Mampu membuatku tertawa

54 1 0
                                    

"Aku tuh belajar udah sampai kayak orang gila tau nggak." Ucap Tania. Dirinya sedang menikmati batagor di kantin sekolah bersama Farah dan Efmi, yang kini menjadi teman dekatnya.

"Pulang sekolah langsung les, pulang dari les ngerjain UKB sampai malem. Kayaknya rambutku lama-lama botak deh. Tapi seneng sih akhirnya masuk SCI. Mohon bantuannya yah..." Tania nyengir sambil menatap Farah dan Efmi yang masing-masing merupakan juara 1 di kelas mereka sebelumnya.

"Mohon bantuan gimana nih? Maksud kamu bukan contekan, kan?" jawab Farah kemudian. Tania membelalak dan langsung berkata "Ya enggak lah... Sorry begini begini aku bukan tukang nyontek ya!" tangannya yang memegang sendok tampak menggambar sesuatu di udara depan wajahnya.

"Begini begini?" Efmi berusaha menirukan gaya Tania yang konyol ketika berbicara, hal itu mengundang tawa ketiganya.

"Aku sedih soalnya udah nggak punya waktu banyak buat Iqbal..." Efmi menunjukkan wajah cemberutnya. Iqbal adalah pacar Efmi yang berbeda kelas dengannya, bukan kelas SCI.

"Kalau aku sih emang dari awal niat buat nggak pacar-pacaran. Mau fokus sama sekolah." Ujar Farah kemudian. Efmi menatap Tania, menunggu respon darinya. Yang ditatap malah kebingungan, tidak tau harus menanggapi bagaimana.

"Aku nggak mau terlalu study oriented juga sih... Cuma satu masalahnya..." jelas Tania pelan. Kedua temannya itu mencondongkan telinga mereka kepada Tania, penasaran.

Tania berbisik "Nggak ada juga yang mau sama aku..." tawa mereka bertiga pun pecah sehingga beberapa orang yang ada di kantin itu menengok kearah mereka.

Ada seseorang yang duduk tepat di belakang Tania. Siswa itu berusaha menahan tawanya. Seseorang yang tidak lagi bisa berkonsentrasi mengerjakan soal fisika yang ada di depannya. Ya, satu-satunya siswa yang melakukan makan siang dan belajar secara bersamaan. Siapa lagi kalau bukan Bayu, salah satu siswa teladan dengan nilai yang nyaris sempurna.

Ada Tania di HatiWhere stories live. Discover now