PART 7

26 3 0
                                        

Ditempat lain di waktu yang sama.

Danta mondar mandir dikamarnya memikirkan juliat. Setelah kejadian siang tadi ia jadi merasa sangat bersalah. Dari tadi ia tak bisa tenang dan terus memikirkan Jul. Ia ingin sekali menemuinya, dan segera  meminta maaf padanya.

Setelah merenung beberapa saat Danta mengambil kunci mobil dan pergi menuju rumah Jul. Diluar hujan masih sangat deras, Danta merasa sangat gelisah. Entah mengapa perasaannya jadi tidak enak, ia terus memikirkan Jul.
Setelah Tiga Puluh menit perjalanan akhirnya Danta sampai di depan rumah mewah berpagar hitam. Seorang satpam menghampirinya sambil membawa payung.

"Mas cari siapa yaa???" Tanya pak Karto satpam rumah Juliat.

"Ini bener rumah Juliat pak??" Tanya Danta sopan.

"Iyaa... mas nya siapa yaa??"

"Saya teman Jul pakk.. saya ada urusan sama dia pak"

"Oohhh... temannya neng Juliat. Mari masuk mass"

Akhirnya Danta masuk kedalam rumah Jul yang menurutnya bulanlah rumah yang sederhana. Beberapa kali ia memencet bell rumah itu namun tak kunjung ada yang membuka. Kemudian terdengar derap langķah dari dalam rumah. Dan muncullah seorang wanita paruh baya dari dalam rumah itu.

"Ehh... mas teh siapa??"

"Ehmmm .... saya Danta temennya Jul. Saya mau ketemu sama dia, Juliat ada kan??"

"Oohh... temennya neng Juliat,Neng Juliat ada dikamarnya diatas sedang tidur mungkin. Mas nya kalo mau ketemu keatas saja.. kamarnya neng Juliat yang pintunya warna Hitam" jelas Bi Mumun kepada Danta.

"Iya makasi... saya keatas dulu,permisi" ucapDanta sambil menuju kamar Jul.





AUTHOR POV

Danta berlari dengan terburu buru menuju kamar Jul. Ia berhenti didepan pintu kamar Jul. Ia tak yakin bahwa Jul mau membuka pintu untuknya, Danta menarik nafas dalam berharap rasa gugupnya hilang. Dan mulai mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.

TOK TOK TOK

Setelah mengetuk pintu dan menunggu beberapa saat tetap tak ada jawaban dari dalam kamar Jul. Danta terus mengetuk sampai ia merasa sangat tidak sabar. Akhirnya ia mendobrak pintu kamar Jul dan menemukan Jul meringkuk dibawah selimut tebalnya.

"Astagahhh.... Julllll kamu kenapa??" Danta sambil menghampiri Jul dan duduk disampingnya.

Tak ada jawaban,hanya gumaman tidak jelas keluar dari mulut Jul. Danta mengecek suhu badan Jul, dan ia kaget saat badan Jul sangat panas. Danta segera menggendong Jul dengan gaya bridal style dan membawanya kerumah sakit.
Ia sangat khawatir dengan keadaan Jul. Ya,mungkin sudah tumbuh rasa sayang dihati Danta untuk Jul sejak pertemuan pertama mereka. Jul adalah satu satu nya wanita yang bisa menarik hatinya. Bodohnya dia karna tak menyadari dari dulu tentang perasaan Jul.
Danta meminta tolong kepada Pak Karto untuk membukakan pintu mobilnya.

"Ini neng Juliat kenapa mass...??" Tanya pak karto yang terlihat sangat Khawatir.

"Dia sakit pak...  saya langsung bawa dia ke Rumah Sakit. Nanti kasih tahu Mama Jul kalo dia sakit ya pak.. soalnya dia demam tinggi banget."

Tanpa menunggi jawaban dari Pak Karto Danta langsung pergi dari rumah itu sambil membawa Jul yang tengah terbaring lemah di mobilnya.
Tak henti-hentinya ia melirik Jul yang terus menggigil dari tadi. Keadaan Jul kini sangat kacau,mata yang sembab,rambut yang acak-acakan, bibir yang pucat dan tangannya yang setia bergetar karena demamnya.

Sesampainya dirumah sakit ia langsung meminta pertolongan kepada suster yang ada disana.

"Sus... tolongin temen saya,tolongin dia suss.. cepetan."

"Iyaa mass... silahkan baringkan dia disini kami akan segera menanganinya."

Danta mengikuti suster suster yang membawa Jul. Dan berhenti di sebuah ruangan. Ia hanya bisa melihat dari celah pintu rumah sakit karena dia tak diperbolehkAn masuk. Sekitar 45 menit menunggu akhirnya keluar seorang dokter dengan kacamata tebalnya. Danta langsung menghampiri dan menghujani nya dengan pertanyaan.

"Bagaimana keadaan Juliat Dok.. apa dia harus dirawat?? dia sakit apa?? Sakitnya gak parah kan Dok??"

"Teman kamu gak papa. Dia hanya butuh istirahat, tubuhnya sangat rentan terhadap hujan, karena itu dia demam tinggi. Dan yaa,jangan biarkan dia berfikir terlalu keras itu bisa menurunkan kondisi kesehatan dia. Saya permisi"

The end of the waitWhere stories live. Discover now