8. Harga Diri atau Gengsi?

4.7K 955 96
                                    

"Na, ayo dong ikut jalan. Kita kan udah bela-belain jemput kamu," bujuk Rifka.

"Iya nih Atsna masa nggak mau ikut," timpal Vio.

"Aduh Ibu lagi nggak ada. Entar pasti aku diomelin kalau keluar. Mana lagi repot ini besok ada arisan."

"Mana? Orang nggak ada apa-apa. Dari tadi kamu juga diem doang di kamar."

"Ya barang-barangnya masih belum dateng Vi. Nanti kalau ibuku udah balik baru nah mulai repot," ujarku untuk pembelaan.

"Kan masih nanti sih Naaa..." Rifka juga masih tak mau menyerah.

"Udah-udah ah. Kalau Atsna nggak bisa jangan dipaksa, nggak enak juga sama ibunya. Kita kan niat awalnya meet up. Yaudah di rumah Atsna aja." Mbak Au akhirnya menengahi yang membuatku menyunggingkan senyum ke arahnya.

Saat ini Mbak Au, Rifka, dan Vio berada di rumahku. Niat awalnya mereka memang mau mengajak pergi. Sebenarnya dari awal sudah aku jelaskan bahwa aku tak bisa, di rumahku repot karena lusa akan ada arisan keluarga. Hanya saja mereka masih ngeyel dan berinisiatif menjemputku.

"Emang tante ke mana sih Na?" tanya Vio.

"Lagi ke tempat catering  sama Ayah pesen kue buat besok."

"Ih jangan-jangan besok bukan arisan keluarga, tapi lamaran kamu Na!" Rifka menatap ke arahku dengan mata memicing.

"NGAWUR TOK! SEMBARANGAN KAMU RIF!"

Sementara Rifka hanya terbahak melihat ekspresiku saat ini. Lamaranku? Yang benar saja. Memangnya mau lamaran dengan siapa?

"Eh gimana? Kemaren perjodohannya sukses kan?" celetuk Vio.

"Perjodohan apaan sih ih?! Dikenalin doang elah.."

"Jangan bodoh Na, aku rasa kamu udah paham kalau itu adalah perjodohan yang diperhalus jadi perkenalan."

"Nah bener tuh si emak!" Vio berseru dengan mulut penuh stik bawang yang aku suguhkan untuk mereka. "Masa kemaren kalian tukar nomor nggak ada kelanjutannya?" lanjut Vio.

"Kemaren dia whatsapp aku sih," ujarku pelan.

"WUIH DARI KEMAREN KALIAN CHATING DONG?"

"SEKARANG GITU YA KAMU ATSNAITA! NGGAK MAU CERITA-CERITA."

Viona dan Rifka memang yang selalu heboh.

"Ya ngapain aku cerita?! Orang isi chatnya juga gitu-gitu doang."

"Gitu-gitu doang gimana sih Na? Aku jadi ikut penasaran.." Mbak Au tiba-tiba sudah duduk di sampingku dan menggoyang-goyangkan bahuku. "Jadi bener dari kemarin kamu chating sama Mas Irshad Irshad itu?"

Aku memutar malas bola mataku lalu menjawab, "enggak kok, ya cuma pas kemaren itu aja. Nanyain kabar terus ngobrol-ngobrol dikit."

Ya, memang benar Mas Irshad menghubungiku hanya sekali itu saja. Tak ada kelanjutan lagi. Pikiranku sudah melalang buana, apakah yang kemarin ia hanya mengetesku dan akhirnya memang ia benar-benar tak tertarik padaku. Sampai kadang aku excited sendiri ketika ponselku berbunyi, berharap ada pesan darinya. Ini bukan karena aku sudah tertarik dengannya, sungguh. Hanya saja aku risih sendiri ketika ibuku sering menanyakannya.

"Kamu coba sih Na ganti yang chat dia," usul Rifka.

"Dih nggak mau! Aku kan cewek, masa iya aku hubungin dia duluan?!"

Tidak. Tidak akan. Aku tidak akan menghubunginya duluan.

"Na, itu bisa aja Si Irshad lagi ngetes kamu."

M A R R I E D ?  ?  ? जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें