8. Flashback - Meanie Part 2

5.4K 856 263
                                    

S.P : Word hampir 5k, awas bosan!

#-#-#

#-#

#

Dengan mobil mewah yang dikendarai, Seungcheol dan Jeonghan mulai menjauhi vila. Jeonghan duduk dengan tenang di sampingnya dan memejamkan mata. Sejak meninggalkan vila, Jeonghan terus berdiam diri. Membuat pelayannya berulang kali menoleh ke arahnya.

"Kau masih memikirkannya?" Seungcheol bertanya. Kembali fokus pada jalanan saat Jeonghan tidak kunjung menjawab.

"Kalau kau ingin menyerah, tidak akan ada yang menyalahkanmu," lanjutnya.

Kalimat Seungcheol membuat mata Jeonghan terbuka. Memandang lurus ke depan masih dengan kebisuannya. Dalam diam, ia sadar pelayannya terus mencuri pandang ke arahnya.

"Aku hanya memikirkan cara lain. Aku tidak akan menyerah Seungcheol-ah. Selama dia masih menutup diri, selama itu pula aku akan terus berusaha."

Seungcheol kembali menoleh ke arah Jeonghan. Kalimat itu tidak terdengar seperti kebohongan. Bahkan Jeonghan begitu mantap mengucapkannya.

"Setelah beberapa urusanku selesai, aku akan datang ke rumahnya. Aku tidak peduli meski dia akan mengusirku. Kau tahu kan aku orang yang keras kepala? Aku akan membuatnya sadar tentang keberadaanku."

"Aku juga bisa mengganggunya kalau kau mengizinkan." Sang pelayan menimpali.

"Dan berakhir kau akan berurusan dengan Mingyu." Itu adalah kalimat peringatan. Membuat Seungcheol hanya memberikan cengirannya. Mulai menarik kalimatnya sendiri meski tidak diutarakan secara langsung. Berurusan dengan Mingyu karena Wonwoo bukanlah pilihan yang tepat.

"Aku akan akan membuatnya tahu kalau aku akan menebusnya dengan seumur hidupku," ucap Jeonghan lirih. Mulai menyamankan duduknya dan kembali memejamkan mata.

#-#-#

"Tuan Muda kenapa sejak tadi terlihat lesu? Ada yang Tuan Muda pikirkan?" Jun bertanya setelah mematikan mesin mobil. Membuka pintu saat Minghao tidak kunjung menjawab pertanyaannya. Beralih ke pintu belakang dan mempersilahkan tuan mudanya turun dari mobil. Namun tetap berdiri di tempat karena Minghao tampak tidak berniat untuk beranjak.

"Ge, aku sedang malas berjalan." Minghao tidak langsung menjawab pertanyaan pelayannya. Mengalihkan pertanyaan dengan kalimatnya sendiri. Namun tetap membuat Jun tersenyum dan mengangguk.

Setelah Minghao keluar dari mobil, Jun membalikkan tubuhnya. Sedikit membungkuk untuk memudahkan Minghao naik ke punggungnya.

"Apa yang mengganggu pikiran Tuan Muda?" Jun kembali mengingatkan pertanyaannya. Berjalan perlahan dengan memastikan Minghao nyaman digendongannya.

"Aku hanya teringat tentang Jeonghan hyung. Aku yakin Jeonghan hyung sangat sedih, Ge."

"Maksud, Tuan Muda?"

"Wonwoo masih belum bisa membuka diri untuk Jeonghan hyung." Minghao berucap lesu.

"Aku tidak tahu hubungan mereka dulu seperti apa. Tapi aku yakin tidak seperti saat ini," lanjut Minghao. Menghela nafas sembari meletakkan dagunya di pundak sang pelayan.

"Yah, meskipun aku juga harus berusaha keras untuk mengajaknya berbicara." Kalimatnya menyerupai gumaman. Memanyunkan bibirnya mengingat sikap dingin remaja seusianya itu.

"Menurut Seungcheol, tuan muda Wonwoo dulu sangat ceria. Wonwoo adalah anak yang sangat manis dan tidak pernah bisa tenang. Dia begitu manja dengan tuan muda Jeonghan."

Three Butler'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang