#4 : I Think....?

Mulai dari awal
                                    

"Lagian siapa juga yang mau laporin kamu ke polisi?"

"Bukannya...? Nomor telpon itu kan?" Alfa sedikit kebingungan karena dugaannya salah.

"Berikan saja..." sambung pria sambil menyerahkan ponselnya pada Alfa.

Alfa yang tanpa pikir panjang langsung mengetikkan nomornya dan memberikan kembali ponsel itu kepada pria tadi.

"Terima kasih banyak Pak.. Nanti aku bakal bayar.. Simpan saja dulu nomorku." kata Alfa yang kemudian langsung berlari hendak memasuki gerbang sekolah.

"Tunggu dulu....." panggil pria tadi yang langsung menghentikan langkah Alfa.. Alfa pun berbalik melihat pria itu..

"Siapa namamu..?"

"Alfa....."

"Oke....."

.

.

.

.

Alfa's POV

Terima kasih kuucapkan hari ini kepada Tuhan Yang Kuasa; Engkau sungguh baik karena mengirimkan aku pertolongan lewat bapak yang tadi.

Bagaimana pun itu, aku merasa bersalah karena tadi tidak membayar dia. Bukan karena aku tak mampu bayar ya... Tapi uangku ketinggalan di rumah karena aku telat hari ini.. Jadi ya begitu, semua berubah dan tak teratur seperti ini.

Tak berapa lama menunggu, ujiannya dimulai dan aku senang karena apa yang kupelajari semalam semuanya ternyata dimasukkan ke dalam soal.

Dan....? What...? Si aneh, iblis, dan brengsek itu tumben sekali tidak absen untuk ujian hari ini.

Ah sudahlah, dia bukanlah hal penting yang perlu kupikirkan sekarang.. Sekarang, aku hanya perlu fokus dengan soal ujian ini.. "Semangat Alfa!" batinku.

Ujian berlangsung selama 2x35 Menit, dengan 40 butir soal. Mungkin ya bisa dihitung dan diprediksi, aku bisa menyelesaikan setengah soalnya dengan baik dan benar. Sisanya?... Biarin lah gurunya yang memeriksanya nanti..

Keluar dari ruang ujian dan bertemu dengan Tiara, aku terus saja terpesona akan sosok gadis yang satu ini. Dia sungguh sempurna; jika ada gelar dewi yang patut diberikan di dunia ini, aku tentunya akan memberikan gelar itu padanya.

"Fa....Bagaimana ujiannya tadi?" tanya Tiara. Bukannya menjawab, aku malah terdiam; mungkin lebih mengarah ke kondisi dimana aku terpana oleh silaunya berlian hidup di depan mataku ini. Tiara yang mungkin bingung akan tingkahku langsung saja menjitak jidatku dan hal itu secara kilat menarik kembali roh alam bawah sadarku.

"Auu.... Hei kau ini...." ujarku seraya memegang jidat.

"Lagian kamu juga... Aku tanya kok kamu malah melongo.."

Gemes dih Tiara..... Tau tak? Aku ini melongo karena terpesona akan kecantikanmu. Andai saja bisa kukatakan hal itu padamu sekarang; tapi aku memanglah tak punya keberanian untuk itu.

Tiara tiba-tiba sudah pergi meninggalkanku karena dia sedang bersama para siswi yang lain. Kupikir ini mungkin terasa aneh, tapi aku merasakan hawa yang tak biasa dari sudut pandang mata kiriku. Nah ternyata benar; putra iblis itu ada disana.

Aku seringkali bertanya kepada diri sendiri... Kenapa begitu besar ya aku membenci pria ini. Mungkin dia dan aku perlu ditempatkan pada dimensi yang berbeda agar tidak bertemu lagi.

Ponselku tiba-tiba bergetar, dan kulihat ada pesan masuk.. dan nomornya belum ada di list kontakku..

.

I Wonder If You Hurt Like Me | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang