28

60.2K 2.4K 8
                                    

Hari pertama Kynnan menjalani sesi terapi diwarnai adu mulut antara dirinya dan Elena. Kynnan yang bersikeras untuk pergi terapi bersama Taylor ditentang Elena yang juga bersikeras ingin menemani Kynnan. Elena terus mendorong kursi roda Kynnan tanpa mempedulikan Kynnan yang terus protes terhadap dirinya.

"Tutup mulutmu atau kusiram kau dengan air infus." Kata Elena yang sudah mulai sebal mendengar Kynnan.

"Aku tidak peduli," jawabnya. "Lagipula aku tahu kau tidak akan melakukannya meski ingin."

Kynnan tahu benar titik kelemahan Elena, ia tidak akan melakukan apapun yang akan membuat orang lain menderita. Kali ini Elena yang diam, berharap agar Kynnan juga ikut menutup mulutnya.

Saat masuk ke ruang terapi, mereka disambut oleh dua orang terapis disana. Ruang terapi ini terbilang cukup besar dengan berbagai alat didalamnya. Seorang terapis menjelaskan beberapa jenis terapi yang akan dijalani oleh Kynnan, mereka berdua pun mendengarkan dengan seksama.

"Anda bisa duduk disana sampai Bapak Kynnan menyelesaikan terapinya," kata seorang terapis ramah sembari menunjuk deretan kursi di bagian kiri ruangan. "Baru saat latihan berjalan kembali nanti anda bisa membantunya."

Elena mengangguk mengerti. "Terimakasih."

Elena duduk dikursi yang telah disdiakan sembari memakan nasi goreng yang ia bawa. Ia hanya memperhatikan Kynnan dari kejauhan. Meski terlihat tenang, namun Elena tahu Kynnan merasa sakit saat mulai menggerakkan kakinya kembali.

"Aku harus ketoilet sebentar." Kata Elena pada seorang terapis yang sedang memantau pergerakan Kynnan.

"Silakan." Katanya lalu tersenyum.

Elena menyempatkan pergi kekantin sebentar untuk membeli air mineral sebelum masuk ke toilet. Sudah dua hari ini Elena banyak mengkonsumsi air, hal itu yang membuatnya harus sering ke toilet untuk buang air kecil.

"Sebuah kejutan bisa bertemu denganmu disini, Elena."

Elena yang baru keluar dari bilik toilet sedikit terkejut saat ada yang mengajaknya bicara. "Rose?"

"Kau terkejut melihatku?" Rose tertawa. "Aku tidak menyangka kau bisa bertahan sampai saat ini dengan Kynnan meski kau telah dibuang olehnya."

"Apa aku pernah berbuat salah padamu hingga kau begitu bencinya denganku, Rose?"

"Tentu saja kau berbuat salah! Kau telah merebut Kynnan dariku, sungguh tidak sopan." Elena masih diam menunggu Rose kembali bicara. "Kau harus tahu, Elena, Kynnan bukanlah orang yang baik. Dia tak pantas bersanding dengan malaikat sepertimu."

"Secara tidak langsung kau telah memujiku," kata Elena santai. "Terimakasih."

Rose tertawa sinis. "Lebih baik kau meninggalkannya sekarang, sebelum aku membuat Kynnan kembali jatuh dalam pelukanku."

"Silakan, aku tidak melarangnya," jawab Elena. "Maaf aku tidak bisa terus meladenimu bicara, aku masih harus menemani suamiku menjalani terapinya. Selamat siang."

Dengan senyum diwajahnya Elena menyindir Rose secara tidak langsung. Elena masih tidak mengerti apa yang ada dalam pikiran seorang Rose—masih mengejar seseorang yang bahkan sudah memiliki pasangan hidup. Ya, Elena tahu ia bukanlah pasangan hidup Kynnan yang sebenarnya, namun paling tidak sekarang ia lah yang merupakan pasangan Kynnan yang sah.

Saat Elena kembali masuk ke ruang terapi, Kynnan masih menjalani sesi terapinya. Elena kembali duduk ditempat yang sudah disediakan sembari terus memperhatikan Kynnan. Setelah satu jam berlalu, barulah sesi latihan berjalan Kynnan dimulai. Dengan serius Elena memperhatikan bagaimana cara melatih Kynnan, karena mulai sesi ke dua dan seterusnya Elena ingin dirinya lah yang membantu Kynnan—agar ia selalu memberikan kesan baik pada Kynnan meski dirinya sudah pergi nantinya.

KylenaWhere stories live. Discover now