"Hehehehe habisnya gue gak tahu harus nyapa Ana kayak gimana." elak Elsa dengan menyatukan kedua tangannya di belakang tubuhnya serta dengan cengiran yang membuat mereka menggeleng melihat perilaku Elsa.

"Ya, sapa aja kali. Gue gak gigit." sahut Ana yang masih dengan kekehan kecil dan menggelengkan kepalanya.

"Iya, Ana udah jinak kok." sambung Key dengan cengiran yang dibalas dengan jitakan di kepalanya. Siapa lagi pelakunya kalau bukan orang yang dibicarakan.

"Matamu!" Key kembali tertawa saat Ana mengucapkan kata itu dengan logat yang dibuat mirip dengan logat Jawa.

"Hehehehe Ana, nanti latihan basket ya, seperti biasa." pinta Elsa dengan penuh harap, karena ketua team basket putri jarang mengikuti latihan belakangan ini.

Ana menghela napas pelan sebelum menjawab. "Iya, gue usahain."

"Yeay! See you Bu Boss!" pekik Elsa dengan girang dan berlari menjauhi mereka. Ana sang ketua basket putri hanya dapat menggelengkan kepala melihat salah satu anggota inti teamnya berperilaku seperti itu.

•••

"Halo." ucap Ana pada dering ketiga saat ponselnya menampilkan panggilan dari seseorang yang membuatnya tersenyum saat menjawab panggilan tersebut.

"Hai."

"Kenapa?" tanya Ana dengan heran, namun itu membuat dirinya ikut tersenyum.

"Nanti aku jemput ya."

"Gak usah."

"Loh, kenapa?"

"Ada urusan."

"Urusan apa?"

"Kepo deh."

"Kamu udah berani ya, Sayang." tak ayal membuat Dylan ikut tersenyum dengan pembicaraan yang tak jelas ini.

"Apaan sih." elak Ana yang menahan senyumannya dengan menggigit bibir bawahnya untuk mencegah senyumannya semakin melebar.

"Yaudah, nanti aku jemput."

"Iya, see you."

"See you."

Panggilan sudah terputus, namun Ana masih saja menahan senyumannya yang malahan semakin melebar. Beginikah rasanya jatuh cinta? Someone call the doctor!

"Akhirnya Bu Boss datang!" pekik Elsa dengan gembira, sudah satu bulan Ana tak ikut mereka latihan dikarenakan suatu hal yang tak mereka ketahui.

"Ayo kita latihan!" seru Ana dengan semangat dan memulai latihan di sore hari ini.

Matahari hampir terbenam dan latihan mereka baru saja selesai. Ana mengelap keringat dengan handuk kecil yang ia bawa dan mengangkat panggilan dari Dylan.

"Halo."

"Aku udah di depan, Yang." kening Ana bertautan dan ia dengan segera mengambil tas miliknya dan melambaikan tangan ke arah teman-temannya yang masih beristirahat di tengah lapangan.

"Aku ke sana sekarang." sahut Ana dengan mematikan panggilan telpon sang kekasih dan berlari menuju pagar depan sekolah tanpa mengganti pakaian basket yang telah basah oleh keringat itu.

Kening Dylan bertautan saat melihat Ana datang dengan baju basket dan handuk kecil yang tersampir di bahunya dengan tas yang berada di gendongannya.

"Kamu main basket?" tanya Dylan dengan heran, karena saat mereka bersama ataupun saat Dylan memata-matai Ana beberapa waktu yang lalu, Ana tak terlihat memainkan si bola orange sama sekali. Dylan cukup terkejut dengan apa yang ada di hadapannya.

DylanaWhere stories live. Discover now