Chapter two

22.1K 1.3K 298
                                    

           Setelah aku selesai mandi dan bersiap aku keluar kamar. Namun aku mendengar keributan di luar kamarku, Itu suara ayah mertuaku. Apa dia memarahi anaknya lagi? Aku takut untuk keluar kamar pada saat ini. Takut serbasalah lagi

      “Apa kau bilang?! Jaga mulutmu itu! skarang pergilah kerumahmu.” bentakan suara ayah mertuaku semangkin kencang hingga aku dapat mendengarnya dengan jelas dari  balik pintu.

       “Inilah rumahku” ucap Frans dingin.

       “Rumahmu kau bilang? Ini rumahku!! Aku yang membangunnya dari keringatku sendiri. Kau telah menikah maka kau harus keluar dari rumahku! Jangan menjadi benalu bagi orangtuamu”ucap ayahnya sinis.  Ya tuhaan, mereka mulai lagi. Frans dengan keras kepalanya dan ayahnya yang begitu tega mengatkan anaknya hanya benalu karena belum memiliki rumah hasil keringatnya sendiri. Sebelum keributan semangkin menjadi aku mencoba memberanikan diri untuk keluar dari kamarku.

       “Itu istrimu telah selesai. Pulanglah kalian sekarang sebelum semangkin malam” ucap ayahnya melihatku keluar dari kamar.

     “Aku bisa pulang sendiri pa aku ada urusan besok pagi pagi jadi malam ini aku tidak bisa menemani Frans nginap di sini” ucapku ngaco, sedikit tidak nyambung. Aku sangat tidak tau harus membela Francis  seperti apa. Yang penting mencoba menenangkan ayah mertuaku.

       “Tidak. Dia sudah besar bukan anak kecil lagi yang harus tinggal di rumah orang tua” ucapan ayahku yang tidak dapat aku mengerti maksudnya itu  membuat Francis menatap tidak suka ke ayahnya.

    “Pergi sana kerumahmu!” Bentak ayahnya semangkin keras karena tidak suka tatapan benci anaknya. Aku terdiam ngeri karena lagi-lagi menjadi pemicu keributan antara ayah dan anak itu.

Ibu mertuaku mengelus rambut anaknya dengan sayang, mencoba meredam emosi Francis agar tidak lebih meledak dari emosi ayahnya. “Cepatlah sayang jangan buat istrimu menuggu lama” ucap ibunya lembut. Francis mengguk dan pergi masuk kekamar dan keluar  memakai jaket dan memegang kunci motornya.

      Ayah ibu dan adik perempuannya mengantarkan kami sampai depan pintu rumah. Aku berpelukan singkat ke Karina kemudian ke ibu mertuaku dan ayah mertuaku.

     “Jaga kesehatan ya nak.” Ucap Ayahnya membelai rambutku lembut, dia tidak kasar atau dingin lagi seperti memarahi anaknya. Tatapan matanya yang lembut, suara beratnya membuat aku ingin menangis, aku seperti merasa di perhatikan oleh ayah kandungku.

       “Jaga kandungan kamu juga. Papa dan Mama sayang sama kamu” ucap ayah mertuaku dalam bahasa indonesia . Ucapannya sukses membuat air mata yang menggenang di pelupuk mataku jatuh tak tertahankan.  Ini pertama kalinya di hidupku medengarkan kalimat itu. Ini pertama kalinya di hidupku ada yang menyayangiku dengan tulus.

       “Kenapa jadi menangis?” tanyanya. Aku hanya menggelng melepas pelukannya.

        “Hei Francis naik mobil saja, tinggalkan motormu itu besok baru jemput” ucap ayah mertuaku saat melihat suamiku mengeluarkan motor kawasaki ninja merahnya dari garasi. Namun Franscis hanya diam dan menstater motornya.

      “Francis!! Kau dengar ha? Ini sudah malam dan istrimu sedang hamil, kau membuat dia masuk angin?!” bentak ayahnya mulai emosi lagi.

         “Tidak apa Pa, aku suka naik motor” ucapku jujur

        “Tidak sayang, kamu sedang hamil, cepat Frans tinggalkan motor jelekmu itu, tidak pantas istrimu naik motor seperti itu” ucap ayahnya bersikeras. Aku melihat rahang suamiku mengeras menahan emosinya agar tidak meledak. Frans turun dari motornya  dengan diam dan berjalan ke mobilku tampa menyapa orang tuanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Between Heaven & HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang