"Ampun, Kak! Ampun! Saya minta ampun!" Jimin menatap Woojin yang menyembah kakinya, lantas meregangkan otot leher sambil memejamkan mata.

"Kau tau, di dunia ini cuma satu hal yang tidak bisa aku terima keberadaannya," Jimin membuka mata lalu meraih sebatang suntikan dari saku Woojin dan mematahkannya dengan satu genggaman.

"Barang tidak berguna macam ini." Jimin melempar patahan suntikan itu ke depan Namjoon, membuatnya balik menatap bengis. Jimin lantas mengangkat tongkat baseball dan menunjuknya.

"Kau duluan," kata Jimin dingin, lalu beralih menunjuk Woojin.

"Kau terakhir." Namjoon segera memberi sinyal kepada anak-anak buahnya, tapi sebelum ia sempat menghindar, Jimin sudah kenuru menonjok rahangnya dengan tongkat baseball. Darah beserta beberapa gigi segera muncrat dari mulutnya, membuatnya terhuyung dan akhirnya roboh ke tanah. Namjoon memegangi rahangnya yang sudah miring, tak bisa berkata-kata karena menahan sakit. Anak-anak buahnya hanya bengong menatap bosnya yang sudah terkapar dalam hitungan detik itu. Jimin lantas berbalik, menatap kumpulan anak-anak yang hanya bisa menatapnya ngeri.

Jimin baru saja melangkah, kumpulan itu sudah kocar-kacir, berusaha melarikan diri. Tapi Jimin tak akan membiarkan mereka kabur. Jimin tak akan menjilat ludahnya sendiri. Jimin bertekad untuk menghancurkan mereka semua, dan Jimin akan melakukannya, hari ini juga. Woojin merapat ke tembok, sekujur tubuhnya gemetar menyaksikan Jimin berubah menjadi monster saat menyerang anak-anak geng Kyung Haego dengan membabi buta. Woojin tak pernah melihat bagaimana Jimin berkelahi. Selama ini hanya pernah mendengar legenda, dan tak pernah mendapat kesempatan untuk melihat karena Jimin nyaris tak pernah meladeni tantangan sekolah lain.

Ia bahkan sempat berpikir Jimin hanyalah seorang pengecut yang sok. Tapi ternyata ia salah. Ia salah telah berurusan dengan monster itu. Sekarang ia mendapat kesempatannya, tapi bahkan kesempatan itu adalah kesempatan terakhirnya. Ia akan mati di tangan Jimin hari ini juga, dan ia bahkan tak bisa bergerak untuk sekedar menghindar. Tak sampai beberapa menit, gerombolan geng yang tadinya gagah perkasa itu sudah teronggok berserakan di tanah. Jimin berdiri di tengah-tengah mereka dengan napas tersenggal dan wajah penuh cipratan darah. Darah orang lain.

Sekujur bulu kuduk Woojin meremang saat melihat Jimin menoleh padanya. Woojin tak dapat bergerak saat Jimin berjalan perlahan ke arahnya. Woojin hanya bisa menatap ngeri tongkat baseball yang dipegang Jimin, dan ia bersumpah bisa melihat darah menetes dari ujungnya.

"AMPUN, BOS!!" seru Woojin, segera bersujud hingga dahinya menyentuh tanah. "Ampun!! Saya tidak bermaksud membunuh Jihoon!!" Jimin menatapnya datar. Ia lantas mengangkat dagu Woojin menggunakan tongkatnya. Woojin mau tak mau melihat mata Jimin. Woojin bersumpah bisa melihat kobaran api di bola matanya.

"aku harusnya menghabisimu dari dulu," desis Jimin. "aku tidak pernah salah menilai orang. Sekali pengkhianat, kau tetap pengkhianat."

Woojin tahu sekeras apa pun usahanya untuk memohon akan percuma. Jimin yang ada di depannya ini sudah bukan manusia. Woojin lantas memberanikan diri untuk menatap orang yang akan menghabisi hidupnya. Detik berikutnya, ia terpaku. Woojin seperti bisa melihat air mata di mata ketua gengnya itu. Woojin pasti sedang bermimpi.

"Tapi kalau kau mati, apa untungnya buatku?" gumam Jimin, lebih pada dirinya sendiri. Woojin menatapnya tanpa berkedip. Jimin lantas mendorong kepala Woojin dengan tongkat hingga ia terjengkang. Di saat Woojin mengira Jimin akan menghabisinya, Jimin malah bergerak ke arah seseorang yang terkapar di sampingnya dan melepas jaket yang di kenakan orang itu.

"Kau bisa kembali kalau kau mau," Jimin mengenakan jaket itu, membuat mata Woojin melebar. Jimin lalu menatap Woojin. "aku tidak bisa membiarkanmu ada di tempat seperti ini. Tempatmu ada disana, bersama teman-temanmu." Woojin tak dapat berkata-kata lagi. Ia tahu, ia akan menangis saat ini juga. Air matanya malah sudah meleleh saat melihat Jimin melangkah pergi sambil menyeret tongkat baseball-nya.

OUR STORY [MinYoon-KookV] ✅Where stories live. Discover now