8. Maaf

2.7K 238 28
                                    

"HUEE BRIAN! GUE MERASA BERDOSA BANGET NGUSIR JAE KAYAK GITU," ketus Arin sambil menangis. Brian menghembuskan nafasnya, seraya memutar bola matanya jengah. Bingung dengan sikap Arin. Sebenarnya, gadis itu maunya bagaimana? Arin yang mengusir Jae, ia juga yang menangis dan marah-marah tidak jelas pada dirinya sendiri.
"PASTI SEKARANG JAE BENCI DEH SAMA GUE, HUEE BRIANNNN" lanjut Arin.

"Aduh, Rin. Berisik banget lo. Dasar aneh, lo sendiri 'kan yang ngusir si Jae, kenapa lo juga yang gak jelas kayak gini" timpal Brian dengan nada sedikit kesal.

"HEH, ASAL LO TAU YA! GUE BILANG KEK GITU TUH BUTUH PERJUANGAN!" Arin ikut menimpali. Kedua matanya yang sudah banjir oleh air mata, tersorot pada Brian.

"Yaudah iya. Terserah adinda saja maunya seperti apa, yang penting adinda senang," ujar Brian yang sok drama.

"SENANG APANYA! GUE MENDERITA TAU GAK SIH KALO KAYAK GINI TERUS," omel Arin seraya menghusap air matanya.

"Astaghfirullah, bodo amat, Rin. Serba salah ah gue jadinya kayak Raisa. Yaudah, kan gue udah bilang ngapain lo mutusin abis itu sok-sok'an ngejauhin si Jae, kalo akhirnya lo juga yang menderita" ucap Brian.

"Karna gue sayang Jae, dan gue masih sayang nyawa" lirih Arin.

"Hah? Apaan maksud lo?" tanya Brian heran.

Arin langsung menggeleng-gelengkan kepalanya. "E-engga kok!" jawab Arin.

Brian masih menatap Arin dengan tatapan kebingungannya. Apa yang dimaksud Arin, dengan 'masih sayang nyawa'? Apa hubungannya 'masih sayang nyawa' dengan memutuskan hubungan dengan Jaehyung?
Ini pasti ada yang tidak beres, sampai membuat Arin dan Jaehyung harus seperti ini, pikir Brian.

"Curiga gue," kata Brian.

"Curiga apa?" tanya Arin.

"Gue gak paham maksudnya, 'gue masih sayang nyawa'. Dan, apa hubungannya itu dengan masalah lo sama Jae?" Brian malah balik bertanya. Membuat gadis itu langsung melebarkan matanya, kemudian langsung menggeleng-gelengkan kepalanya kembali. "Pasti ada yang gak beres," kata Brian.

"Gak ada apa-apa! Sorry gue asal ngomong, gue abisnya stress banget" Arin menundukkan kepalanya.

Brian masih menatap Arin dengan tatapan kebingungannya, tapi kali ini sedikit menekan. Arin hanya bisa melirik, karna bisa dibilang tatapan dari Brian itu sangat menyuruhnya untuk mengatakan hal apa yang sebenarnya terjadi sehingga membuatnya seperti ini? Jantung Arin berdegup dengan kencang, sebenarnya ia juga takut dengan tatapan yang diberikan oleh sahabatnya itu.

Akhirnya, Arin langsung memeluk Brian dengan erat. Gadis itu memejamkan matanya, seraya menenggelamkan wajahnya dileher Brian. Membuat Brian seketika tersentak kaget, dan jantungnya berdebar sangat kencang.

Sial, umpat Brian dalam hati.

"Bri, gue nggak apa-apa. Percaya sama gue, kalo gue tadi itu cuma asal ngomong. Dan berhenti ngasih tatapan ngeri itu ke gue! Gue gak suka," cibir Arin, masih dengan posisinya.

Brian bungkam, rasanya sulit sekali mengeluarkan kata-kata dari tenggorokkannya. Jantungnya masih berdetak dengan cepat, cowok itu kesal kenapa rasanya ini sangat aneh sekali. Ia tidak bisa mengatur detak jantungnya menjadi normal kembali. Apakah, karna Arin memeluknya seperti ini untuk pertama kalinya? Ng, tapi kenapa harus berefek seperti ini.

Cowok itu hanya bisa mendumel didalam hatinya. Lama-lama pipi Brian juga terlihat memerah.

Tak lama, Arin melepaskan pelukannya, sambil menjauhkan jarak tubuhnya dari jarak tubuh Brian. Gadis itu mengalihkan pandangannya, dengan pipi yang merah juga.

Mantan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang