Chapter 38

399 23 2
                                    

Mungkin ini bukan akhir dunia. Tapi ini adalah akhir dari segalanya, segalanya yang terjadi di antara kita.

×××××

      Dhea tersenyum sambil menatap jalanan di depanya. Dhea senang karena Erza sudah berhasil melewati masa - masa akhir dari kelas 12. Ujian Praktik, Try Out hingga Ujian Nasional sudah berhasil di laluinya walaupun harus mengorbankan waktu - waktu efektif nya dengan Dhea. Senyum Dhea semakin merekah saat mobil Erza memasuki area sekolah. Dhea bahagia melihat sekolahnya menjadi sebagus ini walaupun dikerjakan dalam waktu yang singkat.

     "Bagus juga" Puji Erza saat melihat halaman sekolahnya di sulap seperti pesta kerajaan.

      Setelah Erza memarkirkan mobilnya, mereka berdua pun turun dan bergabung dengan siswa lainya. Dhea mengedarkan pandanganya, Dhea melihat ketiga sahabatnya masih sibuk dengan kertas - kertas yang berada di tanganya, mereka berdiri tak jauh dari meja kue. Sementara di samping meja kue itu ada Varsya dan teman - temannya. Dhea ingin mengambil salah satu cake di meja itu, tapi Dhea tidak berani mengambilnya.

     Dhea menoleh saat Erza menggenggam tanganya, dan menarik tanganya menuju ke tempat dimana Dhea ingin tuju. "Gue anterin kalau lo gak berani" Ucap Erza.

      Pipi Dhea merona mendengar ucapan Erza. Laki - laki itu sekarang menjadi lebih peka dan pengertian kepadanya. Dhea dan Erza terus berjalan menuju ke meja kue, saat jarak Dhea sudah dekat dengan Varsya dan temanya - temanya, Varsya dan teman - temanya tiba - tiba ikut berjalan di depan Dhea dan arah mereka juga ingin ke meja kue.

     Gubrak!

     Gedebuk!

     Dhea menutup mulutnya karena terkejut. Sementara di depanya Ayya dan meja kue sudah jatuh dan bercampur dengan tanah dan debu. Tadi Dhea merasa menginjak sesuatu dan secara tiba - tiba Ayya terhuyung ke depan dan menabrak meja kue. Apa mungkin tadi dirinya menginjak bagian belakang gaun Ayya yang menjulur panjang ke belakang itu.

      "Ay kamu gakpapa ?" Belum selesai keterkejutan Dhea, Dhea sudah dihadapkan pada pemandangan lain. Erza menolong Ayya yang meringis kesakitan. Dan apa ? Kamu ?  Dengan Dhea saja Erza tidak begitu.

     "Kamu ada yang luka gak ? Mau aku anterin pulang ?" Tanya Erza bertubi - tubi yang dijawab gelengan lemah oleh Ayya.

      Dhea menghampiri mereka berdua dan melepaskan lengan Ayya yang melingkar di leher Erza, Dhea sedikit mendorong Ayya agar ada jarak diantara mereka berdua.

      "Gak usah modus kak. Cari - cari kesempatan dalam kesempitan" Ucap Dhea dengan sinis.

      "Harusnya kak Ayya sadar kalau kak Erza udah punya pacar. Tapi nyatanya kak Ayya malah deket - deketin kak Erza gak perduli dengan perasaan aku. Apa kak Ayya gak punya malu ? Kak Ayya udah dewasa harusnya bisa mikir mana yang bener dan yang salah" Erza menatap Dhea dengan tatapan marah. Di saat Ayya sedang kesakitan akibat ulahnya gadis itu malah memaki - maki Ayya dengan kata - kata yang sakit di telinga itu.

      "Cukup Dhe!" Erza kembali merangkul Ayya dan meminta kepada Ayya untuk menahan emosi karena Erza melihat wajah Ayya sudah memerah menahan amarah. Erza ingin membawa Ayya ke UKS.

      "Kak Ayya mau bawa pacar aku kemana ? Mau mojok ? " Mendengar perkataan Dhea yang terus memojokkan dirinya, Ayya melepaskan rangkulan Erza dan berbalik berjalan pelan dan tertatih ke arah Dhea. Wajahnya Ayya datar tapi menyiratkan emosi yang terpendam.

Never Rewarded [END]Место, где живут истории. Откройте их для себя