#48 ; Hamburger

Mulai dari awal
                                    

Jimin baru saja selesai membuat sketsa untuk launching desain baru, itu memakan waktunya, sungguh. Tak mudah membuat baju yang akan disukai semua orang. Tubuhnya berbaring santai diatas kasur mencari kenyamanan. Hari nya yang panjang bersama Hoseok dibutik selama seminggu akhirnya selesai, tiba-tiba jadi ingat pada seseorang yang batang hidungnya tidak nongol-nongol belakangan.

Siapa lagi? Min Jungkook.

Jemarinya membolak balik smartphone di genggaman, menyusuri nama-nama kontak telfon. Tapi tak membuahkan hasil apapun, terlalu malu untuk menelfon duluan. Jimin ingin dia pihak yang dirindukkan tapi sepertinya Jungkook tak ingat Jimin belakangan. Kemana dia?

"Kookie, enggak kangen?" Jimin bicara pada sebuah foto pemuda, tidak bisa dibilang tampan. Semua foto Jungkook di handphone nya adalah aib. "Ah, kenapa kamu gak telfon sih?!" dan baru saja ia memposting sesuatu di instagram dan membuangnya ke lantai berlapis karpet empuk, handphone nya bergetar nyaring.

Min.jungkook : Mau makan dimana?
Min.jungkook : McD aja yuk?
Min.jungkook : turun sini aku nungguin dari tadi

Jimin auto ngacir kebawah.

"Kamu kemana aja sih?!" Hening perjalanan menuju tempat makan fast food akhirnya dipecah Jimin dengan lantangnya. Menanyai kabar sang pacar yang bahkan tidak menerbangkan satupun pesan singkat. Tapi ngelike beberapa akun atas nama user Min.jungkook tertera setiap saat di newsfeed following. Jungkook minta banget di tempeleng memang. Si kelinci buluk hanya cengengesan garing.

"Ya kamu tau lah aku disuruh megang perusahaan nanti, pusing tau..."

Walau anak terakhir, Jungkook adalah ahli waris semata wayang Namjoon karna kedua anak sebelum dirinya memiliki gen Seokjin begitu kuat, Hoseok pula sudah punya butik. Jadi siapa yang harus dibebankan? Jimin melembut, sedari dulu pria yang sedang mengendalikan mobil tumpangannya ini punya impian sendiri, dan itu sangat bertentangan dengan apa yang seharusnya ia lakoni dalam keluarga. "Bilang sama ayah kamu dong,"

"Bilang apa?"

"Ya kalau kamu bisa jadi gamers dunia yang hebat, kalau mimpi kamu gak akan sia-sia. Gak semua bisa tahan dalam dunia bisnis right? Kamu bukan Ayah kamu, bukan kak Taehyung. Jadi coba omongin soal ini sama Ayah Namjoon, kamu kerja karna tertekan buat apa? Tetep aja masa depan suram kan..." Walau yang terakhir agak menohok, Jungkook merasa pusing dikepalanya perlahan sirna, kalau ujung-ujungnya perusahaan hancur ditanganya dan mencoreng nama keluarga, apa sang Ayah masih akan merasa bangga padanya? Jungkook bersumpah dia tidak bisa melakoni duduk dari pagi hingga malam hanya dengan tumpukan kertas penuh nama company company aneh, lalu strategi-strategi mereka dalam tender dan marketing. Dia hanya tau cara untuk meningkatkan skill rating dalam overwhatch.

"Astaga Jungkook ada apa?!" Hentian mendadak membuat jantung hampir berhenti, kalau tidak ada sabuk pengaman, bibirnya akan menabrak dasbor dengan mesra. "Kamu bener Jim, siapa tau Ayah bakal ngerti."

Jungkook melepas setbelt yang melingkari Jimin lalu mengangkatnya kepangkuan, agak awkward jika saja mobil tidak gelap, si sialan Min ini akan melihat rona-rona merah dipipinya, "Tapi nanti temenin ngomong sama Ayah ya..."

He's such a baby...

"O-Oke oke. Tapi lepasin, sempit ini.."

Daily InstagramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang