengan tinta biru. Di dalam kotak itu ada sepasang sepatu Keds Sneaky Cat Taylor Swift mirip punyaku, tapi beda warna. Sepatu ini berwarna hitam, sedangkan punyaku warna krem. Dari mana orang ini mendapatkan sepatu yang sudah tidak dijual di toko maupun situs resmi Keds? Aku sudah mencari di ebay dan Amazon, tapi tidak ada.

Di dalam kardus juga ada kartu nama berwarna dasar putih dengan tulisan hitam dan gambar jam pasir warna senada. Aku membaca kartu nama itu dengan saksama.

Matthias Samudra Vermeulen, Event Project Manager Titimangsa Creative. Siapa dia? Kubalik kartu nama itu dan kutemukan tulisan,

Sepatu ini sebagai permintaan maafku karena udah merusak sepatumu.

Samudra.

Ah, pasti cowok yang sudah merusak sepatuku. Jadi, dia kerja di Titimangsa Creative. Perusahaan event management itu sering bekerjasama dengan Piurity Organic karena pemiliknya berteman dengan Madam. Artinya, aku bakal bertemu dengan pengirim sepatu ini.

Kulempar kartu nama itu ke dalam kardus.

"Apaan, tuh?" tanya Rani, marketing yang mejanya ada di sampingku.

"Sepatu," jawabku sambil menutup kardus.

"Baru?"

Aku berdiri, lalu mengambil kardus dan membawanya ke loker yang ada di sudut ruangan. "Iya."

"Nat, brosur buat promo Natal dan Tahun Baru udah jadi?" tanya cewek berbadan montok itu saat aku kembali ke tempat dudukku.

"Udah, tapi belum di ACC sama Pak Ronald," balasku.

Pak Ronald adalah CEO Piurity Organic sekaligus salah satu pendiri perusahaan. Sudah tiga hari ini dia pergi ke Surabaya untuk urusan pribadi. Padahal, brosur baru bisa dicetak atau diunggah ke website dan media sosial setelah disetujui Pak Ronald dan Madam.

"Yah, kapan dia balik? Madam udah nanyain terus," tanya Rani gusar.

"Enggak tahu, tanya Meta aja," balasku.

"Iya deh, nanti aku tanya Meta. Sekarang dia pasti lagi makan siang."

"Eh, sampo anti ketombe-nya jadi di-launching bulan depan?"

"Iya."

"Nat," panggil Indah.

Aku menoleh dan melihat cewek berambut panjang itu berjalan ke arahku.

"Nih, bayar utang. Sah, ya," ujarnya sambil mengulurkan lima lembar uang seratus ribu.

Kuterima uang itu, lalu kumasukkan ke dalam dompet. "Kurang bunga sepuluh persen," candaku.

Young and RestlessDonde viven las historias. Descúbrelo ahora