First Date

1.3K 48 11
                                    


Setidaknya aku bisa menghapus semua kesedihannya walau sejenak -Dylan

•••

"Kamu gak akan tau rasanya jadi diriku." Kalimat itu membuat Dylan terdiam. Mereka terdiam membisu sampai mobil itu berhenti telah di depan gerbang dan tak ada satupun kata yang terucap dari bibir Ana. Ia berjalan meninggalkan Dylan yang terdiam termenung di tempatnya kini.

"Aku gak tahu, karna aku bukan dirimu." jawab Dylan dengan lirih. Bodohnya, ia bungkam ketika Ana masih di sampingnya dan ia membalas ucapan Ana saat gadis itu sudah pergi meninggalkannya. Dylan menyesal, sungguh. Seharusnya ia lebih berusaha dengan keras lagi. Lebih keras lagi hingga Ana berada di sisinya.

Dan ia memiliki rencana untuk hal itu. Ia tak sabar untuk menjalankan rencananya.

"Gimana sama Bu Boss?" tanya Andi dengan wajah yang mengejek. Sedangkan Reno tertawa melihat Dylan diejek oleh Andi tanpa ada niat untuk membela sahabatnya itu.

"Kenapa lo ketawa? Gak ada yang lucu bego!" sewot Dylan dengan wajah yang kesal. "Sebentar lagi juga Ana bakal suka sama gue."

"Awas sob, nanti jatoh sakit loh, gak pakai matras sih." sahut Reno yang disambut gelak tawa oleh Andi seolah ia menyetujui perkataan Reno tadi.

"Bego! Liat aja nanti!" kesal Dylan yang menghiraukan tawa Reno dan Andi yang kian mengeras hingga teman-teman sekelasnya menolehkan kepala ke arah mereka.

Dylan baru mengingat satu fakta penting. "No, coba tanya pacar lo gih, Ana kenapa hari ini."

"Kenapa nanya gue?"

"Tanya ke pacar lo, bego!" sebal Dylan dengan menoyor pelan kepala Reno yang masih menampakkan wajah bingung. "Pacar. lo. Key."

"Ah, kenapa gak bilang daritadi sih." setelah menunggu beberapa menit akhirnya Reno menyadari maksud dari kalimat Dylan tadi. Sedangkan Dylan dan Andi memutar mata mereka dengan sebal.

Reno mengambil ponselnya dan langsung menanyakan perihal itu pada pacarnya. Lama Dylan menunggu Reno yang sedang asyik berbalasan pesan dengan sang kekasih di sana, hingga Dylan memelototi Reno tetapi yang dipandangi tidak merasa.

"Woy! Gue nungguin, bego!" sebuah tangan menoyor kepala Reno yang cekikikan di hadapan ponselnya, Andi geram karena tingkahnya yang membuat dirinya juga ikut penasaran dan menantikan jawaban atas pertanyaan dari Dylan tersebut.

"Bego! Sakit nih!" pekik Reno dengan kesal. "Ana sudah seperti itu sejak kemarin."

Dylan mengerutkan keningnya pertanda ia sedang berpikir dengan keras. Pasalnya, ia kemarin sedang berbalas pesan dengan Ana, dan tak ada satupun yang mencurigakan, ya memang ada, Ana tiba-tiba menghilang saat jam baru menunjukkan pukul tujuh malam.

Jangan bilang... pikiran Dylan terpotong karena Reno mengatakan sebuah kalimat yang membuat dirinya diam terpaku.

"Ana memiliki luka sayatan di lengan atasnya, itu kata Key."

Jadi, yang tadi itu karena... lagi lagi pikirannya terpotong namun sekarang karena Andi yang mengucapkan sesuatu dengan terbata-bata.

"Ja... jadi... say... sayatan... le... lengan... A... Ana...." Andi membayangkan lengan Ana yang dihiasi oleh sayatan dan menampilkan wajah ngeri.

DylanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang