7. Flashback - Meanie Part 1

6K 808 220
                                    

Note : Aku akan menjawab semua pertanyaan di kolom review kecuali, lanjut, lanjutkan, next, asap, bagus, dll.

#-#-#

#-#

#

Ruangan luas itu diisi tidak lebih dari dua belas orang. Sekumpulan orang dewasa berdiri berjajar. Sedangkan seorang anak laki-laki berdiri beberapa langkah di depan mereka. Memakai penyumbat telinga dan headphone berwarna hitam. Kaca mata tampak membingkai ke-dua onyx kembarnya.

Anak laki-laki itu maju selangkah. Mendekati sebuah meja memanjang yang berada di depannya. Memerhatikan beberapa benda yang tersusun rapi.

Tangannya terulur untuk menyentuh salah satunya. Mengangkatnya dan memutar silindernya. Mengeluarkan selongsong kosong yang langsung diisi amunisi.

"Pergerakannya begitu teratur. Terlihat seperti seorang profesional. Padahal sangat jarang yang bisa menggunakan revolver pada zaman modern seperti ini," komentar salah satu dari orang dewasa yang berdiri di belakangnya.

"Tidak hanya itu. Kau lihat bagaimana dia berdiri."

Anak laki-laki itu melebarkan kakinya selebar bahu. Kaki kanan sedikit melampaui kaki kirinya. Menekuk lutut dengan tubuh sedikit condong ke depan. Siku dari lengan yang dominan berada dalam posisi lurus. Sedangkan lengan lainnya membentuk sebuah sudut yang sedikit tumpul.

Saat ia mulai memejamkan mata kanannya, jarinya langsung menekan pelatuk. Menghasilkan suara tembakan di ruangan itu.

"Wah," decak kagum terdengar. Anak laki-laki berusia tujuh tahun itu mampu mengenai sasaran dengan sekali tembak.

Dan suara tembakan berikutnya saling bersahutan. Seolah tidak ingin membuang peluru dengan percuma, ia selalu menembak tepat sasaran. Tidak ada cela dari hasil bidikannya.

"Bagaimana mungkin anak sekecil itu bisa begitu mahir?"

"Aku tidak tahu sejak usia berapa dia mulai memainkan benda itu."

Tanpa mengeluarkan selongsong yang sudah kosong, revolver di tangannya langsung diletakkan di meja. Menggantinya dengan sebuah pistol yang memiliki bentuk yang berbeda.

Saat melihat selongsongnya telah terisi, ia langsung mengarahkannya ke lantai. Kembali maju selangkah dan mulai memposisikan tubuhnya. Sedikit memiringkan tubuhnya dan mengangkat lengannya. Meluruskan lengan kiri yang tengah memegang pistol.

Tanpa perlu memegangnya dengan dua tangan, ia mulai membidik sasarannya. Dan lagi-lagi hasil bidikannya membuat orang dewasa di belakangnya berdecak kagum.

Salah seorang laki-laki dewasa itu mengalihkan fokusnya. Memperhatikan tas berukuran kecil yang terletak di pinggangnya. Menajamkan pandangan saat sang bocah mengeluarkan beberapa benda dari dalamnya.

Laki-laki itu berjalan mendekat. Menyentuh pundak sang bocah yang langsung menolehkan kepalanya.

"Kim Mingyu, kenapa kau menggunakan proyektil yang berbeda?"

Anak laki-laki tujuh tahun itu menunduk. Mengikuti arah pandang laki-laki dewasa yang memegang sebutir peluru.

"Aku menyukainya," jawab Mingyu kecil dengan singkat.

"Tapi kau tahu kan proyektil seperti ini tidak akan bisa membunuh lawan? Kita memiliki peluru dengan desain sendiri yang bisa membuat lawan mati sekali tembak karena proyektil ini akan mengembang dan pecah saat masuk ke dalam tubuh. Tapi kalau hanya proyektil seperti ini, lawan hanya akan berdarah tanpa membunuhnya."

Three Butler'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang