"Padahal aku tidak apa - apa kalau sendiri." gumam Ayna yang terdengar oleh Arga. "Seandainya kamu tahu apa yang terjadi kemarin malam."

Ayna bisa merasakan pipinya memerah ketika mendengar ucapan Arga. Ayna berdeham. "Apapun yang terjadi kemarin malam, itu karena aku mabuk."

"Aku kira kamu adalah wanita yang kuat minum, Ayna."

"Kukira kamu sudah berjanji untuk tidak menggodaku lagi." ucap Ayna tanpa membalikkan badannya. Ia merasa sungguh malu. Lihat, apa yang ia prediksikan benar terjadi. Arga menggodanya.

"Aku tidak menggodamu. Lagipula, kamu tidak ingatkan pada apa yang terjadi semalam?"

Ayna tersedak mendengar ucapan Arga. Ayna menoleh dan menatap Arga dengan pipi yang merah. "Memangnya apa yang kulakukan semalam? Apakah terjadi sesuatu?"

Arga tersenyum lebar. "Memangnya kamu menginginkan sesuatu terjadi?"

Pipi Ayna semakin memerah. "Sudahlah. Aku juga tidak mengingatnya. Ja-jadi kurasa lebih baik kita menganggapnya sebagai efek dari alkohol yang-"

"Lebih baik kamu tidak mengingatnya. Mengingat hal tersebut hanya akan membuatmu merasa semakin malu dan membuatmu merasa semakin berhutang budi padaku. Wah. Aku ingin menangis jika mengingat hal itu lagi." potong Arga dengan kekehan, melihat Ayna yang terbata - bata untuk mencoba menjelaskan apa yang telah terjadi.

Ayna mengangguk setuju. Ia kembali memfokuskan dirinya pada masakannya sebelum akhirnya meletakkan makanan tersebut dihadapan Arga.

"Terimakasih." ucap Arga.

Ayna mengangguk. Ia segera menyendokkan makanannya dan kemudian ia mendengar suara Arga. "Kalau begitu, kita impas?"

Ayna menaikkan alisnya bingung. "Impas?"

"Aku kan sudah sering membuatmu menangis. Anggap saja kamu menyiksaku semalam dan kita impas."

Ayna mengangguk semangat. "Tuh! Kamu kan juga suka membuatku menangis. Dan yang kemarin aku lakukan pasti belum seberapa dengan apa yang kamu lakukan kepadaku. Tapi karena aku adalah orang yang paling baik hati di dunia ini, aku akan anggap semuanya impas. Jadi kamu harus mengingat kebaikan hatiku ini. Oke?" jelasnya panjang lebar tanpa rasa malu.

Arga tertawa. "Wah, kamu orang yang paling tidak tau malu, Ayna."

"Memang benar begitu kan?" balas Ayna semangat.

Arga tertawa kencang. "Astaga, kamu lucu sekali. Wah, kamu pasti akan menyesal mengatakan hal tersebut jika kamu tahu apa yang kamu lakukan semalam."

"Memangnya apa yang kulakukan? Memuntahimu? Baiklah, aku minta maaf. Memangnya ada lagi yang aku lakukan selain itu? Karena seingatku, aku tertidur dengan tenang setelah itu."

Tawa Arga masih belum reda bahkan ketika Ayna menyelesaikan kalimatnya. Masih dengan kekehan geli dibibirnya, Arga berkata. "Ayna, apapun yang terjadi, jangan pernah minum dengan orang lain. Jangan minum, jika bukan denganku. Oke?"

Ayna tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya, namun ia memutuskan untuk mengangguk. Dan mendadak, Ayna penasaran dengan kebodohan macam apa yang ia lakukan kemarin malam.

* * *

Ayna sedang asyik membersihkan dapur dan aku pun memutuskan untuk mandi. Dan tanpa dapat kucegah, pikiran ku kembali melayang dan mengingat kejadian kemarin malam. Aku kembali tersenyum ketika mengingat hal tersebut. Nyatanya, Ayna tidak tidur dengan tenang sama sekali. Dan jujur saja, itu tidak hanya menguji kesabaranku, tapi juga menguji pertahananku sebagai lelaki. Bagaimanapun itu, aku juga lelaki. Melihat gadis mabuk pasti membuatku berpikiran yang tidak - tidak. Apalagi jika mengingat apa yang dilakukan oleh Ayna. Tidak hanya keributan yang dibuat oleh Ayna, seperti menangis tanpa alasan yang membuatku bingung setengah mati, atau bahkan tertawa tidak jelas yang membuatku heran sendiri, ia juga menggodaku.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 12, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Dealing with Mr. ArrogantWhere stories live. Discover now