Bab 05

37 15 9
                                    

Evan memasuki kelas dengan semangat baru. Senyumnya terus terpoles tanpa berhenti mengembang, bahkan cowok itu menyapa beberapa anak secara acak. Membuat anak-anak yang disapa Evan mengernyit bingung.

Kenal aja kagak, tapi asal nyapa orang.

"Hi, guys on the paradise! What's up??" seru Evan sebelum masuk ke kelas. Kemudian ia memilih duduk di sebelah Dafa.

"Pagi, Daf!" sapa Evan sumringah.

Dafa bergidik. "Lo kayak cewek banget dah, napa lo? Kesambet kuntil ya?" tanyanya.

"Sialan," seketika, senyum Evan dan wajah cerianya yang bener-bener berlebihan itu luntur.

"Bener kata Dafa, lo kenapa sih? Girang banget, lo abis dapet tiket konser Exo atau BTS gitu dari give away Cinta Kuya?" tanya Sandra.

Evan mendecak, kenapa semua cewek di sekitarnya anak K-poper? "Bukan, masa gua nge-fans sama cowok?" balasnya.

"Eh, ada ya!" kata Anaira menceletuk.

"Ya itu mah tuh orang, bukan gua. Kan kata gua, masa gua nge-fans sama cowok?, bukan, masa cowok nge-fans sama cowok?," balas Evan membuat Anaira mendumel menahan malunya.

"Tapi bener kata Dafa sama Sandra, lo kenapa, Van? Girang amat," tanya Alana yang dari tadi hanya mendengarkan.

Jantung Evan berdegup lebih cepat. Mampus, dia liat gua gila kayak tadi?! "Hehehe.. Enggak papa," Evan memasang cengirannya malu dan bertepatan dengan itu, Pak Hendra, wali kelas sekaligus guru mata pelajaran pertama hari ini masuk.

Sandra dan Anaira pun cepat-cepat duduk di bangkunya bersama Alana yang ternyata tepat di sebelah bangku Evan dan Dafa. Dengan posisi, Sandra, lalu Anaira, lalu Alana.

Mampus gua! Doi duduk di sebelah!! batin Evan grasak-grusuk, melirik Alana yang sedang menyiapkan buku Sejarahnya.

"Selamat pagi, anak-anak!" sapa Pak Hendra yang disahuti anak-anak secara serempak.

Sedangkan Evan masih menetralkan detak jantungnya sampai Dafa menyikut perutnya menyuruh Evan fokus pada Pak Hendra, bukan pada dunianya yang lagi gonjang-ganjing.

"Anjing!" umpat Evan kelepasan.

"Siapa itu?!" tanya Pak Hendra, beliau kurang suka di saat pelajarannya berlangsung terdengar kata-kata kasar diserukan seperti tadi.

Evan melirik tajam Dafa yang cengengesan meminta maaf.

"Evan! Kamu keluar kelas!" suruh Pak Hendra tegas.

"Yah, Pak!" rengek Evan.

"Evan!" tegas Pak Hendra.

Evan menghela napas pasrah. Sebelum beranjak dari bangku, ia melirik tajam Dafa kesal. Sialan lu, Daf!

Evan & AlanaWhere stories live. Discover now