4. Pertemuan

3.2K 241 3
                                    

Mila menatap wajahnya di cermin. Sama seperti semalam, dia terus menghela nafas dan menghembuskannya perlahan. Jika semalam dia melakukannya karena teringat dengan sakit hatinya, tapi sekarang dia mulai panik dan menyesali keputusannya semalam.

Semalam, Kevin menghubunginya dan mengajaknya bertemu. Mila jelas menolak, tapi dengan alasan pintarnya Kevin, Mila langsung berubah pikiran.

Kevin: Ini demi kebaikan semua orang

Entah semua orang yang dimaksud Kevin adalah semua orang di dunia ini, atau hanya keluarganya dan Mila. Tapi yang jelas, Mila tak bisa mengabaikan jika itu menyangkut banyak orang, tidak hanya dia atau hanya Kevin. 

Mila sudah berdandan rapi sejak 30 menit yang lalu, tapi dia masih asik menatap dirinya di cermin. 

Dia ingin sekali membatalkan pertemuannya hari ini dengan Kevin, hati kecilnya mengatakan dia belum siap bertatap muka dengan penyebab patah hati terhebatnya. 

Tapi nasi sudah menjadi nasi goreng.

Mila mengepalkan kedua tangannya, menganggukan kepalanya. Berusaha meyakinkan dirinya jika dia akan baik-baik saja. Berdoa semoga keputusannya sekarang untuk bertemu dengan Kevin setelah satu tahun yang lalu bukanlah keputusan yang buruk, terlebih untuk hatinya.

Mila menghembuskan nafas lagi.

****

Mila terlambat hampir 30 menit dari janjian, jangan salahkan kemacetan Jakarta tapi salahkan kegalauannya tadi di kamar. Dia tadi benar-benar membuang waktu hanya untuk menatap wajahnya di cermin.

Mila baru saja menutup pintu mobilnya, dia mulai ragu untuk masuk ke dalam cafe tempat janjiannya dengan Kevin. Bahkan tempat janjian mereka adalah tempat dimana dia sering menghabiskan waktunya bersama Kevin dulu.

Mila lagi-lagi merasa menyesal setuju dengan pilihan Kevin, seharusnya dia yang mengajukan tempat.

"Semalem kenapa gue iya iya aja sih," sesal Mila.

Yang dipikirkan Mila semalam hanyalah bagaimana mengakhiri percakapannya dengan Kevin. Memilih cepat dengan terus mengiyakan apa kata Kevin, dia langsung menyesal kemudian.

Mila melangkah masuk ke dalam LovFee, dia mengarahkan pandangan ke penjuru cafe. Dilihatnya laki-laki tampan itu duduk di meja nomer 18, tempat strategis karena berada di belakang hampir tak terlihat dan cukup privasi.

Tanpa ada sapaan ramah Mila langsung duduk di sofa dan meletakkan tasnya di sampingnya. Kevin sempat mengeluarkan latahnya karena kaget tiba-tiba ada orang yang tiba-tiba nongol bahkan duduk di depannya. Karena memang Kevin sedang fokus pada ponselnya.

Kevin tersenyum pada Mila, namun Mila hanya diam. Sama sekali tidak menggerakkan bibirnya. Namun, diam-diam Mila mengagumi ketampanan Kevin yang sama sekali tidak berubah.

Kevin yang sadar bahwa perempuan di depannya tidak akan beramah tamah padanya, langsung membuka percakapan.

"Aku udah pesenin green tea dingin, kayaknya kamu butuh itu," ucap Kevin ramah.

Mila menggumam.

"To the point aja," ucap Mila tidak ramah.

Belum Kevin menjawab, pelayan datang mengantar pesanan Kevin, salah satunya green tea yang memang dipesankan Kevin untuk Mila.

Setelah pelayan pamit, Mila kembali menatap Kevin. Dan Kevin tahu, Mila ingin pertemuan ini segera berakhir.

"Aku tahu kamu tolak tawaran film gara-gara aku," Kevin mulai menjelaskan tujuannya mengajak Mila bertemu, masalah film.

Kevin tidak mau kesempatannya hilang di film ini. Kevin sudah baca scriptnya, dan Kevin langsung tertarik. Menurutnya cerita di film ini bagus, dan Kevin tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. 

Karena memang Kevin harus dipasangkan dengan Mila, jika Mila menolak maka Kevin juga akan digantikan. Itu syarat dari produsernya, karena dilihatnya Kevin tidak berhasil chemistry-nya jika bukan dengan Mila. 

Dan Kevin juga setuju dengan penilaian itu, dia lebih nyaman beradu akting dengan Mila dibanding dengan yang lain. 

"Aku bener-bener minta maaf sama kesalahanku yang dulu, aku bener-bener...." Kevin meraup wajahnya, jika mengingat kebodohannya yang membuatnya selalu menyesal.

Kalau ada mesin waktu, dia pengen getok kepalanya sendiri di waktu itu. Biar dia ga iya-iya aja diajak kumpul sama temen-temennya. 

Mila hanya diam mendengar ucapan Kevin. Kedua tangannya terlipat, dia cukup jengah mendengar kata maaf keluar dari mulut Kevin. Dia ga butuh maaf, yang dia butuh Kevin enyah.

"Aku bodoh waktu itu. Tapi aku beneran ga ada apa-apa sama U...."

Kevin menghentikan ucapannya saat Mila mengangkat tangan kanannya. Tanda menyuruh Kevin untuk berhenti.

"Gue ga minta lo bahas masalah dulu. Gue cuma pengen tahu tujuan lo ngajak gue ketemu sekarang," ucap Mila tegas.

Kevin mendesah, sikap Mila tidak lagi ramah padanya. Dan Kevin maklum akan hal itu.

"Aku cuma pengen kamu terima tawaran itu," ucap Kevin dengan nada putus asa.

Dia memilih untuk langsung pada intinya. Mila tak suka dengan basa-basinya.

Mila meminum green tea dinginnya. Minuman yang cukup membuat mood Mila sedikit lebih baik.

Mila cukup tersanjung dengan ingatan Kevin, memesankan minum favoritnya. Dan sepertinya Kevin bisa menebak jika di pertemuan ini mood Mila ga akan baik.

"Gue tetep nolak," kata Mila.

Dan lagi-lagi Kevin mendesah. Kali ini terlihat lebih frustasi.

"Profesional Mil, kita cukup akting. Di luar itu kamu mau jutek ke aku, mukul, nampar, atau mau ngedorong aku ke jurang silakan. Aku ga bakal gangguin kamu, aku bakal profesional."

Mila memutar bola matanya malas.

"Enggak," ucap Mila tegas disertai gelengan kepala.

"Mil. Ini demi kebaikan semuanya," ucap Kevin lirih.

"Semua siapa? Gue? Elo?" tanya Mila sinis.

"Kita, karir kita."

Mila terpaku menatap Kevin, masalah duit kah?

Belum Mila mengeluarkan suaranya, Kevin sudah bicara terlebih dulu.

"Masa depan karir kita. Kamu udah beberapa kali nolak kerja sama bareng, dan itu bisa bikin kita kena blacklist. Ga bakal ada yang mau pake kita, karena kita dinilai ga profesional," jelas Kevin.

"Kamu ga kasian sama kak Salvi? Dia pusing mikirin kamu yang sering banget batalin kontrak, berapa uang yang udah keluar buat bayar denda juga?"  

Mila diam, benar apa yang dikatakan Kevin. Dia sering menyusahkan Salvi, bahkan membuatnya dalam masalah. Kena amarah produser atau apapun karena dia ngebatalin kontrak gara-gara ada Kevin.

"Aku kira kamu bener-bener dewasa. Ternyata kamu egois, teken ego kamu. Pikirin orang lain," ucap Kevin sambil menyandarkan tubuhnya di sofa.

Dilihatnya Mila hanya diam memandang gelasnya yang masih terisi banyak.

"Pikirin baik-baik, kalau kamu tetep nolak film ini. Aku harap kamu tetep sukses," ujar Kevin lalu beranjak dari duduknya.

Kevin pergi meninggalkan Mila sendirian, dia keluar setelah membayar tagihan minumnya.

Sebelum membuka pintu LovFee, dia sempatkan melihat punggung Mila.

"Keras kepala," ucap Kevin lirih lalu keluar dari cafe.

Sedangkan Mila tetap berada di tempatnya, tidak tahu akan melakukan apa. Dia hanya memandang gelasnya di meja.  

Mungkin memang keputusan bertemu dengannya adalah kesalahan, buktinya Kevin lebih memilih pergi meninggalkan Mila dengan kalimat sarat akan kekesalan.

.

.

.

Tbc

MilaWhere stories live. Discover now