4. Vacation

6.3K 1K 266
                                    

"Seungcheol-ah, ayo kita pergi!"

Seungcheol yang tengah meminum kopinya menoleh. Di atas sofa itu, ia tersedak minumannya sendiri. Membuat cangkir kopi itu langsung ia letakkan begitu saja.

"Kau gila membawa koper sebanyak itu?" tanya Seungcheol dengan menunjuk lima buah koper di sisi tuan mudanya.

"Ada yang salah?" tanya Jeonghan dengan ringannya.

"Kita pergi bukan untuk pindah rumah. Ya Tuhan, bahkan Minghao dan Wonwoo hanya libur sekolah beberapa hari," keluh Seungcheol karena kelakuan tuan mudanya. Tapi Jeonghan mengangkat bahunya tidak acuh. Berlalu ke pintu utama yang membuat Seungcheol mendesah.

Jeonghan masuk ke dalam mobil saat Seungcheol disibukkan dengan barang bawaannya. Tidak ada niat membantu atau menawarkan meski sekedar basa-basi. Bahkan ia tidak memedulikan Seungcheol yang menggerutu di luar sana.

"Seungcheol-ah, cepatlah! Kenapa kau lamban seperti orang tua?" Jeonghan berucap dengan menelisik jam tangan mahalnya.

"Kau yang membuatku lambat Jeonghan-ah. Lihatlah koper-kopermu ini! Apa sebenarnya yang kau masukkan di dalamnya, hah?"

Lagi-lagi Jeonghan menunjukkan sikap tidak acuhnya. Ia justru meraih cermin yang terletak di sisi kirinya. Memastikan tidak ada yang kurang dari penampilannya. Dan membingkai ke dua matanya dengan kaca mata hitam.

"Cuaca hari ini benar-benar bagus. Tidak panas dan sangat pas untuk perjalanan hari ini," monolog Jeonghan dengan memandangi langit.

"Jeonghan-ah, bukannya kau terlalu cepat? Aku yakin mereka akan datang sore nanti." Seungcheol duduk di kursi depan. Memasang sabuk pengaman sebelum menjalankan mobilnya.

"Aku harus datang lebih cepat. Kau tahu bagaimana rewelnya Minghao dan pemilihnya Wonwoo. Aku tidak ingin mereka meminta pulang setelah sampai di sana."

Seungcheol diam namun menyetujui di dalam hati. Meski selama ini hanya mengabdikan diri untuk Jeonghan, tapi ia paham dengan karakter dua remaja itu.

"Jeonghan-ah, selama di sana jangan coba-coba kau menyentuh Wonwoo." Pelayan tampan itu mencoba mengingatkan tuan mudanya.

"Aku tahu Wonwoo tidak ingin disentuh siapapun kecuali Mingyu. Tapi kau juga tahu Minghao dan aku sudah menjadi pengecualian."

"Bukan itu yang aku maksudkan. Yang menjadi permasalahannya adalah Mingyu. Kau tidak tahu bagaimana ekspresinya setiap ada yang mendekati tuan mudanya? Mungkin singa akan takut melihat tatapannya."

Jeonghan yang mendengar justru tersenyum. Menyamankan duduknya dan melipat tangannya di depan dada.

"Ahh ... Mingyu ya? Kim Mingyu," monolognya sembari menyunggingkan senyumnya.

"Aku tetap akan melakukannya," tolak Jeonghan.

"Tidak mudah bertemu dengan mereka dan berlibur seperti ini. Setelah kalian menyelesaikan misi kalian dengan baik, aku harus membicarakannya langsung dengan mereka berdua," lanjut pemuda yang duduk di kursi belakang itu.

"Aku tahu itu hanya alibi-mu saja. Membahas mengenai misi itu aku yakin adalah tujuan kesekian setelah tujuan-tujuan lainnya."

Jeonghan terkekeh mendengarnya. Ia tidak menyangkal tuduhan pelayan pribadinya. Karena bagaimanapun, Seungcheol paling mengenal dirinya melebihi siapapun.

"Apapun akan aku lakukan. Aku ingin menikmati waktu kali ini dengan semua yang aku inginkan."

Seungcheol memilih mengalah. Ia yakin tidak akan menang dalam perdebatan kali ini. Membiarkan tuan mudanya melakukan apa yang diinginkan. Meski dalam diam ia tengah berpikir keras.

Three Butler'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang