Kita Selesai.

25.4K 2.3K 519
                                    

Di wajibkan vote sebelum membaca dan komentar setelah membaca! Awas klo enggak!!! Hahahah

Wwal nya. Aku ga akan update. Tapi aku ga enak pas lihat jumlah vote udh tembus 600 an. Aku jadi ngerasa salah klo ga update.

Yasudah lah

Happy reading guys.

******

Aku masih membuka laptop, sesekali menyugar rambut, lalu menariknya, mencepol tinggi-tinggi dengan asal-asalan.

Keadaan kantor sudah mulai sepi, hanya tersisa beberapa karyawan, yang satu persatu juga mulai angkat kaki.

Melirik jam di dinding, baru bada isya. Jam lemburku sepertinya akan panjang, apalagi melihat tumpukan laporan yang masih harus aku kerjakan. Satu-satunya teman di ruangan yang belum pulang, hanya ada Ben. Ku lihat, dia baru saja mematikan laptop, menyelempangkan tas, lalu berjalan ke arahku. Dia bersandar di kubikelku.

"Belum selesai Nad?"

Aku hanya bergumam, tanpa melirik ke arahnya. Dan masih memeriksa angka-angka di layar laptop.

"Mau gue temani?"

"Enggak usah. Makasih. Lo bisa balik duluan." Sebanarnya sering sekali Ben menawarkan kebaikannya ini, dan yang jelas selalu aku tolak. Rasanya tidak enak merepotkan Ben, apalagi dia juga pasti kelelahan dengan pekerjaan, dan butuh istirahat sesegera mungkin.

"Tadi gue beli di apotek depan," katanya lagi, lalu menyimpan sesuatu di atas meja kubikelku.

Aku melirik sekilas, langsung tau kalau itu obat pereda demam. Lalu aku nyengir lebar sambil mengucapkan terimakasih.

"Baik banget sih Mas Ben."

"Dari dulu gue memang baik hati dan tidak sombong ."

"Tapi tidak tampan, dan tidak rajin menabung," aku menyambung kalimatnya, sambil tetap mengetik laporan yang sedang ku kerjakan.

"Si anjir!" Katanya terdengar agak kesal.

"Yaudah gue balik duluan. Nanti kalau pulangnya terlalu malam, dan susah dapat taksi online. Lo telephone gue aja, biar gue jemput." Lagi-lagi dia menawarkan. Kali ini aku langsung mengernyitkan kening.

"Tapi gak gratis," katanya lagi sambil nyengir lebar.

"Udah ketebak." aku menjawab dengan galak. Dan dia terkekeh.

"Yaudah gue balik ya Nada."

Aku mengangguk dan masih agak cemberut. Entah karena melihat reaksiku lucu atau dia memang senang menggodaku. Kembali dia berujar,

"Uhhhh. Gemes banget sih." Dan tanpa eling mengacak-acak cepolan rambutku.

"Setan ya!" Aku mengumpatinya, dan bukannya tersinggung si makhluk jadian-jadian di depanku ini malah dengan sengaja mencubit hidungku, lalu kabur secepat kilat.

"Sialan. Berantakan kan gue? Dasar orang gila." Aku berteriak ke arah Ben yang sudah menjauh tapi masih terdengar tawanya.

Detik selanjutnya, ku dengar Arshaka memanggilku dari depan pintu ruangan miliknya. Mungkin, teriakan ku mengganggunya.

"Maaf Pak. Saya berisik ya?"

"Tidak masalah kamu berisik. Tapi tidak sambil sentuh-sentuhan dengan laki-laki lain di depan saya," katanya terdengar sangat dingin. Bahkan tatapan matanya, seperti siap menelan aku bulat-bulat.

Dia cemburu?

"Laporan-nya sudah selesai?"

"Sedikit lagi Pak."

JANDA TAPI PERAWAN (JANDA RASA PERAWAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang