Bertekuk Lutut

Mulai dari awal
                                    

Aku benar - benar sudah gila.

"Kok nunduk? Malu ya, ketauan jago ghosting?"

Ya Tuhan. Aku langsung memutar bola mata, sambil sedikit mendengus. Belum sempat menjawab, keningku sudah di sentil Arshaka. Tidak sakit, tapi nyaris membuat aku pingsan.

Ya Allah. Ya Rahman. Ya Rohim.

Sentuhan seperti itu saja membuat jantungku rasanya berhenti berdetak. Baiklah aku akui, aku sudah bertekuk lutut, hatiku sudah terpaut oleh bos ku yang arogan ini.

"Sudah saya peringatkan, jangan memutar bola mata kamu di depan saya!" , katanya memperingati.

Kali ini nada suara Arshaka lebih enak terdengar ketimbang dulu, ketika dia memarahi aku karena hal serupa. Entah karena kepalaku masih terasa agak berat, atau memang aku yang mulai terbiasa dengan marahnya Arshaka, aku merasa tidak tersinggung sama sekali dengan peringatannya barusan. Atau malah karena aku memang sedang tidak bisa fokus pada hal lain, selain sisa sentuhan ujung jari Arshaka di keningku, serta tanganku yang masih ada dalam genggamannya?

Aku malah buru-buru meminta maaf, dan berjanji tidak akan mengulangi hal serupa. Dalam hati aku berharap, Arshaka tidak akan melepaskan genggaman tangan kami.

Nada, kamu memang sudah sakit jiwa.

Batinku berkata keras-keras.

Di depanku, Arshaka tersenyum menang. Sambil bergumam, " tumben, kamu mau mengalah."

Aku juga heran. Bisa - bisanya aku bersikap kooperatif.

"Gadis baik," katanya sambil mengacak rambutku.

Mataku nyaris meloncat keluar, dan aku kehilangan kata-kata. Yang jelas, rasanya kakiku sudah seperti agar-agar.

"Jangan di ulangi ya. Chagiya."

Uhuk. Aku langsung terbatuk. Dan dia terkekeh. Menertawakan aku kan? Sialan. Dia memang sedang mengerjai aku. Tapi anehnya, aku tidak bisa marah.

Ya Allah. Ya Robi. Kenapa kau kirimkan iblis berwajah tampan ini untuk menggoda aku?

" Jangan pernah berurusan dengan lelaki mana-pun lagi Nada. Saya tidak suka," katanya membuat aku bingung.

Kenapa juga dia harus tidak suka? Toh, kami tidak memiliki hubungan apa-apa. Dan sebenarnya, Arshaka tidak berhak mengatur dengan lelaki mana aku akan bertemu, bahkan menjalin hubungan.

Saat aku akan membuka mulut, untuk memprotes sikapnya yang seposesif itu, Arshaka mengacung layar handphone-nya yang bergetar ke arahku. Seolah meminta ijin, untuk mengangkat panggilan tersebut. Sontak aku mengangguk, dan detik berikutnya, handphone sudah menempel di wajah iblis tampan ini.

"Ya. Hallo." Suaranya terdengar tegas dan berwibawa. Detik selanjutnya, dia melirik sekilas ke arahku, lalu berkata,

"Hmm. Dia ada sama saya."

Dia? Maksudnya aku?

Aku mengerutkan kening, menunjuk diri sendiri, sambil bertanya lewat tatapan mata ke arah Arshaka. Yang di tuju, malah tidak merespon.

Entah dengan siapa Arshaka bicara, yang jelas, aku tau, bahwa akulah topik pembicaraannya.

Iblis tampan ini, menarik aku mengekor di belakangnya. Dan saat memasuki luxuriuos livingroom, mataku hampir meloncat melihat bagaimana mewahnya rumah Arshaka.

JANDA TAPI PERAWAN (JANDA RASA PERAWAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang