Prolog

8K 924 19
                                    


"Kau sudah menyiapkan kamera?"

Seorang berpakaian serba putih dengan dalaman pakaian safari plus mengenakan sepatu bot bertanya pada wanita berkacamata itu. Dia juga sama, mengenakan pakaian serba putih dengan sepatu bot dan membawa sebuah tas besar.

"Sudah," jawab wanita itu dengan singkat. Ia kembali fokus merapikan ikatan rambutnya. "Hutan ini mungkin berbahaya jadi aku perlu merekam tiap detik langkah kita."

Pria lain yang sedang memainkan pisau lipat menoleh ke arah wanita itu. "Apa tersambung ke pusat? Koneksi jaringannya menjangkau kawasan seperti ini ya?"

"Tidak tahu," dengus wanita itu sebal. "Yang jelas, pusat memberiku perintah untuk selalu merekam tiap detiknya. Mungkin tersambung dengan jaringan khusus yang baru saja mereka rancang. Jaringan yang memungkinkan menjangkau kamera tertentu tanpa batasan jarak. Katanya."

"Ya sudah," pria itu kembali memasukkan pisau lipatnya dan membantu pria yang satunya berkemas. "Ayo bergerak. Dari tadi aku muak dengan pohon disana. Seperti mengawasi."

Si wanita tersenyum mengejek. "Bilang saja takut. Hutan ya hutan, begini pemandangannya."

"Sungguh," pria itu mencoba meyakinkan, "tadi aku melihat ranting itu disitu. Tapi kemudian sudah berubah menjulang ke atas. Itu aneh!"

Pria yang berpakaian safari terbahak pelan. "Kau hanya capek. Kita sudah ada di pulau ini selama 3 hari tanpa menemukan apa-apa."

"Terserahlah," gerutunya sambil kembali mengeluarkan pisau, memotong akar gantung yang menghalangi jalan, dan kembali mengintip pemandangan langit dibalik pohon-pohon menjulang.

Melangkah dan terus melangkah. Sesekali mereka berceloteh mengenai topik-topik tertentu untuk menghapus rasa bosan dan lelah. Semak belukar dan padang ilalang silih berganti mreka lewati, begitu pula dengan pepohonan rindang dan menjulang. Tapi mereka melewatkan sesuatu yang aneh.

Hening. Langkah mereka yang perlahan-lahan semakin dalam ke hutan tidak lagi diselingi pembicaraan. Mereka menyadari sesuatu yang dari tadi mereka abaikan. Sedikit demi sedikit, pemandangan hutan dan belukar yang biasa mereka lihat di belakang sana tergantikan oleh pemandangan gelap yang tidak dapat dijelaskan. Semakin dalam mereka masuk, semakin sering mereka menemukan tanaman-tanaman aneh yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Dan dari jauh, mereka mendapati kilau pantulan cahaya berpasang-pasang mata, entah mata hewan atau manusia, terlihat mengawasi mereka secara terang-terangan dalam gelap celah dedaunan.

"Sepertinya," kata si wanita menghapus keheningan, "sebentar lagi kita akan menemukan suku ini."

Tanpa jawaban, mereka semua setuju dengan pemikiran si wanita mengingat apa yang mereka saksikan untuk saat ini. Sosok gerombolan berkaki empat kemudian keluar dari persembunyian dan dengan eloknya menyerang tiba-tiba. Detik berikutnya, mereka bertiga terkapar di tanah. Kemudian lenyap dalam gelap.

***

NATHURA - An Unknown WorldOù les histoires vivent. Découvrez maintenant